“Dan hendaklah kamu meminta ampun [istighfar] kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu, sampai kepada waktu yang telah ditentukan.” [QS. Hud:3]
Syaikh Muhammad Amin As-Syinqiti rahimahullah berkata menafsirkan ayat ini:
“Pendapat terkuat tentang yang dimaksud dengan kenikmatan adalah rezeki yang melimpah, kehidupan yang lapang, dan keselamatan di dunia. Dan yang dimaksud dengan waktu yang ditentukan adalah kematian.” [Adhwa’ul Bayan 2/170, Darul Fikr, Libanon, 1415 H, Asy-Syamilah]
Kemudian istighfar juga membuat musibah tidak jadi turun. Kemudian jika turun, memudahkan kita menghadapinya, dan segera bisa menghilangkan musibah tersebut.
Istighfar Yang Naik Ke Langit Akan Menghalangi Musibah Yang Turun Ke Bumi
Karena sebab kesusahan dan kegelisahan adalah dosa. Allah ﷻ telah berbuat baik kepada hamba-Nya. Yaitu ketika hamba-Nya berbuat dosa, maka diberikanlah ia ujian untuk menghapus dosa tersebut. Akan tetapi dengan istighfarnya hamba, terus-menerus dan di mana saja, maka istighfar yang naik ke langit akan menghalangi musibah yang turun ke bumi.
“Setiap Muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” [HR. Al-Bukhari no. 5661 dan Muslim no. 651]
“Tidaklah seorang Muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu, melainkan diangkat derajatnya, dan dihapuskan dosanya karenanya.” [HR. Muslim no. 2572]
Para Salaf Mencuri Waktu untuk Beristighfar
Kebiasaan orang-orang saleh dan ulama yaitu beristighfar di mana pun dan kapanpun (tentu bukan di WC, toilet dll). Perbanyaklah mengucapkan ‘Astagfirullah’, ‘Allahummaghfirli’ di sela-sela waktu, di sela-sela kesempatan, di sela-sela kesibukan, ketika menunggu, ketika naik kendaraan, ketika berjalan kaki, ketika menanti jemputan, dan ketika kita mampu mencuri sedikit waktu yang sangat mahal dalam berbagai kesibukan.
Jika mengingat pesan para salaf (pendahulu) kita, maka kita sangat malu menisbatkan diri kepada mereka. Luqman pernah berpesan kepada anaknya:
“Wahai anakku, biasakan lisanmu dengan ucapan: [اللهم اغفر لي ] “Allahummaghfirli (Ya Allah, ampunilah aku)”, karena Allah memiliki waktu-waktu yang tidak ditolak permintaan hamba-Nya di waktu itu.”