بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

ENGKAU HARUS MENCINTAI NABIMU ﷺ
>> Mencintai Rasulullah ﷺ adalah bagian dari iman
 
Allah ﷻ berfirman:
 
قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ “
 
Katakanlah: Jika
• Bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri,
• Kaum keluargamu,
• Harta kekayaan yang kamu usahakan,
• Perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
• Tempat tinggal yang kamu sukai,
 
Adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” [QS. At Taubah: 24]
 
Ibnu Katsir mengatakan:
“Jika semua hal-hal tadi lebih dicintai daripada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah, maka tunggulah musibah dan malapetaka yang akan menimpa kalian.” [Tafsir Alquran Al ‘Azhim, 4/124]
 
Ancaman keras inilah yang menunjukkan, bahwa mencintai Rasulullah ﷺ lebih dari makhluk lainnya adalah WAJIB. Bahkan tidak boleh seseorang mencintai dirinya hingga melebihi kecintaan pada nabinya.
 
Abdullah bin Hisyam berkata:
“Kami pernah bersama Nabi ﷺ dan beliau memegang tangan Umar bin Khaththab radiyallahu ’anhu. Lalu Umar radhiyallahu ’anhu berkata:
لأنت أحب إلي من كل شيء إلا من نفسي
 
”Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu, kecuali terhadap diriku sendiri.”
 
Kemudian Nabi ﷺ berkata:
 
, لا والذي نفسي بيده حتى أكون أحب إليك من نفسك
 
”Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya (imanmu belum sempurna). Tetapi aku harus lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.”
 
Kemudian ’Umar berkata:
فإنه الآن والله لأنت أحب إلي من نفسي
 
”Sekarang, demi Allah. Engkau (Rasulullah) lebih aku cintai daripada diriku sendiri.”
 
Kemudian Nabi ﷺ berkata:
, الآن يا عمر
 
”Saat ini pula wahai Umar, (imanmu telah sempurna).” [HR. Bukhari. [Bukhari: 86-Kitabul Iman wan Nudzur, 2-Bab Bagaimana Nabi ﷺ bersumpah]
 
Mencintai Rasulullah ﷺ adalah bagian dari iman. Kita wajib mencintai Rasulullah ﷺ lebih dari kecintaan kita kepada keluarga, anak, orang tua, dan manusia seluruhnya.
 
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
 
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
 
“Salah seorang di antara kalian tidak akan beriman, sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya, bahkan seluruh manusia.” [HR. Bukhari dan Muslim]
 
‘Semua Cinta Butuh Bukti Cinta’ bukanlah hanya klaim semata. Semua cinta harus dengan bukti. Di antara bentuk cinta pada Nabi ﷺ adalah ittiba’ (mengikuti), taat dan berpegang teguh pada petunjuknya. Karena ingatlah, ketaatan pada Nabi ﷺ adalah buah dari kecintaan. Penyair Arab mengatakan:
 
لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقاً لَأَطَعْتَهُ إِنَّ المُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعٌ
 
Sekiranya cintamu itu benar, niscaya engkau akan menaatinya. Karena orang yang mencintai tentu akan menaati orang yang dicintainya
 
Cinta pada Nabi ﷺ bukanlah dengan melatunkan nasyid atau pun syair yang indah, namun enggan mengikuti Sunnah beliau. Hakikat cinta pada Nabi ﷺ adalah dengan mengikuti (ittiba’) setiap ajarannya dan menaatinya. Semakin seseorang mencintai Nabinya, maka dia juga akan semakin menaatinya. Dari sinilah sebagian Salaf mengatakan:
 
لهذا لما كَثُرَ الأدعياء طُولبوا بالبرهان ,قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمْ اللَّهُ
 
Tatkala banyak orang yang mengklaim mencintai Allah, mereka dituntut untuk mendatangkan bukti. Allah taalah berfirman (yang artinya):
”Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Ali Imron: 31]
 
Seorang ulama mengatakan:
 
لَيْسَ الشَّأْنُ أَنْ تُحِبَّ وَلَكِن الشَّأْنُ أَنْ تُحَبْ
 
Yang terpenting bukanlah engkau mencintai-Nya.
Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa dicintai-Nya.
 
Yang terpenting bukanlah engkau mencintai Nabimu.
Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa mendapatkan cinta Nabimu.
 
Begitu pula yang terpenting bukanlah engkau mencintai Allah.
Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa dicintai-Nya. [Lihat Syarh ’Aqidah Ath Thohawiyah, 20/2]
 
 
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
#ittiba #itiba #cintaNabi #cintaRasul #bukticintaNabi