Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Pendapat yang ana kuatkan, bahwa talqin TIDAK disyariatkan, kecuali bagi orang yang hampir meninggal. Adapun setelah meninggal, maka tidak disyariatkan, karena tidak ada dalil yang shahih yang menunjukkan tentangnya. Rasulullah ﷺ bersabda:
لقنوا موتاكم لا إله إلا الله
“Talqinlah (tuntunlah) orang yang mau meninggal (untuk mengucapkan) Laa ilaaha illallah.” [HR. Muslim, dari Abu Sa’id Al-Khudry]
“Maknanya: Orang yang sedang didatangi kematian. Maksudnya: Ingatkan dia Laa ilaaha illallah supaya itu menjadi akhir ucapannya.” [Syarh Muslim 6/219]
Beliau ﷺ juga bersabda:
من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة
“Barang siapa yang ucapan terakhirnya “Laa ilaaha illallah” maka akan masuk Surga.” [HR. Abu Dawud, dari Mua’dz bin Jabal, dan dishahihkan Syeikh Al-Albany]
Ketika paman beliau Abu Thalib hampir meninggal, Rasulullah ﷺ menjenguk beliau dan menalqinnya seraya mengatakan:
أي عَمِّ، قل لا إله إلا الله، كلمةً أُحَاجُّ لك بها عند الله
“Wahai pamanku, katakanlah Laa ilaaha illallahu. Sebuah kalimat yang aku akan berhujjah dengannya untukmu di sisi Allah.” [Muttafaqun ‘alaihi]
Berkata Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin:
تلقين الميت بعد الدفن لم يصح الحديث فيه فيكون من البدع
“Menalqin mayit setelah dikubur tidak ada hadis shahih di dalamnya. Maka amalan ini termasuk bidah.” [Asy-Syarh Al-Mumti’ 5/364]
Berkata Syeikh Shalih bin Fauzan:
أما بعد خروج الروح فإن الميت لا يلقن لا قبل الدفن ولا بعد الدفن، ولم يرد بذلك سنة صحيحة عن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ فيما نعلم، وإنما استحب تلقين الميت بعد دفنه جماعة من العلماء، وليس لهم دليل ثابت عن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ لأن الحديث الوارد في ذلك مطعون في سنده، فعلى هذا يكون التلقين بعد الدفن لا أصل له من سنة الرسول صلى الله عليه وسلم، وإنما قال به بعض العلماء اعتمادًا على حديث غير ثابت .
فالتلقين بعد الدفن لا أصل له في السنة، وإنما التلقين المشروع هو عند الاحتضار، لأنه هو الذي ينفع المحتضر ويعقله المحتضر لأنه مازال على قيد الحياة ويستطيع النطق بهذه الكلمة وهو لا يزال في دار العمل، أما بعد الموت فقد انتهى العمل .
“Adapun setelah keluarnya nyawa, maka mayit tidak ditalqin, apakah sebelum dikuburkan atau setelahnya. Dan setahu kami, tidak ada hadis yang shahih dari Nabi ﷺ dalam permasalahan ini. Hanya saja sebagian ulama menganjurkannya setelah mayit dikubur. Namun mereka tidak memiliki dalil yang tetap dari Rasulullah ﷺ, karena hadis yang mereka jadikan dalil ada pembicaraan dalam sanadnya. Oleh karena itu talqin setelah mayit dikuburkan adalah tidak ada asalnya dari sunnah Rasulullah ﷺ. Hanya sebagian ulama menganjurkan, karena berpegang pada hadis yang tidak tetap.”
Jadi talqin setelah penguburan tidak ada asalnya di dalam sunnah. Dan talqin yang disyariatkan adalah ketika hampir meninggal, karena itulah yang bermanfaat bagi orang yang mau meninggal, dan bisa dia pahami, sebab dia masih hidup dan mampu mengucapkan kalimat ini. Dan dia masih di negeri amal. Adapun setelah mati, maka amal sudah selesai.” [Al-Muntaqa min Fatawa Al-Fauzan no: 131]