Dari postingan itu kami penasaran. Sebab baru kali ini mata kami melihat hadis itu. Kami cari dalam kitab-kitab hadis, dan secara khusus Musnad Ahmad, kitab yang dijadikan rujukan oleh si pembuat gambar pesan. Ternyata hasilnya NIHIL! Kami TIDAK mendapati lafal tersebut dalam Al-Musnad karya Imam Ahmad, dan TIDAK pula dalam kitab-kitab hadis yang muktabar.
Terjemahan hadis tersebut sepertinya keliru. Hadis itu kami temukan dengan lafal berikut:
“Potonglah kuku-kukumu, karena setan duduk di atas sesuatu yang panjang dari kuku-kuku itu.”
Hadis ini TIDAK diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al-Musnad dan TIDAK pula ahli hadis lainnya.
Kami hanya menemukannya dalam kitab Al-Firdaus, karya Abu Syuja’ Ad-Dailamiy (3/205), dari Ali bin Abi Tholib -radhiyallahu anhu-, TANPA sanad.
Hadis ini juga dicantumkan oleh Al-Ghozaliy dalam Ihya’ Ulumiddin (1/141), cet. Darul Ma’rifah, juga TANPA sanad.
Tajuddin As-Subkiy rahimahullah berkata:
وهذا فصل جمعت فيه جميع ما في كتاب الإحياء من الأحاديث التي لم أجد لها إسنادا من كتاب العلم
“Ini adalah pasal yang aku kumpulkan di dalamnya semua hadis-hadis yang terdapat dalam Kitab Al-Ihya’ berupa hadis-hadis yang TIDAK aku temukan sanadnya dalam kitab-kitab ilmu. (kemudian beliau sebutkan hadis di atas dari riwayat Abu Hurairah radhiyallahu anhu).” [Lihat Thobaqot Asy-Syafi’iyyah Al-Kubro (6/287 & 293)]
Kesimpulannya, hadis di atas adalah HADIS DHAIF (LEMAH), bahkan boleh jadi PALSU, karena tidak memiliki sanad.
Adapun memotong kuku, maka memang disyariatkan dalam agama yang suci ini. Terdapat riwayat dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau mengatakan:
وقت لنا في قص الشارب وتقليم الأظفار ونتف الابط وحلق العانة ألا نترك أكثر من أربعين ليلة
“Rasulullah ﷺ memberikan batas waktu kepada kami untuk memendekkan kumis, potong kuku, mencabut bulu ketiak, dan cukur bulu kemaluan, agar tidak kami biarkan lebih dari 40 hari.” [HR. Ahmad, Muslim, Nasai, Abu Daud, dan yang lainnya]
Jumhur Ulama memandang makruhnya memanjangkan kuku. Jika melebihi 40 hari, maka boleh jadi haram!
Kembali kepada hadis tentang kuku yang kita bahas, untuk lebih memerluas pembahasan hadis ini, silakan buka kita Adh-Dho’ifah (no. 1705) karya Syaikh Al-Albaniy rahimahullah.
Penulis: Ustadz. Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc. hafizhahullah