“Sesungguhnya engkau tidaklah meninggalkan sesuatu karena Allah, kecuali Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik untukmu.” [HR. Ahmad no. 21996 dari Abu Qotadah dan Abud Dahmaa radhiyallahu’anhuma]
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
إنَّما يجد المشقَّةَ في ترك المألوفات والعوائد من تركها لغير الله، أمَّا من تركها صادقًا مُخلِصًا مِن قلبه لله فإنه لا يجد في تركها مشقَّةً إلاَّ في أَوَّل وهلة، لِيُمتحَن أصادقٌ هو في تركها أم هو كاذب؟ فإن صبر على تلك المشقَّة قليلاً استحالت لذَّة. قال ابن سيرين: سمعت شريحًا يحلف بالله ما ترك عبد لله شيئًا فوجد فقده
“Orang yang merasa berat meninggalkan sesuatu yang sudah terbiasa dan sering ia lakukan hanyalah karena ia meninggalkannya bukan karena Allah. Adapun orang yang meninggalkannya dengan jujur dan ikhlas karena Allah, maka ia tidak merasa berat, kecuali di awalnya saja, sebagai ujian baginya apakah ia jujur dalam hijrahnya ataukah dusta? Jika ia bersabar sedikit menghadapi kesulitan dalam berhijrah, maka kesulitan itu akan berubah menjadi kelezatan.
Ibnu Sirin rahimahullah berkata:
Aku pernah mendengar Syuraih bersumpah dengan nama Allah, bahwa tidak mungkin seorang hamba meninggalkan sesuatu karena Allah, lalu ia tidak mendapat gantinya yang lebih baik.” [Al-Fawaaid, 1/107]
Penulis: Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray حفظه الله تعالى