IBADAH DIBANGUN DI ATAS DUA PERKARA: CINTA DAN PENGAGUNGAN
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
IBADAH DIBANGUN DI ATAS DUA PERKARA: CINTA DAN PENGAGUNGAN
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan:
“Ibadah dibangun di atas dua perkara: ‘Cinta dan pengagungan.’ Dengan rasa cinta, maka seorang akan berjuang menggapai keridaan Sesembahannya (Allah). Dengan pengagungan, maka seorang akan menjauhi dari terjerumus dalam kedurhakaan kepada-Nya. Karena kamu mengagungkan-Nya, maka kamu pun merasa takut kepada-Nya. Dan karena kamu mencintai-Nya, maka kamu pun berharap dan mencari keridaan-Nya.” [Lihat asy-Syarh al-Mumti’ ‘ala Zaad al-Mustaqni’ (1/9) cet. Mu’assasah Aasam]
“Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan, dan janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” [QS. Al-Kahf 18: Ayat 110]
Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya amalan jika ikhlas namun tidak benar, maka tidak akan diterima. Demikian pula apabila amalan itu benar tapi tidak ikhlas, juga tidak diterima, sampai ia ikhlas dan benar. Ikhlas itu jika diperuntukkan bagi Allah, sedangkan benar jika berada di atas Sunnah/tuntunan.” [Lihat Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, hal. 19 cet. Dar al-Hadis]
Dari Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal dinilai dengan niat. Dan setiap orang akan mendapat balasan sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya kepada dunia yang ingin dia dapatkan, atau karena wanita yang ingin dia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang dia niatkan.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Dari Ummul Mukminin Ummu Abdillah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang mengada-adakan suatu perkara di dalam urusan (agama) kami ini yang bukan berasal darinya, maka ia pasti tertolak.” [HR. Bukhari dan Muslim]
“Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka ia pasti tertolak.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
“Simpul pokok ajaran agama ada dua: ‘Kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, dan kita beribadah kepada-Nya hanya dengan syariat-Nya. Kita tidak beribadah kepada-Nya dengan bidah-bidah.’
“Maka barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal saleh dan tidak memersekutukan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (QS. al-Kahfi: 110).” [Lihat Da’a’im Minhaj Nubuwwah, hal. 87]
والله أعلم… وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم