“Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah pun memalingkan hati mereka.” [QS. Ash-Shaff 61: 5]
Maka Dia pun akan membiarkan hamba itu berbuat keburukan, dan tidak ada pertolongan dari-Nya. Allah akan menyibukkannya dengan urusan dunia, anak-anak, perniagaan, harta, mengejar karir, pangkat, jabatan, popularitas dll, hingga lupa kepada kehidupan Akhirat.
(2). Hasan al-Bashri رحمه الله berkata:
“Di antara tanda berpalingnya Allah ﷻ dari hamba adalah Dia menjadikan kesibukan hamba dalam perkara yang tidak bermanfaat, sebagai bentuk penghinaan terhadapnya.” [Jaami’ul ‘Uluum I/294]
(3). Imam Ibnul Jauzi رحمه الله berkata:
“Barang siapa yang ingin mengetahui sebesar apakah perhatian Allah untuk dirinya, maka lihatlah sebesar apa ilmu agama yang telah dia dapatkan.” [At-Tadzkirah hal 55]
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan berilmu (agama), karena sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar. Dan bekal untuk hidup yang sesungguhnya di Akhirat tidak dapat dipelajari dan dicari di Akhirat, tetapi ia harus dipelajari dan dipersiapkan di dunia.
(4). Imam Abdul Aziz bin Baz رحمه الله berkata:
ومن أعرض عن الفقه في الدين فذلك من العلامات على أن الله ما أراد به الخير
“Barang siapa yang berpaling dari menuntut ilmu agama, maka itu adalah tanda bahwa Allah tidak menginginkan kebaikan untuknya.” [http://www.binbaz.org.sa/article/197]
(5). Imam al-Utsaimin رحمه الله berkata:
“Jika engkau melihat seseorang dilapangkan Allah kemaksiatannya dan Allah menjaganya dari kesusahan, serta semakin dilimpahkan kenikmatannya ketahuilah, bahwasannya Allah menginginkan kejelekan dengannya, karena Allah mengakhirkan siksa dari-Nya, sehingga dipenuhkan siksaannya di Hari Kiamat.” [Syarah Riyadhus Shalihin 1/258]
Oleh: Ustadz Najmi Umar Bakkar (@najmiumar_official)