BOLEHNYA DOA ISTISQO (MEMINTA HUJAN) DIBACA KETIKA KHUTBAH JUMAT
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
BOLEHNYA DOA ISTISQO (MEMINTA HUJAN) DIBACA KETIKA KHUTBAH JUMAT
>> Doa ini dibaca di mimbar, tanpa perlu menukar posisi rida, dan tanpa perlu menghadap Kiblat
Istisqo (meminta hujan) juga bisa dilakukan tanpa keluar ke tanah lapang. Istisqo bisa dilakukan ketika khutbah Jumat dan berdoa ketika itu, sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut:
Dari Anas bin Malik, beliau menceritakan:
“Ada seorang laki-laki memasuki masjid pada waktu Jumat melalui arah Darul Qodho. Kemudian ketika Rasulullah ﷺ berdiri dan berkhutbah, Rasulullah ﷺ kemudian menghadap Kiblat sambil berdiri. Kemudian laki-laki tadi pun berkata: “Wahai Rasulullah, ternak kami telah banyak yang mati, dan kami pun sulit melakukan perjalanan (karena tidak ada pakan untuk unta, pen). Mohonlah pada Allah agar menurunkan hujan pada kami.” Kemudian Rasulullah ﷺ mengangkat kedua tangannya, lalu beliau pun berdoa:
“Ya Allah, turunkanlah hujan pada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan pada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan pada kami.”
Anas mengatakan:
“Demi Allah, ketika itu kami sama sekali belum melihat mendung dan gumpalan awan di langit. Dan di antara kami dan gunung Sal’i tidak ada satu pun rumah. Kemudian tiba-tiba muncullah kumpulan mendung dari balik gunung tersebut. Mendung tersebut kemudian memenuhi langit, menyebar dan turunlah hujan. Demi Allah, setelah itu, kami pun tidak melihat matahari selama enam hari. Kemudian ketika Jumat berikutnya, ada seorang laki-laki masuk melalui pintu Darul Qodho, dan ketika itu Rasulullah ﷺ sedang berdiri dan berkhutbah. Kemudian laki-laki tersebut berdiri dan menghadap beliau ﷺ, lalu ia mengatakan: “Wahai Rasulullah, sekarang ternak kami malah banyak yang mati, dan kami pun sulit melakukan perjalanan. Mohonlah pada Allah agar menghentikan hujan tersebut pada kami.” Kemudian Rasulullah ﷺ mengangkat kedua tangannya, lalu berdoa:
Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari.
Artinya:
“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan”
Setelah itu hujan pun berhenti. Kami pun berjalan di bawah terik matahari. Syarik mengatakan, bahwa beliau bertanya pada Anas bin Malik, “Apakah laki-laki yang kedua yang bertanya sama dengan laki-laki yang pertama tadi?” Anas menjawab, “Aku tidak tahu.” [HR. Bukhari no. 1014 dan Muslim no. 897]
Dari riwayat di atas, Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah memberikan faidah berharga:
“Hadis ini menunjukkan bolehnya Doa Istisqo dibaca ketika Khutbah Jumat. Doa ini dibaca di mimbar, tanpa perlu menukar posisi rida, dan tanpa perlu menghadap Kiblat. Hadis ini juga menunjukkan boleh mencukupkan Salat Jumat untuk menggantikan Salat Istisqo.” [Fathul Baari, 2/506-507]
Hal ini menunjukkan bahwa Istisqo (meminta hujan) tidak mesti dengan mengerjakan salat khusus. [Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/444]