بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
HAK BERTETANGGA SESUAI SUNNAH
Bismillah, was sholatu was salamu ‘ala Rosulillah, amma ba’du,
Di antara bukti bahwa Islam adalah agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam adalah, Islam mengajarkan kepada umat manusia untuk berbuat baik kepada sesama, terutama kepada orang yang memiliki hubungan dekat dengan kita. Di antaranya adalah berbuat baik kepada tetangga. Hubungan tetangga menjadi penting, karena tetangga memiliki hak yang lebih dibandingkan lainnya. Tidak heran jika ada beberapa ulama yang menulis buku khusus membahas tentang tetangga, seperti Imam al-Humaidi (w. 219 H) dan Abu Nuaim al-Asbahani (w. 430 H), yang menulis satu kumpulan hadis khusus tentang tetangga, kemudian ad-Dzahabi (w. 748 H), beliau memiliki buku khusus berjudul, Haqqul Jiwar (Hak bertetangga), dan buku ini sudah diterbitkan.
Hak Bertetangga dalam Alquran
Allah berpesan dalam Alquran:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Beribadahlah kepada Allah dan jangan menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga atau kerabat dekat, tetangga atau kerabat jauh, rekan di perjalanan, Ibnu Sabil, dan kepada budak yang kalian miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan apa yang dia miliki.” (QS. An-Nisa: 36).
Setelah menjelaskan banyak hal tentang ayat ini, al-Qurthubi mengatakan:
“Oleh karena itu, bersikap baik kepada tetangga adalah satu hal yang diperintahkan dan ditekankan, baik dia Muslim maupun kafir. Dan itulah pendapat yang benar.” (Tafsir al-Qurthubi, 5:184)
Hadis-hadis Tentang Bertetangga
Di antaranya adalah:
Yang berikut ini adalah perinciannya:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
“Tidak akan masuk Surga, orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari 6016 dan Muslim 46).
Berikan jaminan, bahwa tetangga Anda merasa nyaman dengan keberadaan Anda sebagai tetangganya. Hati-hati, jangan sampai menjadi tukang gosip tetangga, sehingga membuat tetangga Anda selalu tidak nyaman ketika bertindak di hadapan Anda, karena takut dijadikan bahan gosip.
Dari A’isyah radhiyallahu ‘anha, Nabi ﷺ menuturkan:
مَا زَالَ يُوصِينِي جِبْرِيلُ بِالْجَارِ، حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
“Jibril selalu berpesan kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga, sampai aku mengira, tetangga akan ditetapkan menjadi ahli warisnya.” (HR. Bukhari 6014 dan Muslim 2624).
Pesan yang sangat penting, diberikan oleh Malaikat terbaik (Jibril ‘alaihis salam) kepada manusia terbaik (Rasul Muhammad ﷺ).
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan:
Ada seorang yang mengadu kepada Nabi ﷺ tentang kezaliman yang dilakukan tetangganya. Setiap kali orang ini mengadu, selalu dinasihatkan oleh beliau ﷺ untuk bersabar. Ini dilakukan sampai tiga kali. Sampai pengaduan yang keempat, Nabi ﷺ memberikan solusi:
اطْرَحْ مَتَاعَكَ فِي الطَّرِيقِ
“Letakkan semua isi rumahmu di pinggir jalan.”
Orang ini pun melakukannya.
Setiap ada orang yang melewati orang ini, mereka bertanya: “Apa yang terjadi denganmu (sampai kamu keluarkan isi rumahmu)?” Dia menjawab: “Tetanggaku menggangguku.” Mendengar jawaban ini, setiap orang yang lewat pun mengucapkan: “Semoga Allah melaknatnya!”, sampai akhirnya tetangga pengganggu itu dating. Dia mengiba: “Masukkan kembali barangmu. Demi Allah, saya tidak akan mengganggumu selamanya.” (HR. Ibnu Hibban 520, Syuaib al-Arnauth menyatakan: Sanadnya kuat).
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu mengatakan: “Sesungguhnya kekasihku (Rasulullah ﷺ), mewasiatkan kepadaku:
إِذَا طَبَخْتَ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ، ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيرَانِكَ، فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوفٍ
“Apabila kamu memasak, perbanyaklah kuahnya. Kemudian perhatikan penghuni rumah tetanggamu, dan berikan sebagian masakan itu kepada mereka dengan baik.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah, nabi ﷺ bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِي جَارَهُ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah dia mengganggu saudaranya.” (HR. Bukhari 5185 dan Muslim 47).
