CARA BERTOBAT KARENA PERNAH MENGHARDIK IBU SEBELUM BELIAU MENINGGAL
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
CARA BERTOBAT KARENA PERNAH MENGHARDIK IBU SEBELUM BELIAU MENINGGAL
Pertanyaan:
Bagaimana cara bertobat karena pernah menyakiti perasaan Ibu di waktu beliau masih hidup, dan belum sempat minta maaf karena beliau sudah tiada? Saya sering menangis bila teringat hal tersebut. Dan setiap sujud salat selalu saya mohon kan ampun untuk Ibu dan Ayah. Apakah ada hal lain yang perlu saya lakukan untuk menebus kesalahan saya, dan agar Allah mengampuni saya?
Dijawab oleh ustadz Mukhsin suadi,Lc MA dewan redaksi salamdakwah.com
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه
Semoga Allah taala memberikan ampunan kepada Anda dan kita semua. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh anak bila dia belum sempat meminta maaf kepada orang tuanya, setelah si anak durhaka:
“Ibuku meninggal mendadak, sementara beliau belum berwasiat. Saya yakin, andaikan beliau sempat berbicara, beliau akan bersedekah. Apakah beliau akan mendapat aliran pahala, jika saya bersedekah atas nama beliau?” Nabi ﷺ menjawab: “Ya. Bersedekahlah atas nama ibumu. ” [HR. Bukhari no.1388 dan Muslim no.1004]
3. Bersilaturahmi kepada orang-orang yang pernah berhubungan baik dengan mereka, baik kerabat maupun teman orang tua.
Dalam suatu riwayat, Ibnu Dinar bercerita tentang Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma:
“Apabila Ibnu ‘Umar pergi ke Makkah, beliau selalu membawa keledai sebagai ganti unta, apabila ia merasa bosan untuk mengendarai unta. Dan ia memakai sorban di kepalanya. Pada suatu hari ketika ia pergi ke Makkah dengan mengendarai keledainya, tiba-tiba seorang Arab Badui lewat. Lalu Ibnu Umar bertanya kepada orang tersebut, “Apakah engkau adalah putra dari si Fulan?”
Orang tersebut menjawab, “Betul sekali.”
Kemudian Ibnu Umar memberikan keledainya kepada orang itu sambil berkata: “Naiklah di atas keledai ini.” Selain itu ia juga memberikan sorbannya (imamahnya) seraya berkata: “Pakailah sorban ini di kepalamu.”
Salah seorang sahabat berkata kepada Abdullah bin Umar: “Semoga Allah memberikan ampunan kepadamu hai lbnu Umar, yang telah memberikan orang Badui ini seekor keledai yang biasa kau gunakan untuk bepergian, dan sorban yang biasa engkau pakai di kepalamu.”
Abdullah bin Umar menjawab: ‘Wahai sahabat ketahuilah, bahwasanya saya pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
“’ Sesungguhnya di antara bakti seseorang yang paling baik kepada orang tuanya, adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik orang tuanya, setelah orang tuanya meninggal dunia. Sesungguhnya bapak orang Arab badui itu dahulu adaIah sahabat baik (ayahku) Umar bin Khaththab.” [HR. Muslim 4631]
Ulama yang duduk di Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa Arab Saudi pernah ditanya:
“Suatu hari saya pernah MENCACI ayah, ibu, dan saudari saya akibat kesalahan besar. Kini mereka semua telah meninggal dunia. Semoga Allah merahmati mereka dan segenap kaum Muslimin. Saya benci terhadap diri saya atas cacian yang saya lontarkan. Apa yang harus saya lakukan?”
Mereka menjawab:
Anda telah berbuat buruk kepada kedua orang tua dan saudari Anda. Anda telah melakukan perbuatan yang diharamkan oleh Allah, yaitu durhaka kepada kedua orang tua dan menyakiti saudari Anda. Semua itu termasuk dosa besar. Mintalah ampun kepada Allah dan bertobatlah kepada-Nya. Mintakanlah mereka kasih sayang dan ampunan kepada Allah.
Anda dapat berbakti kepada mereka dengan bersedekah atas nama mereka, dan bersilaturahmi kepada orang-orang yang pernah berhubungan baik dengan mereka, baik kerabat maupun teman. Mudah-mudahan Allah memaafkan dan mengampuni dosa Anda.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.
Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa
Abdullah bin Qu’ud (Anggota)
Abdullah bin Ghadyan (Anggota)
Abdurrazzaq Afifi (Wakil Ketua)
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (Ketua)
[Fatawa al-Lajnah ad-Daimah 25/154 Pertanyaan Kedua dari Fatwa Nomor 6301]