Kebanyakan orang ingin kondang dan tenar. Keinginan ini sering kita temukan pada para artis. Namun orang yang tahu agama pun punya keinginan yang sama. Banyak yang selfie dan ngevlog dan menulis caption hadis-hadis nabi. Sungguh hal ini sangat berbeda dengan kelakukan ulama salaf yang selalu menyembunyikan diri mereka dan menasihatkan agar kita pun tidak usah mencari ketenaran.
Abu Ayub As Sikhtiyani mengatakan: “Seorang hamba sama sekali tidaklah jujur, jika keinginannya hanya ingin mencari ketenaran.” [Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 276]
Ibnul Mubarok mengatakan, bahwa Sufyan Ats Tsauri pernah menulis surat padanya, “Hati-hatilah dengan ketenaran.” [Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 277]
Daud Ath Tho’i mengatakan: “Menjauhlah engkau dari manusia, sebagaimana engkau menjauh dari singa.” [Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 278) Maksudnya, tidak perlu kita mencari-cari ketenaran ketika beramal saleh.
Imam Ahmad mengatakan: “Beruntung sekali orang yang Allah buat ia tidak tenar.” Beliau juga pernah mengatakan: “Aku lebih senang jika aku berada pada tempat yang tidak ada siapa-siapa.” [Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 278]
Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan: “Rahimahullahu ‘abdan akhmala dzikrohu (Semoga Allah merahmati seorang hamba yang tidak ingin dirinya dikenal/tenar)” [Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 280]
Basyr bin Al Harits Al Hafiy mengatakan: “Aku tidak mengetahui ada seseorang yang ingin tenar kecuali berangsur-angsur agamanya pun akan hilang. Silakan jika ketenaran yang dicari. Orang yang ingin mencari ketenaran, sungguh ia kurang bertakwa pada Allah.” Suatu saat juga Basyr mengatakan: “Orang yang tidak mendapatkan kelezatan di Akhirat adalah orang yang ingin tenar.” [Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 284]
Ibrahim bin Ad-ham mengatakan: “Tidaklah bertakwa pada Allah, orang yang ingin kebaikannya disebut-sebut orang.” [Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 286]
Catatan penting yang perlu diperhatikan:
Imam Al Ghozali mengatakan: “Yang tercela adalah apabila seseorang mencari ketenaran. Namun jika ia tenar karena karunia Allah tanpa ia cari-cari, maka itu tidaklah tercela.”