بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
DARI MANA ENGKAU MENGAMBIL ILMU?
>> Ringkasan kajian yang disampaikan oleh Al-Ustadz Mubarak Bamualin, Lc. MHi hafidzahullah
I. Muqadimah
Al-Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita tentang nikmat Allah ﷻ dan tujuan Allah menciptakan kita, yaitu untuk beribadah kepada Allah ﷻ. [QS. adz Dzariyat 56]
Agar umat manusia tidak tersesat (mengetahui tujuan hidup), maka Allah ﷻ mengutus Nabi Muhammad ﷺ sebagai Nabi terakhir.
Allah ﷻ berfirman:
هُوَ ٱلَّذِىٓ أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلْهُدَىٰ وَدِينِ ٱلْحَقِّ لِيُظْهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْمُشْرِكُونَ
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama, meskipun orang musyrik membenci.” [QS. Ash Shaff: 9]
Petunjuk yang dimaksud adalah ilmu (wahyu Allah), sedangkan Diinil Haq yang dimaksud adalah amal saleh. Selain diutusnya Nabi ﷺ, Allah juga telah memberikan fasilitas kepada manusia berupa pendengaran, penglihatan, dan hati agar bisa mengambil ilmu dan mengamalkannya.
Allah ﷻ berfirman:
وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.” [QS. An-Nahl: 78]
II. Kemuliaan / Keutamaan Ilmu dan Orang Berilmu
1. Allah menempatkan orang-orang yang berilmu bersama para malaikat dalam memberikan kesaksian akan ke-Esaan Allah.
Para ahli ilmu diberikan kemuliaan di atas manusia lainnya, disebut-sebut namanya, dibacakan kitabnya, di doakan banyak pembacanya, mendapatkan pahala jariyah selama kitab-kitabnya diperlajari dan diamalkan oleh umat manusia.
Allah ﷻ berfirman:
شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْعِلْمِ قَآئِمًۢا بِٱلْقِسْطِ ۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
“Allah menyatakan, bahwa tidak ada Tuhan selain Dia. (Demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” [QS. Ali Imran 18]
2. Ilmu merupakan nikmat terbesar setelah iman
Setelah orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian dia berilmu, maka ini adalah nikmat terbesar
Allah ﷻ berfirman:
وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمَآ أَنزَلَ عَلَيْكُم مِّنَ ٱلْكِتَٰبِ وَٱلْحِكْمَةِ يَعِظُكُم بِهِۦ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
“… Ingatlah nikmat Allah kepada kamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepada kamu yaitu Kitab (Alquran) dan Hikmah (Sunnah), untuk memberi pengajaran kepadamu. Dan bertakwalah kepada Allah. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS Al Baqarah 231)
3. Ilmu adalah warisan para Ambiya. Hanyalah orang yang berilmu yang mendapatkan warisan Nabi, yang akan terus mendapatkan pahala jariyah selama ilmu itu dipelajari dan diamalkan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan Dinar dan Dirham. Sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” [HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi].
4. Ilmu adalah jalan menuju Surga
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga.” [HR. Muslim, no. 2699]
Ilmu akan membimbing dia ke Surga bila dia ikhlas dalam mencari ilmu dan mengamalkannya, serta mengajarkan kepada orang lain.
5. Ilmu dan amal menjadi pembeda antara orang Muslim
Allah ﷻ berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ
“Katakanlah, ‘Tidak mungkin disamakan antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu.” [QS. Az-Zumar: 9]
Allah ﷻ juga berfirman:
وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
… Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah. Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.” [QS. Al-Mujadalah: 11]
6. Allah memerintahkan Nabi ﷺ untuk meminta penambahan ilmu, bukan harta atau yang lain
Allah ﷻ berfirman:
وَقُل رَّبِّ زِدْنِى عِلْمًا
“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” [QS. Thaaha: 114]
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bercerita:
“Abu Bakar berkata kepada Umar sepeninggal Rasulullah ﷺ: ‘Bawalah kami ke kediaman Ummu Aiman. Kita akan mengunjunginya, sebagaimana Rasulullah ﷺ dahulu juga mengunjunginya.’
Sesampainya di sana, ternyata Ummu Aiman sedang menangis. Abu Bakar dan Umar bertanya: ‘Apa yang membuatmu menangis? Segala yang ada di sisi Allah tentu lebih baik bagi Rasulullah ﷺ.’
Ia menjawab: ‘Aku menangis bukan karena aku tidak tahu bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah ﷺ, tetapi aku menangis karena wahyu dari langit telah terhenti.’