Dari Abdah bin Abi Lubabah rahimahullah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا قَلِيلَ مِن أَذَى الجَار
“Tidak ada istilah sedikit dalam mengganggu tetangga.” (HR. Ibn Abi Syaibah dengan sanad Shahih namun Mursal. Dan dalam riwayat Thabrani secara mausul dari Umu Salamah. Syaikh Ali al-Halabi mengatakan: “Hadis ini Hasan”).
Dari Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ، وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاوَةِ: الْجَارُ السُّوءُ، وَالْمَرْأَةُ السوء، والمسكن الضيق، والمركب السوء
“Empat hal yang menjadi sumber kebahagiaa: Istri solihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Empat hal sumber kesengsaraan: tetangga yang buruk, istri yang durhaka, tempat tinggal yang sempit, dan kendaraan yang tidak nyaman.” (HR. Ibn Hibban 4032 dan sanadnya dinilai Shahih oleh Syuaib al-Arnauth).
Dari Miqdad bin Aswad radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
لَأَنْ يَزْنِيَ الرَّجُلُ بِعَشْرَةِ نِسْوَةٍ، أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَزْنِيَ بِامْرَأَةِ جَارِهِ
لَأَنْ يَسْرِقَ الرَّجُلُ مِنْ عَشْرَةِ أَبْيَاتٍ، أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَسْرِقَ مِنْ جَارِهِ
“Seseorang yang berzina dengan 10 wanita, dosanya lebih ringan dibandingkan dia berzina dengan satu orang istri tetangganya. Seseorang yang mencuri 10 rumah, dosanya lebih besar dibandingkan dia mencuri satu rumah tetangganya.” (HR. Ahmad 23854 dan dinyatakan Syuaib Al-Arnauth, sanadnya Bagus).
Dari Abu hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ berpesan:
كُنْ وَرِعًا، تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، وَكُنْ قَنِعًا، تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ، وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ، تَكُنْ مُؤْمِنًا، وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ، تَكُنْ مُسْلِمًا…
“Jadilah orang yang wara’. Kamu akan menjadi manusia ahli ibadah. Jadilah orang yang qanaah, kamu akan menjadi orang yang paling rajin bersyukur. Berikanlah yang terbaik untuk orang lain, sebagaimana kamu memberikan yang terbaik untuk dirimu, niscaya kamu menjadi Mukmin sejati. Bersikaplah yang baik kepada tetangga, kamu akan menjadi Muslim sejati…” (HR. Ibn Majah 4217 dan diShahihkan al-Albani)
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ
“Bukanlah Mukmin sejati, orang yang kenyang, sementara tetangga di sampingnya kelaparan.” (HR. Abu Ya’la dalam Musnadnya, dan sanadnya dinilai Hasan oleh Husain Salim Asad)
Al-Albani mengatakan:
وفي الحديث دليل واضح على أنه يحرم على الجار الغني أن يدع جيرانه جائعين، فيجب عليه أن يقدم إليهم ما يدفعون به الجوع، وكذلك ما يكتسون به إن كانوا عراة، ونحو ذلك من الضروريات
Dalam hadis ini terdapat dalil yang tegas, bahwa haram bagi orang yang kaya untuk membiarkan tetangganya dalam kondisi lapar. Karena itu, dia wajib memberikan makanan yang cukup untuk mengenyangkan, kepada tetangganya. Demikian pula dia wajib memberikan pakaian kepada tetangganya, jika mereka tidak punya pakaian, dan seterusnya, berlaku untuk semua kebutuhan pokok tetangga. (Silsilah As-Shahihah, 1:280)
Pesan ini pernah disampaikan Nabi ﷺ kepada umatnya, terutama kaum perempuan. Mungkin karena merekalah yang umumnya memiliki sikap seperti itu. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
يَا نِسَاءَ المُسْلِمَاتِ، لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا، وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ
“Wahai para wanita Muslimah, janganlah satu tetangga meremehkan pemberian tetangga yang lainnya, meskipun hanya kikil yang tak berdaging.” (HR. Bukhari 2566 dan Muslim 1030).
