BILA ALLAH MENGINGINKAN KEBAIKAN ATAU KEJELEKAN PADA SEORANG HAMBA
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
BILA ALLAH MENGINGINKAN KEBAIKAN ATAU KEJELEKAN PADA SEORANG HAMBA
Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin رحمه الله:
” فإذا أراد الله بعبده الخير عجل له العقوبة في الدنيا ، إما بماله أو بأهله ، أو بنفسه ، أو بأحد ممن يتصل به .
المهم أن تعجل له العقوبة ، لأن العقوبات تكفر السيئات ، فإذا تعجلت العقوبة وكفر الله بها عن العبد ، فإنه يوافي الله وليس عليه ذنب ، قد طهرته المصائب والبلايا ، حتى إنه ليشدد على الإنسان موته لبقاء سيئة أو سيئتين عليه ، حتى يخرج من الدنيا نقيا من الذنوب ، وهذه نعمة لأن عذاب الدنيا أهون من عذاب الآخرة .
لكن إذا أراد الله بعبده الشر ، أمهل له واستدرجه وأدر عليه النعم ، ودفع عنه النقم ، حتى يبطر ويفرح فرحاً مذموما بما أنعم الله به عليه .
وحينئذ يلاقي ربه وهو مغمور بسيئاته فيعاقب بها في الآخرة نسأل الله العافية.
فإذا رأيت شخصاً يبارز الله بالعصيان ، وقد وقاه الله البلاء وأدر عليه النعم ، فاعلم أن الله إنما أراد به شراً لأن الله أخر عنه العقوبة حتى يوافي بها يوم القيامة “
Bila Allah ﷻ menginginkan kebaikan pada hamba-Nya, maka Allah ﷻ segerakan siksaan buat hamba-Nya di dunia.
Baik pada hartanya, atau keluarganya, atau jiwanya, atau salah satu dari orang yang berhubungan dengannya.
Dan perlu diperhatikan, disegerakan siksaan untuknya supaya siksaan tersebut meleburkan dosa-dosanya.
Maka bila siksaan itu disegerakan, dan Allah ﷻ meleburkan dosa-dosa dari hamba dengan siksaan tersebut,
Maka Allah ﷻ akan mewafatkannya dalam keadaan hamba tidak memiliki dosa.
Sungguh musibah dan cobaan telah membersihkannya.
Hingga Allah ﷻ memersempit seseorang dengan kematiannya, karena masih tersisa satu kejelekan atau dua kejelekan atasnya.
Hingga hamba keluar dari dunia dalam keadaan bersih dari dosa-dosa.
Dan inilah kenikmatan, karena azab dunia lebih ringan dari azab Akhirat.
Akan tetapi jika Allah ﷻ menginginkan kejelekan kepada hamba-Nya,
Maka ditangguhkan lagi untuknya dengan kemaksiatannya,
Dan diperdayakan darinya, dan dilimpahkan lagi kenikmatannya, dan ditahan siksaan darinya.
Hingga hamba tersebut merasa sombong dan bergembira dengan kegembiraan yang tercela, dengan apa yang Allah ﷻ beri kenikmatan atasnya.
Dan ketika hamba tersebut berjumpa dengan Rabb-nya dalam keadaan dipenuhi dosa, maka dia pun disiksa di kehidupan Akhiratnya.
Kita memohon kepada Allah ﷻ keselamatan darinya.
Maka bila engkau melihat seseorang dilapangkan Allah ﷻ dengan kemaksiatannya dan menjaganya dari kesusahan dan semakin dilimpahkan kenikmatannya,
Maka ketahuilah, bahwasannya Allah ﷻ menginginkan kejelekan dengannya,
Karena Allah ﷻ mengakhirkan siksaan darinya, hingga dipenuhkan siksaannya pada Hari Kiamat.” [Syarh Riyadh As Shalihin:(1/258)]
Oleh: Ustadz Abu Abdillah Fakhruddin hafizhahullah