Telah menceritakan kepada kami Haaruun bin ‘Abdillah: Telah menceritakan kepada kami Sayyaar: Telah menceritakan kepada kami Ja’far: Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Imraan Al-Jauniy, ia berkata:
“Aku telah bertemu dengan empat orang dari kalangan seutama-utama orang yang pernah aku temui. Mereka membenci berdoa: ‘Allaahumma a’tiqnaa minan-naar (Ya Allah, bebaskanlah aku dari Neraka)’.
Mereka berkata: ‘Orang yang dibebaskan dari Neraka adalah orang yang pernah memasukinya’.
Telah menceritakan kepada kami Rauh bin Al-Farj, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yuusuf bin ‘Adiy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin ‘Ayyaasy, dari ‘Aashim, ia berkata: “Adalah Abu Waail membenci seseorang yang berkata: ‘Ya Allah, bebaskanlah aku dari Neraka. Membebaskan itu hanyalah orang yang mengharapkan upah (dan Maha Tinggi Allah dari hal tersebut -pent)” [Syarh Musykiilil-Aatsaar 4/358].
Orang yang mengatakan: Allaahumma a’tiqnii minan-naar (ya Allah, bebaskanlah aku dari Neraka), seakan-akan ia mengetahui dirinya termasuk ahli Neraka, yang kemudian keluar darinya. Atau minimal, ia menyangka dirinya dengan sangkaan yang buruk, bahwa ia termasuk orang yang berhak masuk Neraka, kemudian ia memohon kepada Allah agar membebaskan dirinya dari Neraka.
Adapun perintah Nabi ﷺ adalah agar kita berdoa dengan sangkaan yang baik (kepada Allah ﷻ), penuh optimis mengharapkan Surga, dan agar dijauhkan atau diberikan perlindungan dari (masuk ke dalam) Neraka.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Telah bersabda Rasulullah ﷺ:
“Berlindunglah kalian kepada Allah dari azab Neraka, azab kubur, fitnah kehidupan dan sesudah mati, dan dari kejelakan Al-Masiih Ad-Dajjaal” [Diriwayatkan oleh Abu ‘Awaanah no. 2044; Sahih]
Dari Ibnu Taimiy, dari ‘Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata: Aku pernah thawaf bersama ‘Abdullah bin ‘Amru. Ketika kami selesai dari tujuh putaran, kami rukuk di belakang Kakbah. Aku bertanya: “Tidakkah engkau berdoa meminta perlindungan kepada Allah ?”
Ia berkata: “A’uudzu billaah minan-naar (Aku berlindung kepada Allah dari Neraka)”.
Kemudian ia berjalan lagi, lalu mengusap Rukun….” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq no. 9043; sanadnya Hasan].
Wallaahu a’lam.
Mengambil faidah dari penjelasan Asy-Syaikh ‘Aliy Al-Halabiy hafidhahullah yang ada di: