بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
ETIKA SEHAT BERTETANGGA
Tetangga adalah sosok yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Tak jarang tetangga kita lebih tahu keadaan kita ketimbang kerabat kita yang tinggal berjauhan.
Saat kita sakit dan ditimpa musibah, tetanggalah yang pertama membantu kita. Tak heran jika Islam begitu menekankan kepada kita untuk berbuat baik kepada terangga, karena dampak hubungan yang harmonis antar tetangga mendatangkankan maslahat yang begitu besar. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِالله وَ اليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُحْسِنْ إلى جَارِهِ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berbuat baik kepada terangganya.” [HR Bukhari no: 4787 dan Muslim no: 69. Lafal hadis milik Muslim]
وَأحْسِنْ مُجَاوَرَةَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا
“Dan berbuat baiklah kepada tetanggamu, niscaya engkau menjadi seorang muslim.” [HR. Ibnu Majah no: 4207 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani”. Lihat Min Adabil Islam hal.31 karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu]
Dua hadis di atas mengindikasikan, bahwa berbuat ihsan (baik) kepada tetangga merupakan salah satu simbol kesempurnaan iman seseorang. Sebab antara iman dan ketinggian akhlak seorang Muslim berbanding lurus. Semakin tinggi keimanan seseorang, maka semakin mulia pula akhlaknya kepada siapapun, termasuk kepada para tetangganya. Keluhuran akhlak seseorang bukti kesempurnaan imannya.
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu menjelaskan beberapa etika pergaulan dengan tetangga yang selayaknya kita perhatikan: [Disarikan dari Kitab Min Adabil Islam hal 31-33 dengan bahasa dari penyusun]
1. Hendaknya kita mencintai kebaikan untuk tetangga kita, sebagaimana kita menyukai kebaikan itu untuk diri kita. Bergembira jika tetangga kita mendapat kebaikan dan kebahagiaan, serta jauhi sikap dengki ketika itu. Hal ini mencakup pula keharusan untuk menasihatinya ketika kita melihat tetangga kita melalaikan sebagian perintah Allah, serta mengajarinya perkara-perkara penting dalam agama yang belum ia ketahui dengan cara yang baik dan penuh hikmah. Nabi ﷺ bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَارِهِ أَوْ قَالَ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Dan demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidaklah seseorang beriman hingga ia mencintai untuk tetangganya, atau beliau berkata, untuk sudaranya apa yang ia cintai, untuk dirinya sendiri.” [HR Muslim no: 65]
Ibnu Abi Jamrah berkata:
“Kondisi tetangga berbeda-beda ditinjau dari tingkat kesalehan mereka. (Prinsip) yang mencakup seluruhnya adalah keinginan kebaikan untuk tetangga tersebut. Dan nasihat kepadanya dengan cara yang baik, mendoakannya agar mendapatkan petunjuk, menjauhi sikap yang menyakitinya, dan mencegah tetangga yang tidak saleh dari perbuatan yang menganggu atau dari kefasikan dengan cara yang bijak, sesuai dengan tahapan beramar makruf nahi mungkar. Serta mengenalkan kepada tetangga yang kafir tentang Islam, dan menjelaskan kepadanya kebaikan-kebaikan agama Islam, dan memotivasinya untuk masuk Islam dengan cara yang baik pula. Jika hal itu bermanfaat, maka (ajaklah ia dengan nasihat itu). Dan bila nasihat tidak mempan, maka boikotlah ia dengan tujuan untuk memberinya pelajaran. Karena dirinya telah mengetahui alasan kita memboikotnya, agar ia berhenti dari keengganannya untuk masuk Islam, jika memang pemboikotan tersebut efektif diterapkan padanya.”
2. Saat musibah melanda tetangga kita dan dia dirundung kesedihan dan terbelit kesulitan, sebisa mungkin kita membantunya, baik bantuan materi ataupun dukungan moril. Menghibur dan meringankan beban penderitaannya dengan nasihat, tidak menampakkan wajah gembira tatkala dia dirundung duka. Menjenguknya ketika sakit dan mendoakan kesembuhan untuknya, serta membantu pengobatannya bila memang dia membutuhkannya. Rasulullah ﷺ bersabda:
لَيْسَ المُؤْمِنُ الَّذِيْ يَشْبَعُ وَ جَارُهُ جَائِعٌ إلى جَنْبِهِ
“Bukanlah seorang Mukmin, orang yang kenyang, sementara tetangganya kelaparan di sampingnya.” [HR Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad no: 112 dan disahihkan oleh Syaikh al Albani”. Lihat Min Adabil Islam hal.32]
3. Hindari sejauh mungkin sikap yang dapat menyebabkan tetangga kita merasa tersakiti, baik berupa perbuatan ataupun perkataan. Contohnya mencela, membeberkan aibnya di muka umum, memusuhinya, atau melemparkan sampah di muka rumahnya, sehingga menyebabkan ia terpeleset ketika melewatinya, dan jenis gangguan lainnya. Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِالله وَ اليَوْمِ الآخِر فَلاَ يُؤْذِيْ جَارَهٌ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya.” [HR Bukhari no: 5559]
4. Kunjungilah tetangga pada hari raya dan sambutlah undangannya jika dia mengundang kita. Rasulullah ﷺ bersabda:
حَقُّ المُسْلِمِ على المُسْلِمِ خَمْسٌ: رَدُّ السَّلاَمِ وَ عِيَادَةُ المَرِيْضِ وَ اتِّبَاعُ الجَنَائِزِ وَ إجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَ تَشْمِيْتُ العَاطِسِ
“Hak Muslim atas Muslim yang lain ada lima, menjawab ucapan salam, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan orang yang bersin.” [HR Bukhari no: 1164]
5. Berikanlah toleransi kepada tetangga kita selama bukan dalam perkara maksiat. Didiklah keluarga kita untuk tidak berkata-kata keras atau berteriak-teriak sehingga mengganggu tetangga. Janganlah kita mengeraskan suara radio kita hingga mengusik ketentraman tetangga, terutama pada malam hari. Sebab mungkin di antara mereka ada yang sedang sakit, atau lelah, atau tidur atau mungkin ada anak sekolah yang sedang belajar. Dan ketahuilah, mendengarkan musik adalah perkara haram. Apalagi jika sampai mengganggu tetangga, maka dosanya menjadi berlipat ganda. Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُ الأصْحَابِ عِنْدَ الله خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ وَ خَيْرُ الجِيْرَانِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ
“Sebaik-baik sahabat adalah yang paling baik terhadap sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga adalah yang paling baik terhadap tetangganya.” [HR Tirmidzi no: 1867 dan disahihkan oleh Syaikh al Albani. Lihat Min Adabil Islam hal.32]
Dan hendaklah kita tidak bersikap kikir terhadap tetangga yang membutuhkan bentuan kita, selama kita bisa membantunya. Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا يَمْنَعْ أَحَدُكُمْ جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ خَشَبَةً فِي جِدَارِهِ
“Janganlah seorang di antara kalian melarang tetangganya untuk meletakkan kayu di tembok rumahnya.” [HR Bukhari no: 2283 dan Muslim no: 3019]
Berkenaan dengan hadis di atas, Syaikh Salim bin Ied Al Hilali membawakan beberapa pelajaran yang berkaitan dengan hak tetangga yaitu:
Yang pertama: Saling membantu dan bersikap toleran sesama tetangga merupakan hak-hak tetangga (yang wajib dipenuhi), sekaligus merupakan wujud kekokohan bangunan masyarakat Islam.
