DUSTA SEPERTI APA YANG DIBOLEHKAN DI ANTARA SUAMI ISTRI?
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
DUSTA SEPERTI APA YANG DIBOLEHKAN DI ANTARA SUAMI ISTRI?
Asalnya berbohong itu terlarang, dikecualikan dalam tiga hal. Ketika itu berbohong jadi rukhsoh atau keringanan, karena ada maslahat yang besar.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak boleh berdusta kecuali pada tiga perkara:
الحرب
والإصلاح بين الناس
وحديث الرجل امرأته
– Pada peperangan,
– Kondisi mendamaikan yang berselisih di antara manusia,
– Perkataan suami pada istri atau istri pada suami (dengan tujuan untuk membawa kebaikan rumah tangga).” [Muttafaqun ‘alaih]
Contoh perkataan suami pada istrinya yang dimaksud di atas:
“Tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai selain dirimu.” Atau sebaliknya istri mengatakan seperti itu.
Intinya, dusta tetaplah suatu perkara yang diharamkan. Bohong atau dusta hanyalah diringankan pada perkara yang dianggap punya maslahat yang besar, yaitu sebagaimana yang disebutkan dalam hadis di atas. Dalam suatu kondisi, berdusta malah bisa diwajibkan untuk menghindarkan diri dari kehancuran atau kebinasaan seseorang. [Lihat Nuzhatul Muttaqin karya Syaikh Prof Dr. Musthofa Al Bugho, dkk, hal. 134.
Seperti apa contoh perkataan dusta atau bohong pada istri yang dibolehkan?
Bentuknya adalah tawriyah, yaitu mengatakan sesuatu yang nampak menyelisihi kenyataan, namun satu sisi ada makna benarnya. Contoh misalnya yang dikatakan oleh suami pada istrinya: “Engkau adalah manusia yang paling aku cintai.” Ini tujuannya untuk mengikat cinta dan kasih sayang antara sesama pasangan.
Berkata Al Khaththabi rahimahullah:
كذب الرجل على زوجته أن يعدها ويمنيها ويظهر لها من المحبة أكثر مما في نفسه، يستديم بذلك صحبتها ويصلح من خلقها
“Kedustaan seorang suami terhadap istrinya adalah dalam rangka membujuknya, menggombalnya, dan menampakkan kepadanya suatu kecintaan yang melebihi apa yang ada pada dirinya, agar tetap langgeng hubungannya dan menjadi baik perangainya. [‘Aunul Ma’bud (13/179)]