Bagaimanakah Cara dan Bacaan I’tidal (Bangkit dari Ruku)?
وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا ، وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ . فَقُولُوا رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
“Jika imam bangkit dari ruku’, maka bangkitlah. Jika ia mengucapkan ‘Sami’allahu liman hamidah (artinya: Semoga Allah mendengarkan/memerhatikan orang-orang yang memuji-Nya) ‘, ucapkanlah ‘Robbana wa lakal hamdu (artinya: Wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji)’.” (HR. Bukhari no. 689 dan Muslim no. 411)
Ucapan Robbana wa lakal hamdu, bisa dipilih di antara empat bacaan berikut ini:
{رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ} « Robbanaa lakal-hamdu » Rabb kami, Engkaulah yang pantas mendapatkan segala pujian.
{ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ} « Robbanaa walakal-hamdu » ” Rabb kami, dan Engkaulah yang pantas mendapatkan segala pujian” [HR. Al-Bukhari no. 657].
{ اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ} « Alloohumma robbanaa lakal-hamdu » “Ya Allah, Rabb kami Engkaulah yang pantas mendapatkan segala pujian” [HR. Muslim no. 404].
{ اَللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ } « Alloohumma robbanaa walakal-hamdu » “Ya Allah, Rabb kami dan Engkaulah yang pantas mendapatkan segala pujian” [HR. Al-Bukhari no. 762].
Terkadang Rosulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menambah doa (setelah Robbana wa lakal hamdu) dengan bacan berikut ini :
مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ اْلأرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْئٍ بَعْدُ اَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، اَحَقٌّ مَا قَالَ اْلعَبْدُ وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ َاللّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعَْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَالْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
MIL’US SAMAAWAATI WA MIL-‘UL ARDHI WAMIL’U MAA SYI’TA MIN SYAY`IN BA’DU. AHLATS TSANAA`I WAL MAJDI, AHAQQU MAA QOOLAL ‘ABDU, WAKULLUNA LAKA ‘ABDUN. ALLOOHUMMA LAA MAANI’A LIMAA A’THOITA WALAA MU’THIYA LIMAA MANA’TA WALAA YANFA’U DZAL JADDI MINKAL JADDU (HR. Muslim no. 476)
Artinya:
“Sepenuh langit dan sepenuh bumi dan sepenuh apa-apa yang Engkau kehendaki selain itu, yang layak menerima sanjungan dan kemuliaan. Engkau yang berhak atas apa yang diucapkan oleh hamba-Mu. Kami semua adalah hamba-Mu Ya Allah, tidak ada yang bisa menghalangi apa saja yang Engkau berikan dan tiada yang bisa memberikan apa yang Engkau tahan. Kemuliaan seseorang tidaklah bisa menghalangi tindakan-Mu.” (HR. Muslim no. 476, Abu Uwanah dan Abu Daud)
Keutamaan membaca Robbana wa lakal hamdu disebutkan dalam hadis Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu:
إِذَا قَالَ الإِمَامُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ . فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ . فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Jika imam mengucapkan Sami’allahu liman hamidah, maka hendaklah kalian mengucapkan ‘Robbana wa lakal hamdu’. Karena siapa saja yang ucapannya tadi berbarengan dengan ucapan malaikat, maka dosanya yang telah lalu akan dihapus.” (HR. Bukhari no. 796 dan Muslim no. 409).
Begitu pula bagi yang mengucapkan:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ، حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
“Robbana walakal hamdu, hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih (artinya: Wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji, aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh dengan berkah).” Disebutkan dalam hadis Rifa’ah bin Rofi’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bagi orang yang mengucapkan semacam itu:
رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا ، أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ
“Aku melihat 33 malaikat atau lebih berebut, siapa di antara mereka yang lebih dahulu untuk mencatat amalan kalimat tersebut.” (HR. Bukhari no. 799)
Penjelasan ringkas:
Insya Allah maksud hadis-hadis di atas sudah jelas dan tinggal diamalkan saja. Hanya saja di sini ada beberapa catatan mengenai masalah I’tidal:
Sumber Rujukan:
Muhammad Abduh Tuasikal dalam tulisannya: Sifat Sholat Nabi [07]: Bangkit dari Ruku di https://rumaysho.com/7078-sifat-sholat-nabi-7.html
Al-Ustadz Abu Muawiah dalam tulisannya Dzikir Dan Bersedekap Saat I’tidal di http://www.alquran-sunnah.com/artikel/kategori/fiqh/478-dzikir-saat-itidal
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN Dengan dalih toleransi, jangan sampai kita kebablasan.…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN Boleh toleransi, tapi jangan kebablasan. Tidak sedikit orang…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK) Agar toleransi tidak kebablasan, cobalah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK) Islam agama yang sempurna. Maka pasti ada…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK) Oleh: Ustadz: Dr. Abu Hafizhah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH? Asalnya, Safar Wanita…