Yang kedua: Jika seseorang memiliki rumah kemudian ia memiliki tetangga, dan tetangganya itu ingin menyandarkan sebatang kayu di temboknya tersebut, maka boleh hukumnya bagi si tetangga untuk meletakkannya dengan izin atau tanpa izin pemilik rumah, dengan syarat hal tersebut tidak menimbulkan mudharat bagi si empunya rumah, karena Islam telah menetapkan satu kaidah umum. [Bahjatun Nazhirin I/387] ( لاَ ضَرَرَ وَ لاَ ضِرَارَ) .
6. Berikanlah hadiah kepada tetangga, walau dengan sesuatu yang mungkin kita anggap sepele, karena saling memberi hadiah akan menumbuhkan rasa cinta dan ukhuwah yang lebih dalam. Rasulullah ﷺ pernah menasihati Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu:
إذَا طَبَخْتَ مَرَقًا فأكْثِرْ مَاءَهُ ، ثُمَّ انْظُرْ أهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيْرَانِكَ ، فأصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوفٍ
“Jika suatu kali engkau memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya, kemudian perhatikanlah tetanggamu, dan berikanlah mereka sebagiannya dengan cara yang pantas.” [HR Muslim no: 4759]
7. Tundukkanlah pandangan kita terhadap aurat tetangga. Jangan pula menguping pembicaraan mereka, apalagi sampai mengintip ke dalam rumahnya tanpa seizinnya, untuk mengetahui aib mereka. Allah ﷻ berfirman:
قُلْ لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ
Dan katakanlah kepada laki-laki beriman: ”Hendaklah mereka menahan pandangan mereka.” [QS. An Nur/24:30]
Lalu Bagaimana Bila Tetangga Kita Jahat?
Memiliki tetangga yang baik dan mau hidup rukun dengan kita merupakan satu kenikmatan hidup. Namun terkadang kita diuji Allah dengan memiliki tetangga yang tidak baik akhlaknya, dan gemar mengganggu kita. Untuk menghadapi tetangga semacam itu, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu memberikan beberapa nasihatnya sebagai berikut:
1. Bersabarlah Anda dalam menghadapi gangguan tetangga. Atau memilih pindah rumah jika memang hal itu memungkinkan. Allah ﷻ berfirman:
وَلاَتَسْتَوِي الْحَسَنَةُ و َلا َالسَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik. Maka tiba-tiba orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan, seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” [QS. Fushilat/41:34]
Membalas kejahatan tetangga dengan perbuatan baik merupakan salah satu etika bertetangga yang diajarkan Islam. Yaitu agar kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan yang sama.
Al Hasan al Bashri berkata:
“Tidaklah berbuat ihsan kepada tetangga (hanya dengan) menahan diri tidak menyakiti tetangga. Akan tetapi berbuat ihsan kepada tetangga (juga) dengan bersabar dan tabah menghadapi gangguannya.” [Jami’ul ‘Ulum wal Hikam hal. 260]
Nabi ﷺ bersabda:
ثَلاَثَةٌ يَحِبُهُمُ الله، …….وَ الرَّجُلُ يَكُوْنَ لَهُ جَارٌ يُؤْذِيْهِ جَارُهُ فَيَصْبِرُ عَلَى اذَاهُ حَتَّى يُفَرَّقُ بَيْنَهُمَا مَوْتٌ أوْ ظُعُنٌ
“Tiga golongan yang dicintai Allah,……..dan laki-laki yang memiliki tetangga yang menyakitinya, kemudian ia bersabar menghadapi gangguannya hingga ajal memisahkan mereka.” [HR Imam Ahmad no: 20377 dan derajatnya sahih. Lihat Min Adabil Islam hal.34]
2. Hendaklah Anda berdoa dengan doa sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ yaitu:
