“Laa ilaaha illallah, wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syaiin Qodiir”
Artinya:
Tidak ada yang berhak disembah selain Allah yang satu saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kekuasaan dan milik-Nya segala pujian, dan Dia Maha Mampu atas segala sesuatu.” [HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu’anhuma, Shahihut Targhib: 1536]
#Beberapa_Pelajaran:
1) Doa di hari Arafah adalah yang paling afdhal, karena pahalanya paling besar dan terkabulnya paling cepat.
2) Di antara adab berdoa adalah memuji Allah ta’ala, dan sebaik-baik pujian kepada Allah ta’ala adalah zikir terbaik yang disebutkan dalam hadis yang mulia ini.
3) Bisa jadi pula doa yang dimaksud untuk dibaca di hari Arafah adalah zikir tersebut. Hal itu didukung dengan satu riwayat Al-Imam Ahmad dari ‘Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya:
كان أكثر دعاء النبي صلى الله عليه وسلم يوم عرفة لا إله إلا الله
“Kebanyakan doa Rasulullah ﷺ di hari Arafah adalah: Laa ilaaha illallah (Tidak ada yang berhak disembah selain Allah).”
Al-Husain bin Al-Hasan Al-Marudzi rahimahullah berkata:
سألت سفيان بن عيينة عن أفضل الدعاء يوم عرفة فقال : لا إله إلا الله
“Aku bertanya kepada Sufyan bin ‘Uyainah tentang doa yang paling afdhal di hari Arafah, beliau berkata: Laa ilaaha illallah (Tidak ada yang berhak disembah selain Allah).” [Mir’atul Mafatih, 9/140]
4) Zikir tersebut adalah zikir yang paling afdhal karena mengandung tauhid, memurnikan ibadah hanya kepada Allah ta’ala dan menafikan semua bentuk ibadah kepada selain-Nya. Sedang tauhid adalah kewajiban hamba terbesar dan amalan yang paling dicintai Allah ta’ala.
5) Pelajaran terbesar dari ibadah hari Arafah dan ibadah haji, bahkan dari seluruh ibadah adalah peringatan bagi setiap hamba untuk senantiasa beribadah hanya kepada Allah ta’ala yang satu saja, tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun.
[Disarikan dari Tuhfatul Ahwadzi (Syarah Hadits: 3509) dan Mir’atul Mafatih (9/140)]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم