Ada sebuah doa yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad ﷺ yang isinya:
Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot wa hubbal masaakiin …
Artinya:
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran, serta aku memohon pada-Mu sifat mencintai orang miskin.
Dari doa ini saja menunjukkan keutamaan seorang Muslim mencintai orang miskin. Lalu kenapa sampai Nabi ﷺ berdoa sedemikian rupa? Ada apa gerangan dengan si miskin?
Mencintai orang miskin adalah tanda ikhlasnya cinta seseorang. Karena apa yang dia harap dari si miskin? Si miskin tidak memiliki materi atau harta yang banyak. Beda halnya dengan seseorang mencintai orang kaya, pasti ada maksud, ada udang di balik batu. Dan kadang maksud mencintai orang kaya tadi tidak ikhlas. Inilah di antara alasan kenapa Rasulullah ﷺ mengajarkan doa yang demikian kepada kita.
Mari kita lihat penjelasan mengenai hadis di atas. Dalam Hadis Qudsi, Allah taala berfirman:
“Wahai Muhammad, jika engkau shalat, ucapkanlah doa:
Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot wa hubbal masaakiin, wa an taghfirolii wa tarhamanii, wa idza arodta fitnata qowmin fatawaffanii ghoiro maftuunin. As-aluka hubbak wa hubba maa yuhibbuk wa hubba ‘amalan yuqorribu ilaa hubbik.
Artinya:
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran, serta aku memohon pada-Mu supaya bisa mencintai orang miskin. Ampunilah (dosa-dosa)ku, rahmatilah aku. Jika Engkau menginginkan untuk menguji suatu kaum, maka wafatkanlah aku dalam keadaan tidak terfitnah. Aku memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu”.
Dalam lanjutan hadis, Nabi ﷺ menyebutkan: “Ini adalah benar. Belajar dan pelajarilah”. [HR. Tirmidzi no. 3235 dan Ahmad 5: 243. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini Shahih]
Kandungan Doa yang Penuh Berkah
Doa yang penuh berkah di atas berisi berbagai macam permintaan, dan menunjukkan kesempurnaan, serta menjelaskan pula agungnya doa yang diminta. Di dalamnya berisi permintaan agar diberi taufik untuk melaksanakan kebaikan dari berbagai macam amalan saleh. Begitu pula di dalamnya berisi permintaan agar seorang Muslim dijauhkan dari perbuatan munkar dan kejelekan. Juga di dalamnya seorang Muslim meminta agar tidak terkena fitnah dan kerusakan dalam agama, hal dunia, dan saat Hari Pembalasan. Oleh karenanya, sudah sepatutnya seorang Muslim memperbanyak doa tersebut. Hendaklah pula ia memahami maksudnya, lalu mengamalkan isinya. Siapa saja yang mempelajari dan mengamalkan isi kandungan doa tersebut niscaya ia akan meraih kebahagiaan di dunia, Alam Barzakh, dan di Akhirat.
Yang menunjukkan agungnya doa di atas, sampai-sampai Allah Taala memerintahkan pada Nabi-Nya ﷺ untuk memanjatkan doa tersebut ketika beliau ﷺ melihat-Nya dalam mimpi, sebagaimana disebutkan dalam kisah di awal hadis.
Meminta Seluruh Kebaikan
Pertama, doa di atas berisi meminta segala macam kebaikan, dan meminta agar dijauhkan dari berbagai kemungkaran. Yang namanya kebaikan adalah segala hal yang Allah cintai berupa perkataan dan perbuatan, baik amalan wajib maupun amalan sunnah. Sedangkan kejelekan adalah setiap yang Allah benci berupa perkataan dan perbuatan.
Siapa saja yang mendapatkan kebaikan yang diminta dalam doa ini, maka ia telah meraih kebaikan di dunia dan Akhirat. Inilah doa yang jaami’, ringkas namun sarat makna. Doa yang jaami’ seperti inilah yang beliau ﷺ sukai. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
“Rasulullah ﷺ menyukai doa-doa yang singkat padat, dan meninggalkan selain itu.” [HR. Abu Daud no. 1482, dikatakan Shahih oleh Syaikh Al Albani].
