DI ANTARA BENTUK PENYIMPANGAN YANG DILAKUKAN HABIB
1. Mengingkari Allah di Atas Arsy
Padahal Allah ﷻ berfirman:
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“(Yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas Arsy.” [QS. Ta-Ha: 5]
2. Mengusap dan Mencium Kuburan
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
وَلِهَذَا اتَّفَقَ السَّلَفُ عَلَى أَنَّهُ لَا يَسْتَلِمُ قَبْرًا مِنْ قُبُورِ الْأَنْبِيَاءِ وَغَيْرِهِمْ وَلَا يَتَمَسَّحُ بِهِ
“Para ulama sepakat tidak boleh menyentuh kubur para nabi dan lainnya, begitu pula tidak boleh mengusap-ngusapnya.” [Majmu’ Al Fatawa 27: 31]
Jika kubur Nabi ﷺ saja tidak boleh diperlakukan seperti itu, bagaimana lagi dengan kubur lainnya seperti pada kubur Habaib, kubur wali, atau kubur sholihin?! Tentu lebih tidak dibolehkan lagi.
3. Membolehkan Menghias Kuburan
عَنْ جَابِرٍ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ
“Rasulullah ﷺ melarang dari memberi semen pada kubur, duduk di atas kubur, dan memberi bangunan di atas kubur.” [HR. Muslim 970]
4. Perayaan Maulid dan Haul (Peringatan Kematian)
قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ بِهِمَا فِيْ الْجَاهِلِيَّةِ فَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللهُ يَوْمَيْنِ خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ النَّحْرِ وَيَوْمَ الْفِطْرِ
“Saya datang kepada kalian dan kalian memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang sebagaimana di waktu jahiliah. Dan sesungguhnya Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik, Iduladha dan Idulfitri.” [HR. Ahmad: 3/103, Abu Dawud: 1134, dan an-Nasa‘i: 3/179]
Hadis ini menunjukkan, bahwa Rasulullah ﷺ tidak ingin umatnya membuat-buat perayaan baru yang tidak disyariatkan Islam.
وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.“ [QS. Al Baqarah: 195]
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamu.” [QS. An Nisa’: 59]
7. Menyampaikan Hadis Palsu dan Membodohi Umat dengan Ucapan Dustanya atas Nama Nabi ﷺ
إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barang siapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di Neraka.” [HR. Bukhari 1291 dan Muslim 4]
Pantaskah dikatakan keturunan Rasulullah ﷺ, tapi amalannya menyimpang dari Sunnah Nabi? Bahkan agar mendapatkan banyak pengikut, mereka membodohi umat atas kedustaanya.