“Jika masuk Ramadan, pintu-pintu rahmat dibuka, pintu-pintu Jahannam ditutup, dan setan-setan pun diikat dengan rantai.” [HR. Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079]
Ada beberapa makna yang dijelaskan oleh para ulama tentang arti setan di belenggu. Bisa bermakna secara hakiki (zahirnya) dan bisa bermakna secara maknawi. Di antaranya adalah:
“Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan setelah menguatkan makna hadis kepada makna zahir:
Apabila ada yang bertanya, mengapa kejahatan dan kemaksiatan pada waktu Ramadan tetap banyak? Seandainya setan itu di belenggu, tentu hal itu tidak terjadi?
Maka jawabannya:
Gangguan setan lemah terhadap orang yang berpuasa, yang puasanya terpenuhi syarat-syaratnya, menjaga adab-adabnya.
Atau maksudnya yang dibelenggu itu sebagian setan-setan, yaitu pentolan-pentolan setan yang jahat (Marodatus Syayathin). Tidak seluruhnya, sebagaimana dalam sebagian riwayat.
Atau yang dimaksud setan dibelenggu adalah berkurangnya (taqlil) keburukan. Dan ini perkara yang bisa kita rasakan, di mana kejahatan pada waktu Ramadan lebih berkurang dibandingkan bulan lainnya.
Dan seandainya setan dibelenggu seluruhnya pun, tidak mengharuskan tidak adanya keburukan atau kemaksiatan sama sekali, karena keburukan, dosa dan maksiat ada penyebab yang lain selain setan, seperti sebab:
• Jiwa yang memang jelek,
• Adat yang jelek, atau
• Sebab setan jenis manusia”. [Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqalani 4/114]
“ Maksud hadis ini (setan dibelenggu), bahwasannya pada waktu Ramadan setan tidak bisa bebas dalam mengganggu manusia sebagaimana pada bulan-bulan lainnya, karena mayoritas kaum Muslimin sibuk dengan puasa, membaca Alquran, dan ibadah-ibadah lainnya yang dapat mengerem syahwat mereka. Wallahu a’lam “. [Fadhoilul Auqaat, 143]
Penulis: Ustadz Abu Ghozie As Sundawie hafizhahullah