“Jauhilah sifat suka dipuji, karena dengan dipuji-puji itu seakan-akan engkau disembelih.” [HR. Ahmad no. 16460, disahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami no. 2674]
Al Munawi menjelaskan:
لِما فيه من الآفة في دين المادح والممدوح، وسمّاه: ذبحاً، لأنه يُميت القلب فيخرُجُ من دينه، وفيه ذبحٌ للممدوح فإنه يَغُرّه بأحواله ويُغريه بالعُجب والكِبْر
“Karena senang dipuji itu akan menjadi penyakit bagi agama orang yang memuji ataupun yang dipuji. Disebut oleh Nabi ﷺ sebagai “disembelih”, karena ini akan mematikan hati, sehingga mati pula agamanya. Juga orang yang dipuji seperti disembelih, karena ia akan tertipu dengan sifat ujub dan sombong.” [Faidhul Qadir]
Oleh karena itu para salaf dahulu benci popularitas. Ibrahim An Nakha’i rahimahullah mengatakan:
كفى فتنة للمرء أن يشار إليه بالأصابع في دين أو دنيا إلا من عصمه الله
“Cukuplah sebagai fitnah (ujian) bagi seseorang, ketika jari-jari menunjuk padanya dalam masalah agama atau masalah dunia, kecuali orang-orang yang Allah selamatkan.” [Az Zuhd libni Surri, 2/442]
Sufyan Ats Tsauri rahimahullah mengatakan:
إياك والشهرة؛ فما أتيت أحدًا إلا وقد نهى عن الشهرة
“Jauhilah cinta popularitas. Dan aku tidak menemui satu guru pun, kecuali mereka melarang cinta popularitas.” [Siyar A’lamin Nubala, 7/260]
Bisyr bin Al Harits rahimahullah mengatakan:
مَا اتَّقَى اللهَ مَنْ أَحَبَّ الشُّهْرَةَ
“Tidak akan bisa bertakwa kepada Allah, orang yang cinta popularitas.” [Siyar A’lamin Nubala, 10/476]
Allah ﷻ mencintai hamba yang tersembunyi. Nabi ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, berkecukupan, dan tersembunyi.” [HR. Muslim no. 2965]
Dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah:
هو الذي لا يظهر نفسه ، ولا يهتم أن يظهر عند الناس أو يشار إليه بالبنان أو يتحدث الناس عنه
“Yaitu orang yang tidak menampakkan dirinya, tidak berambisi untuk tampil di depan manusia, atau untuk ditunjuk oleh orang-orang, atau diperbincangkan oleh orang-orang.” [Syarah Riyadish Shalihin, 629]