KENAPA DISUNNAHKAN MEMBACA SURAT AL-KAFIRUN SEBELUM TIDUR?
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
KENAPA DISUNNAHKAN MEMBACA SURAT AL-KAFIRUN SEBELUM TIDUR?
Di antara perkara yang disunnahkan bagi setiap Muslim untuk dilakukan secara kontinyu ketika kembali ke pembaringannya adalah membaca surah Al-Kafirun, dan menjadikannya sebagai bacaan yang terakhir dia baca, karena ia adalah pelepasan diri dan syirik.
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya dari Farwah bin Naufal Al-Al-Asyja’i, Nabi ﷺ bersabda:
‘Bacalah ketika akan tidur, ‘Qul yaa ayyuhal kaafiruun,’ kemudian tidurlah setelah selesai menamatkannya. Sesungguhnya ia pelepasan diri dari syirik. [Al-Musnad, 5/456, dan dinyatakan Shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib, No. 604]
Hadis di atas menunjukkan keutamaan surat ini, keutamaan membacanya ketika hendak tidur, dan anjuran agar seorang Muslim tidur sesudah menamatkannya. Hal itu agar aktivitas terakhir yang diakukan sebelum tidur adalah pernyataan tauhid dan berlepas dari syirik. Tidak diragukan lagi, barang siapa membaca surat ini, memahami kandungannya, dan mengamalkan konsekuensinya, berarti dia telah terlepas terlepas dari syirik lahir dan batin. Sebagian ulama salaf memberinya nama ‘Al-Muqasyqisyah.’ Dikatakan, ‘Qasyqasya Fulan,’ yakni si Fulan bebas dari sakit, maka ayat itu membebaskan pemiliknya dari kesyirikan.
Surat ini dan surat “Qul huwallahu ahad’ disebut sebagai Dua Surah Al-Ikhlas. Hal itu karena pada keduanya terdapat pemurnian tauhid dengan kedua jenisnya: ilmiah dan amaliah untuk Allah Tabaraka wata’ala.
Adapun Nabi ﷺ kontinyu membaca kedua surat ini pada dua rakaat sebelum Subuh. Beliau ﷺ membuka dengan keduanya amalan hari itu. Lalu beliau ﷺ membaca keduanya pada Sunnah Bakdiyah Maghrib, sehingga ditutup dengan keduanya amalan siang. Begitu pula beliau ﷺ membacanya pada Salat Witir, sehingga menjadi penutup amalan malam hari.
Nabi ﷺ biasa membaca ‘Qul huwallahu ahad’ apabila kembali ke tempat tidumya. Sementara pada hadis Naufal ini terdapat anjuran membaca ‘Qul yaa ayyuhal kaaf’iruun’ ketika hendak tidur. Dengan demikian kedua surat ini juga menjadi penutup aktivitas saat seorang Muslim akan tidur.
Disalin dari Fikih Doa dan Dzikir Jilid 2, Karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr, Terbitan Griya Ilmu-Jakarta, hal. 63-64.