“Maukah ku beritahu pada kalian, siapakah Ahli Surga itu? Mereka itu adalah setiap orang yang lemah dan dianggap lemah oleh para manusia. Tetapi jika ia bersumpah atas nama Allah, pastilah Allah mengabulkan apa yang disumpahkannya. Maukah ku beritahu pada kalian, siapakah Ahli Neraka itu? Mereka itu adalah setiap orang yang keras, kikir, dan gemar mengumpulkan harta lagi sombong.” [HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853]
Orang yang lemah yang dimaksud adalah orang yang diremehkan orang lain karena keadaan yang lemah di dunia (alias: miskin). Ini cara baca mutadho’af dalam hadis. Bisa juga dibaca mutadho’if yang artinya orang yang rendah diri dan tawadhu. Al Qadhi menyatakan, bahwa yang dimaksud orang yang lemah adalah orang yang lembut hatinya dan tawadhu’. [Lihat Syarh Shahih Muslim, 17: 168]
Orang Miskin Mendahului Orang Kaya Masuk Surga
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Orang beriman yang miskin akan masuk Surga sebelum orang-orang kaya, yaitu lebih dulu setengah hari, yang sama dengan 500 tahun.” [HR. Ibnu Majah no. 4122 dan Tirmidzi no. 2353. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadis ini Hasan]
Berkah dari Doa Orang Miskin
Dalam hadis disebutkan, bahwa Sa’ad menyangka, bahwa ia memiliki kelebihan dari sahabat lainnya karena melimpahnya dunia pada dirinya. Lantas Rasulullah ﷺ bersabda:
“Kalian hanyalah mendapat pertolongan dan rezeki dengan sebab adanya orang-orang lemah dari kalangan kalian.” [HR. Bukhari no. 2896]
Dalam lafal lain disebutkan, bahwa Nabi ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah menolong umat ini dengan sebab orang-orang lemah mereka di antara mereka, yaitu dengan doa, shalat, dan keikhlasan mereka.” [HR. An Nasai no. 3178. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini Shahih]
Ibnu Baththol berkata:
“Ibadah orang-orang lemah dan doa mereka lebih ikhlas dan lebih terasa khusyu, karena mereka tidak punya ketergantungan hati pada dunia dan perhiasannya. Hati mereka pun jauh dari yang lain, kecuali dekat pada Allah saja. Amalan mereka bersih dan doa mereka pun mudah diijabahi (dikabulkan)”.
Al Muhallab berkata:
“Yang Nabi ﷺ maksudkan adalah dorongan bagi Sa’ad agar bersifat tawadhu’, tidak sombong, dan tidak usah menoleh pada harta yang ada pada Mukmin yang lain.” [Lihat Syarh Al Bukhari li Ibni Baththol, 9: 114]