(اللهمَّ إنَّيْ أعُوْذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ في دَارِ الإقَامَةِ فإنَّ جَارَ البَادِيَةِ يَتَحَوَّلُ)
“Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari tetangga yang buruk di Akhirat. Maka sesungguhnya tetangga Badui beganti-ganti.” [HR. Bukhari dalam Al Adabul Mufrad (117), Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf (8/359), Ibnu Hibban dalam Sahihnya (1033), Al Hakim dalam Mustadrak (1/532) dari jalan Abu Khalid Al Ahmar dari Ibnu ‘Ajlan dari Sa’id Al Maqburi dari Abu Hurairah”. Lihat Silsilah Sahihah no: 1443]
3. Jika Anda tidak mampu bersabar menghadapi gangguan tetangga, sementara tidak mungkin bagi Anda untuk pindah rumah, maka terapkan nasihat Rasulullah ﷺ yang dikisahkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
جَاءَ رَجُلٌ إلى النَّبِيِّ يَشْكُوْ جَارَهُ، قَالَ: اذْهَبْ فاصْبِرْ، فأتاهُ مَرَّتَيْنِ أوْ ثَلاَثًا، فَقَالَ: اذْهَبْ فاطْرَحْ مَتَاعَكَ في الطَّرِيْقِ، فَطَرَحَ مَتَاعَهُ في تاطِّرِيْقِ، فَجَعَلَ الناَسُ يَسْألُوْنَ فَسُخْبِرُهُمْ خَبَرُهُ، فَيَلْعَنُوْنَ ذلك الجَارَ المُسِيءَ – فَعَلَ الله بِهِ وَ فَعَلَ- كِنَيَةٌ عَنْ سَخَطِ النَّاسِ عَلَيْهِ، فَجَاءَ إلَيْهِ فَقَالَ: ارْجِعْ لاَ تَرَى مِنِّيْ شَيْءًا تَكْرَهُهُ
Seorang laki-laki pernah datang kepada Nabi ﷺ mengeluhkan tetangganya. Maka Rasulullah ﷺ menasihatinya: ”Pulanglah dan bersabarlah.”
Lelaki itu kemudian mendatangi Nabi ﷺ lagi sampai dua atau tiga kali. Maka beliau ﷺ bersabda kepadanya: ”Pulanglah dan lemparkanlah barang-barangmu ke jalan.”
Maka lelaki itu pun melemparkan barang-barangnya ke jalan, sehingga orang-orang bertanya kepadanya. Ia pun menceritakan keadaannya kepada mereka. Maka orang-orang pun melaknat tetangganya itu. Hingga tetangganya itu mendatanginya dan berkata: ”Kembalikanlah barang-barangmu. Engkau tidak akan melihat lagi sesuatu yang tidak engkau sukai dariku.” [HR Abu Daud no: 4486. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu mengatakan hadis ini hasan, sedangkan Syaikh Abdurrahman bin Abdul karim Al ‘Ubayyid mengatakan hadis ini sahih. Wallahu a’lam]
Tiada gading yang tak retak.Tidak ada manusia yang sempurna. Ada saja kekurangan yang melekat pada setiap diri kita. Latar belakang yang berbeda menciptakan pribadi yang berbeda. Wacana yang perlu kita kembangkan, bagaimana kita dapat meredam perbedaan yang ada, selama tidak melanggar rambu syariat. Menjalin komunikasi positif dengan menjungjung tinggi akhlak pergaulan. Selamat menuai pahala dari tetangga Anda.
Wallahul Muwaffiq ilaa aqwaamith thariiq (Hanin Az Zarqa‘)
Dinukil dari: https://almanhaj.or.id/3064-bertetangga-yang-sehat-dan-kiat-menghadapi-tetangga-jahat.html
══════
Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: nasihatsahabatcom@gmail.com
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN Dengan dalih toleransi, jangan sampai kita kebablasan.…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN Boleh toleransi, tapi jangan kebablasan. Tidak sedikit orang…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK) Agar toleransi tidak kebablasan, cobalah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK) Islam agama yang sempurna. Maka pasti ada…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK) Oleh: Ustadz: Dr. Abu Hafizhah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH? Asalnya, Safar Wanita…