بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
BENARKAH PUASA ARAFAH BISA MENGHAPUS SEMUA DOSA?
Tentang Puasa Arafah, begini penjelasannya:
“Di antara ibadah yang utama dilaksanakan pada waktu Zulhijah adalah puasa pada Hari Arafah (9 Zulhijah).”
Dalam hadis dari sahabat Abu Qatadah dinyatakan, bahwa Nabi ﷺ pernah ditanya tentang Puasa Arafah dan Puasa Asyura, beliau ﷺ menjawab:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
“Puasa satu Hari Arafah (9 Zulhijah), saya berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya. Dan puasa hari ‘Asyura (10 Muharram), saya berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya.” [HR. Muslim, no 1162]
Dari keterangan hadis ini kita mengetahui, Puasa Arafah memiliki keutamaan dapat menghapus dosa satu tahun sebelum dan satu tahun sesudahnya.
Namun pertanyaannya, apakah hal ini berlaku untuk seluruh dosa, sehingga seorang tidak perlu istighfar dan tobat?
Atau bila perlu seorang bisa beralasan dengan Puasa Arafah untuk melegalkan maksiat yang dia lakukan?
Mari kita simak penjelasan Imam Nawawi berikut, ketika beliau menjelaskan hadis di atas:
معناه يكفر ذنوب صائمه في السنتين، قالوا: والمراد بها الصغائر…. فإن لم تكن صغائر يرجى التخفيف من الكبائر، فإن لم يكن رفعت درجاته
“Makna hadis ini, Puasa Arafah akan menghapus dosa selama dua tahun (yakni 1 tahun sebelum dan sesudahnya, pent) bagi orang yang melakukan puasa ini. Para ulama mengatakan, ”Maksudnya dosa-dosa yang terhapus itu adalah dosa kecil.”
Bila dia tidak memiliki dosa kecil, diharapkan puasa ini menjadi penyebab meringankan dosa besar yang dia lakukan. Apabila tidak memiliki dosa besar, puasa ini akan menjadi penyebab naiknya derajat dia.” [Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, 8/51]
Jadi dosa yang terampuni dengan sebab Puasa Arafah dan amal saleh lainnya hanya dosa kecil saja, tidak berlaku untuk dosa besar.
Maka tidak benar beralasan dengan Puasa Arafah untuk menghibur diri supaya merasa aman/legal melakukan dosa besar. Karena dosa yang disinggung dalam hadis, yang terhapus dengan sebab Puasa Arafah, maksudnya adalah dosa kecil saja. Dosa besar hanya terampuni dengan bertobat yang jujur kepada Allah, yakni memohon ampunan, penyesalan, serta tekad untuk tidak mengulangi.
Justru terus-menerus melakukan dosa tanpa ada upaya bertobat adalah penyebab dosa itu semakin besar di sisi Allah. Tidak ada situasi aman untuk orang-orang yang seperti ini anggapannya. Bahkan dosa kecil saja yang dilakukan terus-menerus bisa menjadi dosa besar, apalagi dosa besar yang dilakukan secara kontinyu dan tidak ada rasa menyesal yang mendorongnya untuk bertobat.
Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu berkata:
لا كبيرة مع الاستغفار، ولا صغيرة مع الإصرار
“Tidak ada dosa besar bila disertai istighfar. Dan tidak ada istilah dosa kecil jika dilakukan terus-menerus.”
Syarat Terhapusnya Dosa Kecil dengan Amal Saleh
Tidak cukup dengan melakukan amal saleh kemudian dosa kecil otomatis terhapus. Ada syarat yang harus terpenuhi untuk mendapatkan fadilah ini, yaitu, meninggalkan dosa-dosa besar.
