“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku bersama dengan orang-orang miskin pada Hari Kiamat”.
‘Aisyah berkata: “Mengapa, wahai Rasulullah, engkau meminta demikian?”
“Orang-orang miskin itu masuk ke dalam Surga 40 tahun sebelum orang-orang kaya.
Wahai ‘Aisyah, janganlah engkau menolak orang miskin walau dengan separuh kurma.
Wahai ‘Aisyah, cintailah orang miskin dan dekatlah dengan mereka, karena Allah akan dekat dengan-Mu pada Hari Kiamat”, jawab Rasulullah ﷺ.” [HR. Tirmidzi no. 2352. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih]
Lihatlah bagaimana sampai Rasulullah ﷺ mendorong ‘Aisyah untuk mencintai dan dekat dengan orang miskin. Karena keutamaannya, seseorang akan semakin dekat dengan Allah pada Hari Kiamat. Namun patut diingat, mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, yaitu dengan membantu dan menolong mereka. Jadi bukan hanya sekadar dekat dengan mereka.
Catatan:
Adapun maksud doa yang disebutkan oleh Nabi ﷺ di atas adalah agar Allah taala memberikan sifat tawadhu dan rendah hati, serta agar tidak termasuk orang-orang yang sombong lagi zalim maupun orang-orang kaya yang melampaui batas. Makna hadis ini BUKANLAH meminta agar beliau ﷺ menjadi orang miskin. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Atsir rahimahullah, bahwa kata “miskin” dalam hadis di atas adalah tawadhu. Sebab, di dalam hadis yang lain Rasulullah ﷺ berlindung dari kefakiran.
Rasulullah ﷺ selalu berkumpul bersama orang-orang miskin, sampai-sampai beliau berdoa kepada Allah agar dihidupkan dengan tawadhu, akan tetapi beliau ﷺ mengucapkannya dengan kata “miskin”.
Nabi ﷺ mengajarkan kepada umatnya doa dibawah ini:
Allahumma ahyinii miskiinan, wa amitnii miskiinan, wahsyurnii fii jumrotil masaakiin.
Artinya:
Ya Allah ! Hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku (pada Hari Kiamat) dalam rombongan orang-orang miskin”.
*Miskin di sini maksudnya adalah khusyuk dan tawadhu