بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

DOA AGAR TERUS RAJIN MENSYUKURI NIKMAT

 
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِى أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ مُثْنِينَ بِهَا قَابِلِيهَا وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا
 
ALLAHUMMA ALLIF BAYNA QULUUBINAA, WA ASHLIH DZAATA BAYNINAA, WAHDINAA SUBULAS SALAAM, WA NAJJINAA MINAZH ZHULUMAATI ILANNUUR. WA JANNIBNAAL FAWAHISYA MAA ZHOHARA MINHA WA MAA BATHON. WA BAARIK LANAA FII ASMAA’INAA WA AB-SHOORINAA WA QULUUBINAA WA AZWAAJINAA WA DZURRIYATINAA. WA TUB ‘ALAYNAA INNAKA ANTAT TAWWABUR ROHIIM. WAJ’ALNAA SYAKIRIINA LI NI’MATIKA MUTSNIINA BIHAA QOOBILIIHA WA ATIMMAHA ‘ALAINAA.
 
Artinya:
“Ya Allah, satukanlah hati kami.
Perbaikilah keadaan kami.
Tunjukilah kami jalan-jalan keselamatan (menuju Surga).
Selamatkanlah kami dari kegelapan menuju cahaya.
Jauhkanlah kami dari perbuatan keji yang nampak maupun tersembunyi.
Berkahilah pendengaran, penglihatan, hati, istri, dan keturunan kami.
Terimalah tobat kami,
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Jadikanlah kami hamba yang bersyukur atas nikmat-Mu, terus memuji-Mu, dan menerima nikmat tersebut, dan
Sempurnakanlah nikmat tersebut pada kami.” [HR. Abu Daud, no. 969, dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Hadis ini juga dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Al-Qadha’ wa Al-Qadr dari hadis Abu Daud, asalnya dikeluarkan oleh Tirmidzi. Kesimpulannya, Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadis ini Sahih]
 
Ada beberapa hal yang diminta dalam doa ini:
Pertama: Disatukan Hati Dan Diperbaiki Urusan
 
ALLAHUMMA ALLIF BAYNA QULUUBINAA, WA ASHLIH DZAATA BAYNINAA.
Artinya: Ya Allah, satukanlah hati kami. Perbaikilah keadaan kami.
 
Yang dimaksud adalah agar hati disatukan, timbul rasa cinta terhadap sesama kami, sehingga bisa saling tolong menolong satu dan lainnya dalam kebaikan. Karena kadang kita dengan orang dekat, dengan keluarga (sedulur), dengan tetangga, dengan jamaah satu masjid bisa saling benci dan hasad dikarenakan rasa cemburu, tidak suka pada nikmat orang lain, tidak suka yang lain di atas dirinya, dan seterusnya.
 
Kedua: Dimudahkan pada Jalan Keselamatan
 
WAHDINAA SUBULAS SALAAM, WA NAJJINAA MINAZH ZHULUMAATI ILANNUUR.
 
Artinya: Tunjukilah kami jalan-jalan keselamatan (menuju Surga). Selamatkanlah kami dari kegelapan menuju cahaya.
 
Maksudnya, tunjukkanlah kami kepada jalan keselamatan yaitu Surga. Selamatkanlah kami dari kegelapan, yaitu kebodohan menuju cahaya ilmu.
 
Imam Al-Waqidi menyatakan, setiap kegelapan dan cahaya yang disebutkan dalam Alquran, yang dimaksudkan kegelapan adalah kekufuran, cahaya adalah iman. Kecuali pada ayat:
 
وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ
 
“Dan Allah yang menjadikan gelap dan terang.” [QS. Al-An’am: 1]. Yang dimaksud di sini, gelap adalah malam, terang (cahaya) adalah siang.
 
Ayat selain itu akan kita bawa ke makna cahaya adalah iman, dan kegelapan adalah kebodohan dan kekafiran. Contohnya firman Allah ﷻ:
 
رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْكُمْ آَيَاتِ اللَّهِ مُبَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
 
“(Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum), supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya.” [QS. Ath-Thalaq: 11]
 
Sebagaimana kata Ibnu Katsir rahimahullah tentang ayat tersebut:
مِنَ ظُلُمَاتِ الكُفْرِ وَالجَهْلِ إِلَى نُوْرِ الإِيْمَانِ وَالعِلْمِ
 
“Mengeluarkan dari kegelapan kekufuran dan kebodohan, kepada cahaya iman dan ilmu.” [Tafsir Alquran Al-‘Azhim, 7:309]
 
Kata Ibnu Katsir:
“Karenanya, wahyu yang Allah turunkan disebut nur (cahaya), karena wahyu ini melahirkan petunjuk (al-huda). Sebagaimana wahyu disebut juga dengan roh, karena dapat menghidupkan hati. [Tafsir Alquran Al-‘Azhim, 7:309]
 
Ketiga: Dijauhkan dari Perbuatan Keji (Zina)
 
WA JANNIBNAAL FAWAHISYA MAA ZHOHARA MINHA WA MAA BATHON.
 
