Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah berkata;
“Sungguh, sepuluh hari terakhir dari Ramadan telah menjumpaimu. Di dalamnya terdapat keutamaan yang sudah dikenal dan keistimewaan yang telah disebutkan.
Di antara keistimewaannya adalah Nabi ﷺ lebih bersungguh-sungguh beramal di dalamnya dibandingkan hari-hari yang lain. Dalam Sahih Muslim, dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwasannya Nabi ﷺ amat bersungguh-sungguh dalam beramal di sepuluh hari terakhir dengan kesungguhan yang tidak pernah beliau lakukan di hari-hari yang lain.
Dalam Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim, dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata: “Nabi ﷺ jika memasuki sepuluh hari (terakhir) akan mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.”
Dalam Musnad, dari Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata, “Nabi ﷺ menggabungkan antara salat dan tidur di 20 hari Ramadan. Jika telah masuk sepuluh hari (terakhir Ramadan), beliau akan bersiap-siap dan mengencangkan sarungnya.”
Dalam sejumlah hadis tersebut terdapat dalil atas keutamaan sepuluh hari terakhir ini. Sebab Nabi ﷺ lebih bersungguh-sungguh pada hari-hari itu dibandingkan kesungguhan beliau di hari selainnya. Kesungguhan ini mencakup semua bentuk ibadah, baik dalam salat, membaca Alquran, berzikir, sedekah, dan selainnya. Juga dikarenakan Nabi ﷺ mengencangkan sarungnya, yakni menjauhi istri-istrinya untuk berkonsentrasi untuk salat dan berzikir.”
Dikutip dari Majaalis Syahri Ramadhaan karya Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah, (Mendulang Faidah Ilmu di Bulan Ramadan) terbitan Al-Abror Media (2020), hlm. 244-245.