Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” [QS. al-Baqarah: 154 – 1]
Sebagian ulama menegaskan, bahwa kalimat ini tidak diberikan kepada para nabi sebelum nabi kita Muhammad ﷺ. Seperti yang dinyatakan ulama tabi’in muridnya Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, yaitu Imam Said bin Jubair. Beliau mengatakan:
لم تعط هذه الكلمات نبيا قبل نبينا، ولو عرفها يعقوب لما قال: يَا أَسَفَىٰ عَلَىٰ يُوسُفَ
Kalimat ini belum pernah diberikan kepada seorang nabi-pun sebelum nabi kita (Muhammad ﷺ). Andaikan sudah diketahui Ya’qub, tentu beliau tidak akan mengucapkan, “Duhai duka citaku terhadap Yusuf”. [Tafsir al-Qurthubi, 2/176]
Ketika Ya’qub mendapatkan kabar hilangnya Yusuf, beliau tidak mengucapkan, innaa lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun, tapi beliau mengucapkan, Yaa asafaa ‘alaa Yusuf… (Duhai duka citaku terhadap Yusuf).
Kandungan Kalimat Istirja’
Seperti apa kandungan maknanya? Kita simak keterangan al-Qurthubi.
Imam al-Qurthubi menjelaskan:
قوله تعالى: قالوا إنا لله وإنا إليه راجعون. جعل الله تعالى هذه الكلمات ملجأ لذوي المصائب، وعصمة للممتحنين، لما جمعت من المعاني المباركة
Firman Allah ﷻ:
‘Mereka mengucapkan Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.’
Allah jadikan kalimat ini sebagai sandaran bagi orang yang tertimpa musibah, dan perlindungan (bacaan) bagi mereka yang sedang menjalani ujian, karena kalimat ini mengandung banyak makna yang berkah.
Kemudian al-Qurthubi melanjutkan:
فإن قوله: إنا لله توحيد وإقرار بالعبودية والملك. وقوله: وإنا إليه راجعون إقرار بالهلك على أنفسنا والبعث من قبورنا، واليقين أن رجوع الأمر كله إليه كما هو له
Kalimat, ‘Inna lillahi’ adalah tauhid dan pengakuan terhadap Ubudiyah (status kita sebagai hamba) dan kekuasaan Allah. Sedangkan kalimat, ‘Wa inna ilaihi raaji’uun’ adalah pengakuan bahwa kita akan binasa, dan akan dibangkitkan dari alam kubur kita, serta keyakinan bahwa semua urusan kembali kepada-Nya, sebagaimana semua ini milik-Nya. [Tafsir al-Qurthubi, 2/176]
Keutamaan Kalimat Istirja’
Dalam hadis dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, beliau pernah mendengar Nabi ﷺ bersabda:
Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [QS. al-Baqarah: 157]
Umar bin Khatab mengatakan:
نعم العدلان ونعم العلاوة: الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إنا لله وإنا إليه راجعون* أولئك عليهم صلوات من ربهم ورحمة وأولئك هم المهتدون
“Sebaik-baik dua balasan dan sebaik-baik tambahan, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Yang beliau maksud dengan sebaik-sebaik dua balasan adalah shalawat dan rahmat. Sedangkan sebaik-baik tambahan adalah hidayah. [Tafsir al-Qurthubi, 2/177]
Demikian, Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)