Hendaklah kita membiasakan membaca doa yang memiliki sifat demikian, apalagi yang langsung diajarkan atau dituntukan dalam Alquran dan Hadis Rasul ﷺ.
Keutamaan Mencintai Orang Miskin
Pertama: Mencintai Orang Miskin Termasuk Kebaikan
Mencintai orang miskin termasuk kebaikan. Dalam doa yang diajarkan di atas, mencintai orang miskin disebutkan secara tersendiri. Dan ini menunjukkan pentingnya amalan ini, di samping menunjukkan kemuliaannya.
Kedua: Mencintai Orang Miskin dan Dekat dengan Mereka Akan Memudahkan Hisab Seorang Muslim Pada Hari Kiamat
“Barang siapa menghilangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di Hari Kiamat. Dan barang siapa yang memudahkan kesulitan orang yang dililit utang, Allah akan memudahkan atasnya di dunia dan Akhirat ” [HR. Muslim no. 2699]
Dalam hadis, Nabi ﷺ berdoa agar bisa menjadi bagian dari orang miskin (karena tawadhunya beliau), bahkan bisa berkumpul dengan mereka di Hari Kiamat. Karena orang miskinlah yang mudah dihisab di Hari Kiamat. Mereka tidak memiliki banyak harta dibanding orang kaya, sehingga mereka lebih dahulu masuk Surga. Bukti bahwa sedikit harta akan sedikit hisabnya adalah pada hadis Mahmum bin Labid, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dua hal yang tidak disukai oleh manusia: kematian. Padahal kematian itu baik bagi Muslim tatkala fitnah melanda. Dan yang tidak disukai pula adalah sedikit harta. Padahal sedikit harta akan menyebabkan manusia mudah dihisab (pada Hari Kiamat)” [HR. Ahmad 5: 427. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadis ini Jayyid]
Ketiga: Dekat dengan Orang Miskin Berarti Semakin Dekat dengan Allah pada Hari Kiamat
Dalam hadis Anas bin Malik, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku bersama dengan orang-orang miskin pada Hari Kiamat”. ‘Aisyah berkata: “Mengapa, wahai Rasulullah, engkau meminta demikian?” “Orang-orang miskin itu masuk ke dalam Surga 40 tahun sebelum orang-orang kaya. Wahai ‘Aisyah, janganlah engkau menolak orang miskin walau dengan sebelah kurma. Wahai ‘Aisyah, cintailah orang miskin, dan dekatlah dengan mereka, karena Allah akan dekat denganmu pada Hari Kiamat”, jawab Rasul ﷺ [HR. Tirmidzi no. 2352. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini Shahih].
Lihatlah bagaimana sampai Rasul ﷺ mendorong ‘Aisyah untuk mencintai dan dekat dengan orang miskin. Karena keutamaannya, seseorang akan semakin dekat dengan Allah pada Hari Kiamat. Namun patut diingat, mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, yaitu dengan membantu dan menolong mereka. Jadi bukan hanya sekedar dekat dengan mereka.
Catatan:
Adapun maksud doa yang disebutkan oleh Nabi ﷺ di atas adalah agar Allah taala memberikan sifat tawadhu` dan rendah hati, serta agar tidak termasuk orang-orang yang sombong lagi zalim, maupun orang-orang kaya yang melampaui batas. Makna hadis ini bukanlah meminta agar beliau menjadi orang miskin. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Atsir rahimahullah, bahwa kata “miskin” dalam hadis di atas adalah tawadhu’. Sebab, di dalam hadis yang lain Rasulullah ﷺ berlindung dari kefakiran.
Keempat: Mencintai orang miskin adalah landasan kecintaan pada Allah
Para ulama menjelaskan, bahwa mencintai orang miskin adalah landasan kecintaan pada Allah. Karena orang miskin tidaklah memiliki materi dibanding orang kaya. Namun seseorang harus mencintai si miskin itu karena Allah, artinya semakin si miskin itu beriman, ia pun semakin menaruh cinta padanya. Dari Abu Umamah, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena-Nya, memberi karena-Nya, dan tidak memberi juga karena-Nya, maka ia telah sempurna imannya” [HR. Abu Daud no. 4681, Tirmidzi no. 2521, dan Ahmad 3: 438. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini Shahih].
