Kenyataannya, bila dunia telah menjadi tujuan utama hidup kita, pasti kita akan berusaha keras untuk mendapatkannya, meski terkadang harus menerjang larangan Allah. Sedihnya, kita sendiri sebenarnya mengetahui dan sadar, bahwa kita sedang menerjang larangan itu, akan tetapi semua kalah karena ambisi dunia kita tadi.
Contoh, kita sudah tahu bahwa ikhtilat (campur baur) antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram itu haram. Kita juga mengerti, bahwa wanita itu tidak boleh keluar dengan bersolek. Kita juga sudah dengar haramnya pinjam meminjam sistem ribawi, dst. Namun semua itu sulit untuk tidak kita lakukan. Kita kalah dengan diri kita sendiri.
Oleh karena itulah, mungkin inilah rahasia, mengapa kita mesti berlindung kepada Allah dari menjadikan dunia sebagai tujuan utama hidup. Karena hal itu akan dapat menjauhkan kita dari berbuat sesuatu yang diharamkan-Nya. Dalam doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ disebutkan:
Allahummaqsim lanaa min khosy yatika maa yahuulu baynanaa wa bayna ma ‘aa shiik, wa min thoo ’atika maa tuballighunaa bihi jannataka, wa minal yaqiini maa tuhawwinu bihi ‘alaynaa mushiibaatiddun yaa, wamatti’ naa bi asmaa ‘inaa wa abshoorinaa waquwwatinaa maa ahyaytanaa, waj ’alhul waa ritsa minnaa, waj ‘al tsa’ ronaa ’alaa man dzolamanaa, wanshurnaa ‘alaa man ’aadaanaa, walaa taj ‘al mushiibatanaa fii diininaa, wa laa taj ’aliddun yaa akbaro hamminaa, wa laa mablagho ‘ilminaa, wa laa tusallith ’alaynaa man laa yar hamunaa.
Artinya:
“Ya Allah, curahkanlah kepada kepada kami rasa takut kepada-Mu yang menghalangi kami dari bermaksiat kepada-Mu, dan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami kepada Surga-Mu, dan curahkanlah keyakinan yang meringankan musibah di dunia. Berilah kenikmatan kami dengan pendengaran kami, penglihatan kami, serta kekuatan kami selama kami hidup, dan jadikan itu sebagai warisan dari kami. Dan jadikan pembalasan atas orang yang menzalimi kami, dan tolonglah kami melawan orang-orang yang memusuhi kami. Dan janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian kami terbesar, serta pengetahuan kami yang tertinggi. Serta jangan Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami.” [HR. Tirmidzi: 3502]
Lihatlah, bagaimana jelasnya kaitan antara rasa takut yang menghalangi dari maksiat kepada Allah, dengan menjadikan dunia sebagai impian terbesar dan tujuan tertinggi dari ilmu yang kita pelajari. Karena jika seorang telah menjadikan dunia besar di hatinya, niscaya akan hilang rasa takutnya terhadap maksiat. Dia tidak akan pedulikan lagi haram atau tidak.
Semoga Allah melindungi kita dari hal ini. Mudah-mudahan Allah buka mata kita agar dapat melihat hakikat dunia. Ya Allah selamatkanlah kami dari ambisi dunia yang buruk itu. Jadikan dunia sebatas di tangan kami, jangan sampai masuk ke hati kami. Amiin.