“Akan merasakan kelezatan/ kemanisan iman, orang yang rida kepada Allah sebagai Rabbnya, dan Islam sebagai agamanya, serta (Nabi) Muhammad sebagai Rasulnya.” [HSR Muslim (no. 34)]
Hadis yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan rida kepada Allah Taala, Rasul-Nya, dan agama Islam. Bahkan sifat ini merupakan pertanda benar dan sempurnanya keimanan seseorang. [Lihat kitab “Syarh Sahih Muslim” (2/2) dan “Tuhfatul Ahwadzi” (7/311)]
Imam an Nawawi rahimahullah ketika menjelaskan makna hadis ini, beliau berkata:
“Orang yang tidak menghendaki selain (rida) Allah Taala, dan tidak menempuh selain jalan agama Islam, serta tidak melakukan ibadah kecuali dengan apa yang sesuai dengan syariat (yang dibawa oleh) Rasulullah ﷺ, tidak diragukan lagi bahwa siapa saja yang memiliki sifat ini, maka niscaya kemanisan iman akan masuk ke dalam hatinya, sehingga dia bisa merasakan kemanisan dan kelezatan iman tersebut (secara nyata).” [Kitab “Syarh Sahih Muslim” (2/2)]
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadis ini:
– Arti “Rida kepada sesuatu” adalah merasa cukup dan puas dengannya, serta tidak menginginkan selainnya.” [Lihat kitab “Syarh Sahih Muslim” (2/2)]
– Arti “Merasakan kelezatan/ kemanisan iman” adalah merasakan kenikmatan ketika mengerjakan ibadah dan ketaatan kepada Allah Taala, bersabar dalam menghadapi kesulitan dalam (mencari) rida Allah Taala dan Rasul-Nya ﷺ, dan mengutamakan semua itu di atas balasan duniawi, disertai dengan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya dengan melakukan (segala) perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. [Lihat kitab “Tuhfatul Ahwadzi” (7/312)]
– Makna “Rida kepada Allah Taala sebagai Rabb” adalah rida kepada segala perintah dan larangan-Nya, kepada ketentuan dan pilihan-Nya, serta kepada apa yang diberikan dan dicegah-Nya. Inilah syarat untuk mencapai tingkatan rida kepada-Nya sebagai Rabb secara utuh dan sepenuhnya. [Lihat kitab “Fiqhul asma-il Husna” (hal. 81)]
– Makna “Rida kepada Islam sebagai agama” adalah merasa cukup dengan mengamalkan syariat Islam, dan tidak akan berpaling kapada selain Islam. Demikian pula “Rida kepada Nabi Muhammad ﷺ sebagai Rasul” artinya hanya mencukupkan diri dengan mengikuti petunjuk dan Sunnah Rasulullah ﷺ dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, serta tidak menginginkan selain petunjuk dan Sunnah beliau ﷺ. [Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (3/557)]
– Sifat mulia inilah yang dimiliki oleh para sahabat Rasulullah ﷺ, generasi terbaik umat ini, yang semua itu mereka capai dengan taufik dari Allah Taala. Kemudian karena ketekunan dan semangat mereka dalam menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah Taala, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada keimanan, dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan perbuatan maksiat. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” [QS al-Hujuraat:7]
Juga yang disebutkan dalam Hadis Sahih:
“Memang demikian (keadaan) iman ketika kemanisan/ kelezatan iman itu telah masuk dan menyatu ke dalam hati manusia (para sahabat radhiyallahu ‘anhum).” [HSR al-Bukhari (no. 7)]