Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah:
Seluruh hari raya ketika menyelisihi hari raya yang sesuai syariat, maka semuanya itu adalah hari raya yang bidah lagi diada-adakan. Yang demikian itu (hari raya yang diada-adakan) tidak dikenal pada masa Salafus Saleh. Dan boleh jadi asal muasalnya bahkan bersumber dari selain kaum Muslimin (orang kafir). Maka bersamaan dengan adanya bidah, hari raya tersebut juga mengandung unsur penyerupaan dengan musuh-musuh Allah Subhanahu wa Taala.
Adapun hari raya yang sesuai syariat (Islam) serta yang dikenal di sisi kaum Muslimin adalah Idul Fitri, Idul Adha, serta hari Jumat. Maka tidak ada hari raya pada agama Islam selain dari ketiga hari raya tersebut. Maka setiap hari raya yang didapati setelah ketiga hari raya tersebut, atau hari raya yang diada-adakan dari selain yang demikian, maka sungguh hari raya tersebut tercampakkan kepada pelakunya, dan batil dalam syariat Allah Subhanahu wa Taala.
Karena sabda Rasulullah ﷺ:
{ من عملَ عملا ليسَ عليهِ أمرُنا فهو ردٌّ }
“Barang siapa mengamalkan suatu amalan yang bukan berlandaskan perintah kami, maka hal tersebut tertotak.” [Sahih Muslim, 1718]
Yaitu: tertolak padanya, tidak diterima (amalannya) di sisi Allah Subhanahu wa Taala.
Maka wajib atas seorang Muslim untuk merasa mulia dan bangga dengan agamanya, serta mencukupkan dirinya dengan apa-apa yang Allah dan Rasul-Nya gariskan/atur pada agama yang lurus ini, serta yang telah Allah ridai bagi hamba-Nya. Maka janganlah menambah-nambahi (sesuatu yang baru) pada agama, dan janganlah mengurang-ngurangi dari agama (Islam ini).
Hendaknya juga, bagi seorang Muslim untuk jangan menjadi orang yang ‘latah’, mengikuti setiap yang dia lihat. Bahkan hendaknya dia menjadikan kepribadiannya sesuai dengan syariat Allah Subhanahu wa Taala. Hingga (seorang Muslim) menjadi sosok yang diikuti, bukan sekadar ikut-ikutan. Serta menjadi sosok panutan, bukan menjadi orang yang cuma mengikut. Karena syariat Allah -walhamdulillah- telah sempurna dari seluruh sisinya.
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridai Islam sebagai agama bagimu.” [QS. Al-Maa-idah: 3]