Selama dia masih konsisten melakukan dosa besar, tidak ada upaya untuk bertobat, masih enjoy dengan dosa besar yang dia lakukan, maka amal salehnya tidak akan berfungsi sebagai penghapus dosa-dosa kecil, karena Allah ﷻ berfirman:
إِن تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلًا كَرِيمًا ﴿٣١﴾
“Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang untuk kalian, maka Kami akan menghapus semua dosa kecil kalian. Dan Kami akan masukkan kalian ke Surga.” [QS. An-Nisa : 31]
Nabi kita ﷺ juga bersabda:
الصلوات الخمس والجمعة الى الجمعة ورمضان الى رمضان مكفرات لما بينهما اذا اجتنبت الكبائر
“Salat lima waktu, dari satu (salat) Jumat ke Jumat berikutnya, dari Ramadan ke Ramadan berikutnya, bisa menjadi penghapus dosa yang ada di antara keduanya, bila dosa-dosa besar dijauhi.” [HR. Ahmad, Muslim dan At-Tirmidzi, hadis Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Ayat dan hadis di atas menunjukkan, bahwa dosa-dosa kecil akan terhapus apabila dosa-dosa besar ditinggalkan. Hal ini menekankan, bahwa meninggalkan dosa besar adalah syarat terhapusnya dosa kecil. Artinya, amal-amal saleh tidak akan berfungsi sebagai penghapus dosa kecil, selama dosa besar belum ditinggalkan dan belum ditobati.
Ibnul Qoyyim memaparkan ketika membantah anggapan sebagian orang, bahwa Puasa Asyura dapat menghapus seluruh dosa, baik besar maupun kecil:
وكاغترار بعضهم على صوم يوم عاشوراء أو يوم عرفة، حتى يقول بعضهم يوم عاشوراء يكفر ذنوب العام كلها ويبقى صوم عرفة زيادة في الأجر، ولم يدر هذا المغتر أن صوم رمضان والصلوات الخمس أعظم وأجل من صيام يوم عرفة ويوم عاشوراء، وهي إنما تكفر ما بينهما إذا اجتنبت الكبائر… فكيف يكفر صوم تطوع كل كبيرة عملها العبد وهو مصر عليها غير تائب منها, هذا محال..
“Seperti terpedayanya sebagian orang dengan Puasa Asyura dan Puasa Arafah. Sampai ada sebagian mereka mengatakan, Puasa Asyura dapat menghapus seluruh dosa selama satu tahun. Tinggal Puasa Arafah berfungsi sebagai penambah pahala… Dia yang sedang terpedaya ini tidak menyadari, bahwa Puasa Ramadan dan salat lima waktu itu lebih agung dan lebih mulia dari Puasa Arafah dan Asyura (karena ibadah yang wajib lebih utama daripada yang sunah, pent).”
Itu pun hanya berfungsi menghapus dosa kecil, jika dosa-dosa besar ditinggalkan. Lantas bagaimana bisa dikatakan, puasa sunah sehari dapat menghapus seluruh dosa besar yang dilakukan oleh seorang hamba, sementara dia masih terus-menerus melakukan dosa besar itu. Ini mustahil! [Al-Jawab Al-Kafi hal. 55]
Syaikh Abdulmuhsin Al-‘Abbad hafidzahullah (pakar hadis Madinah saat ini), di saat menerangkan hadis tentang Puasa Arafah dapat menghapus dosa satu tahun sesudah dan sebelumnya, beliau menerangkan senada:
ومعناه: إذا كانت الكبيرة لم تجتنب ، أو كان مصراً عليها ، فإنه لا يحصل معها التكفير
“Maknanya adalah selama dosa besar tidak dijauhi, atau dia masih terus-menerus melakukannya, maka pengampunan dosa-dosa kecil ini tidak akan dia dapatkan.” [Syarah Sunan Abi Dawud, http://audio.islamweb.net/audio/Fulltxt.php?audioid=171426]
Wallahua’lam bis showab.
Ditulis oleh: Ustadz Ahmad Anshori, Lc.
Baca artikel lengkap di:
══════
Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat.!
www.nasihatsahabat.com
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
Leave A Comment