Kelima: Mencintai Orang Miskin Termasuk dalam Wasiat Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ pernah berwasiat pada Abu Dzar Al Ghifari di mana Abu Dzar berkata:
“Kekasihku (Rasulullah) ﷺ berwasiat kepadaku dengan tujuh hal:
(1) Supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka,
(2) Beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku,
(3) Beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku,
(4) Aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan Laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah),
(5) Aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit,
(6) Beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan
(7) Beliau menasihatiku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia” [HR. Ahmad 5: 159. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadis ini Shahih].
Keenam: Memperjuangkan Kehidupan Orang Miskin Termasuk Jihad di Jalan Allah
“Orang yang membiayai kehidupan para janda dan orang-orang miskin bagaikan orang yang berjihad fii sabiilillaah.” –Saya (perawi) kira beliau ﷺ bersabda-, “Dan bagaikan orang yang salat tanpa merasa bosan, serta bagaikan orang yang berpuasa terus-menerus” [HR. Muslim no. 2982]
Ketujuh: Menolong Orang Miskin Akan Mudah Memperoleh Rezeki dan Pertolongan Allah, Serta Akan Mudah Mendapatkan Berkah Doa Mereka
Dengan menolong orang-orang miskin dan lemah, kita akan memperoleh rezeki dan pertolongan dari Allah subhanahu wa taala. Dalam hadis disebutkan, bahwa Sa’ad menyangka, bahwa ia memiliki kelebihan dari sahabat lainnya karena melimpahnya dunia pada dirinya. Lantas Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah menolong umat ini dengan sebab orang-orang lemah mereka di antara mereka, yaitu dengan doa, shalat, dan keikhlasan mereka” [HR. An Nasai no. 3178. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini Shahih]
Ibnu Baththol berkata:
“Ibadah orang-orang lemah dan doa mereka lebih ikhlas dan lebih terasa khusyu, karena mereka tidak punya ketergantungan hati pada dunia dan perhiasannya. Hati mereka pun jauh dari yang lain, kecuali dekat pada Allah saja. Amalan mereka bersih, dan doa mereka pun mudah diijabahi (dikabulkan)”.
Al Muhallab berkata: “Yang Nabi ﷺ maksudkan adalah dorongan bagi Sa’ad agar bersifat tawadhu’, tidak sombong, dan tidak usah menoleh pada harta yang ada pada Mukmin yang lain.” [Lihat Syarh Al Bukhari li Ibni Baththol, 9: 114]
Kedelapan: Memiliki Sifat Tawadhu’ dan Qanaah
Orang yang mencintai si miskin akan memberikan pengaruh baik pada dirinya, yaitu semakin tawadhu’ (rendah diri) dan selalu merasa cukup (qanaah), karena ia selalu memperhatikan, bahwa ternyata Allah masih memberinya kelebihan materi dari yang lainnya. Inilah sifat mulia yang diajarkan Islam pada umatnya. Nabi ﷺ bersabda:
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia), dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu” [HR. Muslim no. 2963]
Siapa Si Miskin yang Patut Dicintai?
Perlu dipahami, siapa orang miskin yang pantas dicintai…
• Tentu saja bukan orang miskin yang musyrik.
• Tentu saja bukan orang yang sering meninggalkan salat, atau yang lebih parah tidak pernah salat.
• Tentu saja bukan yang malas puasa wajib pada waktu Ramadan.
• Tentu saja bukan yang gemar melakukan ajaran yang tidak ada tuntunan dalam Islam
Yang patut dicintai adalah seorang Muslim yang taat. Begitu pula bukanlah masuk kategori miskin jika malas-malasan kerja, yang hanya menjadikan meminta-minta di jalan sebagai profesi harian. Pahamilah hadis berikut, yaitu dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Namanya miskin bukanlah orang yang tidak menolak satu atau dua suap makanan. Akan tetapi miskin adalah orang yang tidak punya kecukupan, lantas ia pun malu atau tidak meminta dengan cara mendesak.” [HR. Bukhari no. 1476]
Ya Allah, berilah kami sifat mencintai orang miskin, dan menjadi mujahid di jalan Allah dengan memperjuangkan dan menolong mereka.
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran, serta aku memohon pada-Mu supaya bisa mencintai orang miskin.