“Barang siapa yang membaca Surat Al-Kahfi pada malam Jumat, dia akan disinari cahaya antara dirinya dan Kakbah.” [HR. ad-Darimi 3470 dan disahihkan al-Albani dalam Sahihul Jami’, 6471]
“Barang siapa yang membaca Surat Al-Kahfi pada hari Jumat, dia akan disinari cahaya di antara dua Jumat.” [HR. Hakim 6169, Baihaqi 635, dan disahihkan al-Albani dalam Sahihul Jami’, no. 6470]
Bahkan karena kuatnya pengaruh cahaya yang Allah berikan, orang yang memerhatikan Surat al-Kahfi akan dilindungi dari fitnah Dajjal. Dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Siapa yang menghafal sepuluh ayat pertama Surat al-Kahfi, maka dia akan dilindungi dari fitnah Dajjal. [HR. Muslim 1919, Abu Daud 4325, dan yang lainnya]
Kandungan Surat Al Kahfi
Surat al Kahfi adalah surat pelindung dari berbagai fitnah. Fitnah yang paling besar adalah Fitnah Dajjal. Tidak ada nabi dan rasul diutus, kecuali mengingatkan kaumnya dari besarnya fitnah Dajjal. Kita pun dituntut untuk berlindung kepada Allah dari fitnah Dajjal di akhir Tasyahhud salat kita. Selain fitnah Dajjal, ada empat fitnah (ujian) yang disebutkan dalam Surat al Kahfi, sebagai panduan kita dalam menghadapi berbagai fitnah, yaitu:
Pertama: Ujian karena agama. Kisah Ashabul Kahfi yang lari meninggalkan kampung halamannya dalam rangka menjaga imannya.
Kedua: Fitnah harta. Kisah Shohibul Jannatain (pemilik dua kebun), yang kufur kepada Tuhannya karena silau dengan dunianya.
Ketiga: Ujian karena ilmu. Kisah Musa dengan Khidr. Musa diperintahkan untuk belajar kepada Khidr, sekalipun beliau seorang Nabi yang memiliki Taurat. Karena di atas orang yang berilmu, ada yang lebih berilmu.
Keempat: Fitnah kekuatan dan kekuasaan. Kisah Dzulqarnain. Seorang raja penguasa hampir semua permukaan dunia. Kekuasaannya membentang dari ujung Timur hingga ujung Barat. Namun beliau jadikan kekuasaannya untuk menegakkan keadilan dan syariat bagi seluruh manusia.
Surat Peneguh Hati
Mayoritas Ulama mengatakan: Surat al-Kahfi Allah turunkan sebelum hijrah. Sehingga surat ini digolongkan sebagai Surat Makiyah. Tepatnya, surat ini diturunkan menjelang hijrahnya Rasulullah ﷺ dan para sahabat. Seolah surat ini menjadi mukadimah untuk perjuangan besar bagi kaum Muslimin, hijrah meninggalkan kampung halamannya, berikut harta dan keluarganya.
Tentu saja butuh perjuangan yang tidak ringan. Mereka harus siap dengan segala resiko, ketika mereka pindah ke Madinah. Semuanya serba menjadi taruhan. Memertaruhkan harta dan kedudukan yang mereka bangun di Mekah. Memertaruhkan hubungan keluarganya karena harus pisah di dua negeri yang berbeda. Memertaruhkan keselamatan jiwa sesampainya di Madinah, yang masih harus bersaing dengan Yahudi di sekitarnya.
Allah ﷻ kuatkan hati mereka dengan:
● Kisah Ashabul Kahfi, mengajarkan bahwa manusia harus memertahankan agamanya, sekalipun dia harus terusir dari kampung halamannya. Hijrah menjadi solusi bagi orang yang diuji keimanannya. Menyelamatkan agama adalah suatu kewajiban dan harga mati.
● Cerita Shohibul Jannatain (Pemilik Kebun), mengajarkan agar manusia tidak silau dengan harta, sehingga lebih memilih dunia dan meninggalkan agamanya. Bahkan Nabi ﷺ tidak khawatir dengan kefakiran, namun Nabi ﷺ khawatir ketika dibentangkan dunia kepada umatnya. Sehingga mereka berlomba-lomba mengejarnya, yang berakibat pada kebinasaan. Tidak sedikit orang Muslim yang menggadaikan akidahnya untuk harta, jabatan, dan kedudukan.
● Kisah Musa dan Khidir, bahwa orang harus mendatangi sumber ilmu dan hidayah, di mana pun dia berada. Ilmu itu dicari dan didatangi. Karenanya dalam Alquran disebutkan dengan istilah Utul Ilmi (mendatangi ilmu). Dengan ilmu ia mampu membedakan yang haq dan yang batil, tauhid dan syirik, sunnah dan bidah, dan yang lainnya.
● Kisah Dzulqarnain, bahwa bumi ini akan Allah wariskan kepada siapa pun yang Allah kehendaki di antara hamba-Nya. Kekuasaan ini akan hadir jika tiga hal di atas mampu dilaksanakan.
Ketika para sahabat lulus dari empat fitnah di atas, maka Allah memberikan pujian yang tinggi kepada mereka. Oleh karenanya, untuk mendapatkan apa yang mereka dapat, kita harus menempuh cara atau jalan yang mereka tempuh.
Demikian istimewanya surat ini, hingga Rasulullah ﷺ jadikan sebagai sumber cahaya bagi manusia. Sehingga mereka terhindari dari fitnah Dajjal, fitnah dunia, dan agama. Tentu saja, ini bagi mereka yang berusaha merenungi kandungan isi dan maknanya.