بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
BIDAH-BIDAH DI HARI ASYURA (10 MUHARAM)
 
1) Salat dan zikir-zikir khusus. Salat ini disebut dengan Salat Asyura.
 
2) Mandi, bercelak, memakai minyak rambut, mewarnai kuku, dan menyemir rambut.
 
3) Membuat makanan khusus yang tidak seperti biasanya.
 
4) Membakar kemenyan.
 
5) Bersusah-susah dalam kehausan dan menampakkan kesusahannya itu.
 
6) Doa awal dan akhir tahun yang dibaca pada malam akhir tahun dan awal tahun (sebagaimana termaktub dalam Majmu’ Syarif)
 
7) Menentukan berinfak dan memberi makan orang-orang miskin.
 
8) Memberi uang belanja lebih kepada keluarga.
 
9) As-Subki berkata (ad-Din al-Khalish 8/417):
”Adapun pernyataan sebagian orang yang menganjurkan setelah mandi hari ini (10 Muharram), untuk ziarah kepada orang alim, menengok orang sakit, mengusap kepala anak yatim, memotong kuku, membaca al-Fatihah seribu kali, dan bersilaturahmi, maka TIDAK ADA DALIL yang menunjukkan keutamaan amal-amal itu, jika dikerjakan pada Hari Asyura.
 
Yang benar, amalan-amalan ini diperintahkan oleh syariat di setiap saat. Adapun mengkhususkan di hari ini (10 Muharram), maka hukumnya adalah bidah.”
 
Ibnu Rajab berkata (Latha’iful Ma’arif hal. 53):
“Hadis anjuran memberikan uang belanja lebih dari hari-hari biasa, diriwayatkan dari banyak jalan, namun TIDAK ADA satu pun yang Sahih. Di antara ulama yang mengatakan demikian adalah Muhammad bin Abdullah bin Al-Hakam Al-Uqaili berkata:”(Hadis itu tidak dikenal).” Adapun mengadakan maktam (kumpulan orang dalam kesusahan, semacam haul) sebagaimana dilakukan oleh Rafidhah dalam rangka mengenang kematian Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhu, maka itu adalah perbuatan orang-orang yang tersesat di dunia, sedangkan ia menyangka telah berbuat kebaikan.
 
Allah dan Rasul-Nya TIDAK PERNAH memerintahkan mengadakan maktam pada hari lahir atau wafat para nabi, maka bagaimanakah dengan manusia/orang selain mereka?”
 
Pada saat menerangkan kaidah-kaidah untuk mengenal hadis palsu, Al-Hafidz Ibnu Qayyim (al-Manar al-Munif hal. 113 secara ringkas) berkata:
“Hadis-hadis tentang bercelak pada Hari Asyura, berhias, bersenang-senang, berpesta, dan salat di hari ini, dan fadhilah-fadhilah lain, TIDAK ADA satu pun yang sahih. Tidak satu pun keterangan yang kuat dari Nabi ,ﷺ selain hadis puasa. Adapun selainnya adalah bathil seperti:
 
مَنْ وَ سَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ
 
“Barang siapa memberi kelonggaran pada keluarganya pada Hari Asyura, niscaya Allah akan memberikan kelonggaran kepadanya sepanjang tahun”.
 
Imam Ahmad berkata: “Hadis ini tidak sah/bathil”. Adapun hadis-hadis bercelak, memakai minyak rambut. dan memakai wangi-wangian, itu dibuat-buat oleh tukang dusta.
 
Kemudian golongan lain membalas dengan menjadikan Hari Asyura sebagai hari kesedihan dan kesusahan. Dua goloangan ini adalah ahli bidah yang menyimpang dari As-Sunnah. Sedangkan Ahlus Sunnah melaksanakan puasa pada hari itu yang diperintahkan oleh Rasul ﷺ, dan menjauhi bidah-bidah yang diperintahkan oleh setan”. Adapun Salat Asyura maka hadisnya bathil. As-Suyuthi dalam Al-Lali 2/29 berkata: “Maudhu’ (hadis palsu).” Ucapan beliau ini diambil Asy-Syaukani dalam Al-Fawaid Al-Majmu’ah hal.47.
 
Hal senada juga diucapkan oleh Al-Iraqi dalam Tanzihus Syari’ah 2/89 dan Ibnul Jauzi dalam Al-Maudlu’ah 2/122 Ibnu Rajab berkata (Latha’ful Ma’arif):
“Setiap riwayat yang menerangkan keutamaan bercelak, pacar, kuteks, dan mandi pada Hari Asyura adalah Maudhu (Palsu) tidak sah. Contohnya hadis yang dikatakan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu secara marfu:
 
مَنِ ا غْتَسَلَ وَ تَطَهَّرَ فِي يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ لَمْ يَمْرَضْ فِي سَنَتِهِ إِلاَّ مَرَضَ الْمَوْتِ
 
“Barang siapa mandi dan bersuci pada Hari Asyura, maka tidak akan sakit di tahun itu, kecuali sakit yang menyebabkan kematian.”
 
Hadis ini adalah buatan para pembunuh Husain. Adapun hadis:
 
مَنِ اكْتَحَلَ بِالإِثْمِدِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ لَمْ تَرْمِدْ عَيْنُهُ أَبَدًا
 
“Barang siapa bercelak dengan batu ismid di Hari Asyura, maka matanya tidak akan pernah sakit selamanya.”
 
Maka ulama seperti Ibnu Rajab, Az-Zakarsyi dan As-Sakhawi menilainya sebagai Hadis Maudhu (Palsu). Hadis ini diriwayatkan Ibnul Jauzi dalam Maudlu’at 2/204. Baihaqi dalam Syu’abul Iman 7/379 dan Fadhail Auqat 246, dan Al-Hakim, sebagaimana dinukil As-Suyuthi dalam Al-Lali 2/111. Al-Hakim berkata:
“Bercelak di Hari Asyura TIDAK ADa satu pun atsar/hadis dari Nabi ﷺ. Dan hal ini adalah bidah yang dibuat oleh para pembunuh Husain radhiyallahu ‘anhu.
 
Demikianlah sedikit pembahasan tentang Hari Asyura.
Semoga kita bisa meninggalkan bidah-bidahnya. Aamiin
 
Diolah oleh Aris Munandar bin S Ahmadi, dari kitab Rad’ul Anam Min Muhdatsati Asyiril Muharram Al-Haram, karya Abu Thayib Muhammad Athaullah Hanif, tahqiq Abu Saif Ahmad Abu Ali
 
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun V/1421H/2001M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
 
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
BIDAH-BIDAH DI HARI ASYURA (10 MUHARAM)
BIDAH-BIDAH DI HARI ASYURA (10 MUHARAM)