Artinya: Jauhkanlah kami dari perbuatan keji yang nampak maupun tersembunyi.
 
Maksudnya, jauhkanlah kami dari perbuatan keji. Yang dimaksud fawahisyah biasa dibawa ke makna zina dan maksiat secara umum. Ada yang dilakukan terang-terangan, ada yang dilakukan sembunyi-sembunyi.
 
Hati-hati jika kita terang-terangan dalam berbuat dosa. Coba renungkan hadis berikut:
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
 
كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
 
“Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujahirin (orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut, di mana ia berkata, ‘Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu.’ Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi pada pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah tersebut.” [HR. Bukhari, no. 6069]
 
Namun hati-hati pula dengan maksiat yang dilakukan tatkala sendirian. Dan itulah yang lebih sering kita lakukan. Di hadapan orang lain kita bisa sok-sokan alim dengan penampilan. Namun tatkala sendiri kesepian dalam kamar, akhirnya kita berbuat maksiat. Inilah kemajuan zaman, yang kita dengan mudah mengakses apapun lewat YouTube, cukup membukanya di atas ranjang, di dalam kamar.
 
Semoga kita diberikan rasa takut pada Allah.
 
Dari Tsauban, dari Nabi ﷺ, ia berkata:
“Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada Hari Kiamat dengan banyak kebaikan semisal Gunung Tihamah, namun Allah menjadikan kebaikan tersebut menjadi debu yang bertebaran.”
 
Tsauban berkata: “Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami, supaya kami tidak menjadi seperti mereka, sedangkan kami tidak mengetahuinya.”
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا
 
“Adapun mereka adalah saudara kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian, mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah.” [HR. Ibnu Majah no. 4245. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadis ini Hasan]
 
Keempat: Semoga Mendapatkan Berkah
 
WA BAARIK LANAA FII ASMAA’INAA WA AB-SHOORINAA WA QULUUBINAA WA AZWAAJINAA WA DZURRIYATINAA.
 
Artinya: Berkahilah pendengaran, penglihatan, hati, istri, dan keturunan kami.
 
Yaitu dalam doa tersebut kita meminta berkah pada Allah. Berkah yang dimaksud adalah bertambahnya manfaat, dan banyaknya kebaikan. Yaitu agar pendengaran, penglihatan dan hati tersebut mendatangkan kebaikan dalam ibadah, dan kebaikannya terus bertambah banyak.
 
Sedangkan meminta keberkahan pada istri, bisa dimaksudkan untuk yang sudah menikah. Dan yang belum menikah, supaya segera mendapatkan jodoh.
 
Lima hal yang diminta yaitu keberkahan pada pendengaran, penglihatan, hati, istri dan keturunan, baik laki-laki maupun perempuan.
 
Kelima: Minta Agar Diterima Tobat
 
WA TUB ‘ALAYNAA INNAKA ANTAT TAWWABUR ROHIIM.
 
Artinya: Terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
 
Maksudnya adalah kita minta pada Allah agar menerima tobat dan permintaan maaf atas dosa-dosa kita.
 
Dalam doa ini Allah disifati dengan At-Tawwab dan Ar-Rahiim. Maksud At-Tawwab adalah Allah menerima tobat hamba-Nya, hingga hamba tersebut akan meninggalkan maksiat, lalu beralih pada ketaatan. Inilah yang menunjukkan Allah itu Ar-Rahiim, Maha Pengasih.
 
Keenam: Minta Agar Menjadi Orang Bersyukur
 
WAJ’ALNAA SYAKIRIINA LI NI’MATIKA MUTSNIINA BIHAA QOOBILIIHA WA ATIMMAHA ‘ALAINAA.
 
Artinya: Jadikanlah kami hamba yang bersyukur atas nikmat-Mu, terus memuji-Mu dan menerima nikmat tersebut, dan sempurnakanlah nikmat tersebut pada kami.
 
Artinya, kita minta pada Allah jadi orang yang bersyukur. Bersyukur yang dimaksud adalah dengan mengakui dalam hati, mengucapkan di lisan, dan memanfaatkan nikmat dalam ibadah. Yang dimaksud menyempurnakan nikmat adalah agar nikmat tersebut dapat mengantarkan pada ibadah pada Allah taala.
 
 
Penulis: Al-Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc hafizhahullah
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
 
Baca juga:
DOA AGAR TERUS RAJIN MENSYUKURI NIKMAT
DOA AGAR TERUS RAJIN MENSYUKURI NIKMAT