بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ
DUA PELAJARAN PENTING DARI PUASA ASYURA
Barangkali kita belum memahami tengan hal tersebut d atas. Dari Abu Qatadah Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Nabi ﷺ ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah, beliau ﷺ menjawab: ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau ﷺ juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura, beliau ﷺ menjawab: ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” [HR. Muslim, no. 1162]
Pelajaran Pertama dari Puasa Asyura: Puasa Sunnah Berarti Bisa Menghapus Dosa
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan: “Jika bukan dosa kecil yang diampuni, semoga dosa besar yang diperingan. Jika tidak, semoga ditinggikan derajat.” [Syarh Shahih Muslim, 8:46]
Sedangkan jika melihat dari penjelasan Ibnu Taimiyah rahimahullah, bukan hanya dosa kecil yang diampuni, dosa besar bisa terampuni, karena hadis di atas sifatnya umum. [Lihat Majmu’ah Al-Fatawa, 7:498-500]
Pelajaran Kedua dari Puasa Asyura: Umat Islam Diajarkan Untuk Tidak Menyerupai Non-Muslim (Tasyabbuh)
Karena lihat saja dalam hadis disebutkan, bahwa Nabi ﷺ ingin menambah berpuasa pada hari kesembilan agar tidak mirip dengan Ahli Kitab yang berpuasa pada hari kesepuluh (hari Asyura). Ahli Kitab mengagungkan hari Asyura untuk memperingati hari kemenangan Nabi Musa ‘alaihis salam atas Fir’aun.
Jadi di antara maksud Nabi ﷺ berpuasa pada hari kesembilan Muharram adalah agar puasanya tidak menyerupai non-Muslim. Poin penting yang bisa dipetik adalah, Nabi ﷺ mengajarkan, agar kita tidak Tasyabbuh dengan non-Muslim.
Nabi ﷺ mengingatkan kita agar tidak Tasyabbuh, meniru-niru non-Muslim pada sesuatu yang menjadi ciri khas mereka. Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” [HR. Ahmad 2:50,92 dan Abu Daud, no. 4031. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini Shahih sebagaimana dalam Irwa’ Al-Ghalil, no. 1269]
Benarlah apa yang dikatakan oleh Nabi ﷺ jauh-jauh hari.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ: فَمَنْ
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta, sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata: “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nasrani?” Beliau ﷺ menjawab: “Lantas siapa lagi?” [HR. Muslim, no. 2669]
Penulis: Al-Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc hafizhahullah
══════
Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat..!
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: @NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
#puasaAsyura #puasaAsyuro #10Muharam #SifatPuasaNabi
Leave A Comment