بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
#ManhajSalaf
KEADAAN PARA SAHABAT NABI
Para sahabat nabi adalah orang-orang yang bersemangat melakukan amal saleh terbaik dan sempurna, diiringi dengan perasaan takut, jangan-jangan amalnya tidak diterima.
Diiringi perasaan khawatir, jangan-jangan mereka termasuk orang munafik.
Ibnu Abi Mulaikah berkata: Saya menjumpai 30 sahabat nabi, seluruhnya mengkhawatirkan kemunafikan dalam dirinya. (Shahih AlBukhari).
Umar bin al-Khottob radhiyallahu ‘anhu pernah menanyakan kepada Hudzaifah bin Al-Yaman, apakah nama beliau masuk dalam daftar orang-orang munafik yang disebut Nabi ﷺ.
Para sahabat nabi adalah orang-orang dengan amal ibadah berkualitas tinggi, namun mereka tidak ujub (merasa bangga diri) terhadap amal yang telah dikerjakan.
Mereka memadukan antara perasaan berharap terhadap rahmat dan ampunan Allah, dengan perasaan takut terhadap azab Allah, pada porsi yang tepat dan sesuai.
Jika seseorang terlalu menggantungkan pada luasnya rahmat Allah, ampunan Allah yang berlimpah, dan melupakan bahwa Allah Maha Mengetahui lagi Maha Pedih azabnya, ia akan bermudah-mudahan. Ia akan merasa aman dari makar Allah.
Apakah kalian merasa aman dari makar (istidraj dan azab) Allah? Tidak ada yang merasa aman dari makar Allah, kecuali orang-orang yang merugi. (Q.S Al-A’raaf:99).
Sebaliknya, seorang yang dominan membaca dan merasakan ancaman-ancaman Allah, kerasnya siksaan dan semisalnya, kemudian melupakan rahmat dan ampunan-Nya, maka ia akan berputus asa dari rahmat Allah.
Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni seluruh dosa. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Pengampun lagi Penyayang” (Q.S Az-Zumar:53).
Perasaan berharap di satu sisi, takut di sisi lain. Dua hal ini harus berada pada porsi yang tepat dan sesuai, serta tidak berat sebelah.
Dalam Alquran Allah mengajarkan manusia untuk memiliki dua perasaan itu secara seimbang. Perhatikan ayat-ayat berikut yang menyebutkan sifat-sifat Allah terkait dengan pembangkitan dua perasaan itu secara berimbang:
Dikutip dari Buku 40 HADIS PEGANGAN HIDUP MUSLIM
(Syarh Arbain AnNawawiyah)
Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.
Sumber: [Alistiqomah]
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN Dengan dalih toleransi, jangan sampai kita kebablasan.…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN Boleh toleransi, tapi jangan kebablasan. Tidak sedikit orang…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK) Agar toleransi tidak kebablasan, cobalah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK) Islam agama yang sempurna. Maka pasti ada…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK) Oleh: Ustadz: Dr. Abu Hafizhah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH? Asalnya, Safar Wanita…