Dari A’isyah radhiyallahu ‘anha, beliau bertanya kepada Nabi ﷺ: “Wahai Rasulullah, saya memiliki dua tetangga dekat. Ke manakah saya akan memberikan hadiah?” Beliau ﷺ menjawab:
إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكِ بَابًا
“Ke rumah yang paling dekat pintunya denganmu.” (HR. Bukhari 2259)
Nabi ﷺ memerintahkan agar kita memohon perlindungan kepada Allah, dari tetangga yang buruk. Ini menunjukkan betapa bahayanya tetangga yang buruk, sampai manusia terbaik menyarankan doa ini dilantunkan. Dari Abu hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ berpesan:
تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ، مِنْ جَارِ السَّوْءِ فِي دَارِ الْمُقَامِ، فَإِنَّ جَارَ الْبَادِيَةِ يَتَحَوَّلُ عَنْكَ
“Mintalah perlindungan kepada Allah dari tetangga yang buruk di tempat tinggal menetap, karena tetangga yang tidak menetap, akan berpindah dari kampungmu.” (HR. Nasa’i 5502 dan dinilai al-Albani sebagai hadis Hasan Shahih).
Dari uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
أَوَّلُ خَصْمَيْنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ جَارَانِ
“Sengketa pertama pada Hari Kiamat adalah sengketa antar tetangga.” (HR. Ahmad 17372 dan dinilai Hasan oleh Syuaib al-Arnauth)
Al-Munawi mengatakan:
أي أول خصمين يقضى بينهما يوم القيامة جاران آذى أحدهما صاحبه اهتماماً بشأن حق الجوار الذي حث الشرع على رعايته
“Maksud hadis sengketa antara dua orang yang pertama diputuskan pada Hari Kiamat, adalah sengketa dua orang bertetangga. Yang satu menyakiti lainnya. Sebagai bentuk perhatian besar tentang hak tetangga, yang dimotivasi oleh syariat untuk diperhatikan.” (At-Taisir bi Syarh al-Jami’ ash-Shaghir, 1:791).
Serajin apapun seseorang dalam beribadah, namun dia suka menyakiti tetangga, dia terancam Neraka. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seseorang yang melapor kepada Nabi ﷺ: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya wanita itu rajin shalat, rajin sedekah, rajin puasa, namun dia suka menyakiti tetangga dengan lisannya.” Nabi ﷺ berkomentar:
“Dia di Neraka.”
Para sahabat bertanya lagi: “Ada wanita yang dikenal jarang berpuasa sunah, jarang shalat sunah, dan dia hanya bersedekah dengan potongan keju. Namun dia tidak pernah menyakiti tetangganya.” Rasulullah ﷺ mengatakan:
“Dia Ahli Surga.” (HR. Ahmad 9675 dan Syuaib Al-Arnauth mengatakan: Sanadnya Hasan).
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
ثَلَاثَةٌ يُحِبُّهُمُ اللهُ… وَالرَّجُلُ يَكُونُ لَهُ الْجَارُ يُؤْذِيهِ جِوَارُهُ، فَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُ حَتَّى يُفَرِّقَ بَيْنَهُمَا مَوْتٌ أَوْ ظَعْنٌ
“Tiga orang yang Allah cintai…., orang yang memiliki tetangga, dan tetangganya suka menyakitinya. Dia pun bersabar terhadap gangguannya, sampai dipisahkan dengan kematian atau safar.” (HR. Ahmad dan dinilai Shahih oleh Syuaib al-Arnauth).
Merekalah manusia yang paling banyak menyaksikan aktivitas kita, sehingga penilaian mereka bisa mewakili kepribadian dan perilaku kita. Dari Ibn mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang yang bertanya kepada Nabi ﷺ: “Bagaimana saya bisa mengetahui, apakah saya orang baik ataukah orang jahat?” Beliau ﷺ menjawab:
إِذَا قَالَ جِيرَانُكَ: قَدْ أَحْسَنْتَ، فَقَدْ أَحْسَنْتَ، وَإِذَا قَالُوا: إِنَّكَ قَدْ أَسَأْتَ، فَقَدْ أَسَأْتَ
“Jika tetanggamu berkomentar kamu orang baik, maka berarti engkau orang baik. Sementara jika mereka berkomentar engkau orang tidak baik, berarti kamu tidak baik.” (HR. Ahmad 3808, Ibn Majah 4223 dan dishahihkan al-Albani)
Yang dimaksud komentar tetangga di sini adalah komentar dari tetangga yang baik, saleh dan memerhatikan aturan syariat. (At-Taisir Syarh Jamius Shaghir, 1:211).
Penulis: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)
Sumber: https://konsultasisyariah.com/16964-hak-bertetangga.html
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN Dengan dalih toleransi, jangan sampai kita kebablasan.…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN Boleh toleransi, tapi jangan kebablasan. Tidak sedikit orang…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK) Agar toleransi tidak kebablasan, cobalah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK) Islam agama yang sempurna. Maka pasti ada…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK) Oleh: Ustadz: Dr. Abu Hafizhah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH? Asalnya, Safar Wanita…