Ternyata ucapannya itu menggugah hati mereka berdua, dan akhirnya merekapun larut dalam isak tangis bersamanya.” [HR. Muslim, no. 2454)
7. Ilmu mendorong seorang hamba lebih takut dan bertakwa kepada Allah ﷻ
Allah ﷻ berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
…”Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun [QS. Fatir: 28]
8. Ilmu sebagai isyarat Allah menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya
Dari Mu’awiyah radhiallahu’anhu beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faham dalam agama.” [Muttafaqun ‘alaihi]
9. Dengan ilmu orang bisa mengetahui yang haq dan yang bathil, yang halal dan yang haram, yang benar dan yang salah, sehingga dia bisa memerbaiki diri dan memilah-milah ibadah yang baik untuk dirinya.
Allah ﷻ berfirman:
وَيَرَى ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ هُوَ ٱلْحَقَّ وَيَهْدِىٓ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلْعَزِيزِ ٱلْحَمِيدِ
“Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat, bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” [QS. Saba : 6]
10. Orang yang belajar dan mengajarkan ilmu berpahala haji
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang berangkat ke masjid yang ia inginkan hanyalah untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna hajinya.” [HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 8: 94. Syaikh Al-Albani dalam Sahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 86 menyatakan bahwa hadis ini Hasan Sahih)
11. Seluruh penduduk langit dan bumi, bahkan ikan di laut memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang yang mengajarkan ilmu
Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya orang yang memahami ilmu (agama dan mengajarkannya kepada manusia) akan selalu dimohonkan (kepada Allah ﷻ) pengampunan (dosa-dosanya) oleh semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, termasuk ikan-ikan di lautan.” [HR Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682) dan Ibnu Hibban (no. 88), disahihkan oleh Imam Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani rahimahkumullah.)
III. Metode Belajar Ilmu Syari
1. Ilmu tidak boleh diambil dari Ahlul Bidah
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya di antara tanda Hari Kiamat adalah ilmu diambil dari orang-orang kecil (yaitu ahli bidah).”
Abdullah Ibnul Mubarak rahimahullah ditanya: “Siapakah orang-orang kecil itu?”
Beliau menjawab: “Orang-orang kecil dari kalangan Ahli Bidah”.
Imam Malik rahimahullah berkata: “Ilmu tidak boleh diambil dari empat orang:
(a) Orang bodoh yang nyata kebodohannya,
(b) Shahibu hawa` (pengikut hawa nafsu) yang mengajak agar mengikuti hawa nafsunya,
(c) Orang yang dikenal dustanya dalam pembicaraan-pembicaraannya dengan manusia, walaupun dia tidak pernah berdusta atas (nama) Rasulullah ﷺ,
(d) Seorang yang mulia dan saleh yang tidak mengetahui hadis yang dia sampaikan.
2. Dalam mencari ilmu, harus benar-benar mengetahui dari mana ilmu itu. Caranya dengan melihat akidahnya, manhajnya, akhlaqnya, ibadahnya dan latar belakang ilmunya.
Muhammad bin Siirin meriwayatkan, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berkata:
“Perhatikanlah dari siapa kamu mengambil ilmu ini, karena sesungguhnya ia adalah agama.”
3. Pelajaran penting dari pernyataan Abdullah Ibnul Mubarak:
~ Peringatan Nabi ﷺ untuk tidak mengambil ilmu dari Ahlul Bidah.
~ Ketika seseorang tidak mengambil ilmu dari Ahlul Bidah, maka hal tersebut merupakan yang diperintahkan atau bagian dari agama.
~ Wahab bin Munabbih: Ilmu itu membawa kemuliaan, walaupun pada awalnya bukan dari orang yang diperhitungkan.
~ Allah akan memberikan taufik kepada orang yang mencari ilmu, kalau dia betul-betul ikhlas dalam menuntut ilmu.
~ Ciri orang yang berilmu yaitu mengamalkan ilmunya dan berakhlak dengan akhlak mulia.
~ Selesai ~
Semoga Allah memberikan pahala jariyah kepada Al Ustadz yang menyampaikan materi ini, serta memberikan taufik kepada para jamaah untuk memahami, mengamalkan, dan mengajarkannya kepada yang lain.
Baarakallahu fiikum.
Diringkas oleh: Ummu Satria
Dimurojaah oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc M.HI hafidzahumallahu ta’ala (https://t.me/mthilyatunnisa/10815)
══════
Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Leave A Comment