Hukum Operasi Menyambung Tangan Yang Dipotong Karena Mencuri (Fatwa Ulama)
Dalam syariat Islam, anggota badan seseorang bisa dipotong, misalnya kaki atau tangan, sebagai hukuman hadd yang dikenakan padanya. Aataupun sebagai qishas karena telah memotong atau merusak anggota badan orang lain dengan sengaja. Bolehkah jika tangan yang sudah dipotong tersebut segera disambung kembali dengan menggunakan teknologi kedokteran bedah saat ini? Berikut fatwanya:
Ketetapan Majma’ Fikih Al-Islami mengenai transplantasi (menyambung) kembali anggota badan yang dipotong dalam hukuman hadd atau qishash:
1- لا يجوز شرعاً إعادة العضو المقطوع تنفيذاً للحد لأن في بقاء أثر الحد تحقيقاً كاملاً للعقوبة المقررة شرعاً، ومنعاً للتهاون في استيفائها، وتفادياً لمصادمة حكم الشرع في الظاهر.
2- بما أن القصاص قد شرع لإقامة العدل، وإنصاف المجني عليه، وصون حق الحياة للمجتمع، وتوفير الأمن والاستقرار، فإنه لا يجوز إعادة عضو استؤصل تنفيذاً للقصاص إلا في الحالات التالية:
أ) أن يأذن المجني عليه بعد تنفيذ القصاص بإعادة العضو المقطوع.
ب) أن يكون المجني عليه قد تمكن من إعادة العضو المقطوع منه.
3- يجوز إعادة العضو الذي استؤصل في حد أو قصاص بسبب خطأ في الحكم أو في التنفيذ.
Pertama:
TIDAK BOLEH SECARA SYARIAT mengembalikan anggota badan yang terpotong dalam pelaksanaan hukuman hadd, karena tetapnya dampak dari hukuman hadd (tangan tetap terpotong) merupakan realisasi sempurna dari hukuman yang telah ditetapkan syariat. Dalam rangka untuk mencegah peremehan dalam pelaksanaannya dan mencegah berbenturnya hukum syariat secara dzahir.
Kedua:
Dikarenakan Qishahs telah disyariatkan untuk menegakkan keadilan dan hak kesamaan bagi korbannya, menjaga hak (keseimbangan) kehidupan masyarakat dan mewujudkan keamanan dan stabilitas, maka TIDAK DIBOLEHKAN mengembalikan anggota badan yang terpotong dalam pelaksanaan hukuman qishash, kecuali dalam keadaan berikut:
Ketiga:
Boleh mengembalikan (operasi menyambungkan) anggota badan dalam hukuman hadd atau qishash yang sebabnya adalah tidak sengaja dalam hukum atau pelaksanaannya.
Sumber: http://www.alftwa.com/v/9a770678c03c39aa dan http://www.saaid.net/tabeeb/15.htm
—
Penerjemah: dr. Raehanul Bahraen
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ TENTANG MUSIK DAN NASYID Syaikh Ahmad An-Najmi rahimahullah berkata: إن الأغاني معصية والمصر عليها…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ KISAH RAJA NAJASYI (ASHHAMAH BIN JABAR) DARI ETIOPIA Najasyi bisa dikatakan tabi’in,…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ PENGKHIANATAN KONSTITUSI An Najasy adalah putra tunggal Raja Habasyah (Etiopia). Para punggawa kerajaan…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ APAKAH ALLAH BERBICARA DENGAN HURUF DAN SUARA? Pertanyaan: Bagaimana cara menjelaskan kepada orang…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ SIFAT MURKA BAGI ALLAH Ahlussunnah meyakini Allah ﷻ memiliki sifat al ghadhab…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ MENGIMANI SIFAT MURKA ALLAH Kemuliaan suatu disiplin ilmu sangat erat kaitannya dengan…