Beberapa Hadis Shohih Seputar Sya’ban
Hadis Pertama
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلُ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلُ لاَ يَصُوْمُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامً مِنْهُ فِيْ شَعْبَانَ
“Adalah Rasulullah ﷺ berpuasa hingga kami berkata, bahwa beliau tidak akan berbuka. Dan beliau berbuka hingga kami berkata, bahwa beliau tidak akan/pernah berpuasa. Maka saya tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ menyempurnakan puasa sebulan selain Ramadhan. Dan tidaklah saya melihat paling banyaknya beliau berpuasa di bulan Sya’ban.”
Takhrijul Hadis
Dikeluarkan oleh Al-Bukhary no. 1969, Muslim no. 1156, Abu Daud no. 2434, An-Nasa’i 4/151 dan Ibnu Majah no. 1710 dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Fikih Hadis
Hadis di atas, menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali Ramadhan, sebab hal tersebut merupakan puasa wajib terhadap kaum Muslimin. Adapun puasa sunnah, maka kebanyakan puasa beliau adalah pada bulan Sya’ban.
Hadis Kedua
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ شَهْرَيْنِ مَتَتَابِعَيْنِ إِلاَّ شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ
“Saya tidak pernah melihat Nabi ﷺ berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali pada Sya’ban dan Ramadhan.”
Takhrijul Hadis
Hadis di atas, dikeluarkan oleh Abu Daud no. 2336, At-Tirmidzy no. 735, An-Nasa’i 4/151, 200, Ad-Darimy 2/29 dan lain-lainnya dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha. Dan sanadnya shohih.
Fikih Hadis
Hadis di atas, lebih memertegas bahwa Nabi ﷺ paling banyak berpuasa di bulan Sya’ban. Bukan artinya beliau puasa Sya’ban sebulan penuh sebagaimana yang kadang dipahami dari konteks hadis di atas. Karena orang yang berpuasa di kebanyakan hari pada suatu bulan, oleh orang Arab, dikatakan, dia telah berpuasa sebulan penuh. Maka tidak ada pertentangan antara hadis ini dengan hadis-hadis sebelumnya. Demikian keterangan Imam Ibnul Mubarak rahimahullah dalam mengompromikan antara dua hadis di atas [Keterangan Ibnul Mubarak disebutkan oleh Imam At-Tirmidzy setelah membawakan hadis di atas. Dan baca juga Fathul Bary 4/214].
Adapun Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah, beliau berpendapat bahwa dua hadis di atas menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ pada sebagian tahun beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh dan pada sebagian lainnya beliau hanya berpuasa pada kebanyakan saja [Majmu’ Fatawa beliau 15/416].
Hadis Ketiga
Fari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata kepada Rasulullah ﷺ: “Wahai Rasulullah, saya tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam suatu bulan sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Sya’ban?” Maka beliau menjawab:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَب وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعُ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمٌ
“Itu adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang manusia lalai darinya. Dan ia adalah bulan yang padanya segala amalan akan diangkat kepada Rabbul ‘Alamin. Maka saya senang amalanku diangkat sementara saya sedang berpuasa.”
Takhrijul Hadis
Hadis ini dikeluarkan oleh Ahmad 5/201, Ibnu Abu Syaibah 2/347, An-Nasa’i 4/201, Ath-Thahawy dalam Syarah Ma’any Al-Atsar 2/82, Al-Baihaqy dalam Syu’bul Iman 3/377 dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 9/18. Dan sanadnya dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Irwa’ul Ghalil 4/103 dan Tamamul Minnah hal. 412.
Fikih Hadis
Berkata Ibnu Rajab rahimahullah: “Nabi ﷺ telah menyebutkan bahwa tatkala (Sya’ban) dihimpit oleh dua bulan yang agung; bulan Harom (Rajab) dan bulan Puasa (Ramadhan). Maka manusia pun sibuk dengan keduanya sehingga (Sya’ban) terlalaikan. Dan banyak manusia yang menyangka bahwa puasa Rajab lebih afdhal dari puasa (Sya’ban) karena ia adalah bulan haram, dan hakikatnya TIDAK demikian.” [Latho’if Al-Ma’arif, hal. 138 karya Ibnu Rajab].
Dan dari hadis di atas, para ulama juga memetik dua hikmah kenapa Nabi ﷺ banyak berpuasa di bulan Sya’ban, yaitu karena banyak manusia yang lalai darinya dan beliau senang amalan beliau terangkat sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa.
Dan sebagian ulama menyebutkan bahwa hikmah dari puasa Sya’ban adalah sebagai latihan guna menghadapi puasa Ramadhan. Tatkala seseorang telah merasakan manis dan lezatnya berpuasa di bulan Sya’ban, maka ia akan masuk pada bulan Ramadhan dalam keadaan penuh semangat dan kesiapan serta telah terbiasa untuk berpuasa [Latho’if Al-Ma’arif, hal. 138 karya Ibnu Rajab].
Hadis Keempat
يَطَّلِعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ لَيلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ مُشْرِكٌ أَوْ مَشَاحِنٌ
“Allah melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu (pertengahan) Sya’ban lalu mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali orang musyrik dan orang yang bertikai.”
Hadis di atas dikeluarkan oleh sejumlah Imam Ahli Hadis dari hadis Abu Bakr Ash-Shiddiq, Mu’adz bin Jabal, Abu Tsa’labah Al-Khusyany, ‘Aisyah, Abu Hurairah, ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, Abu Musa Al-‘Asy’ary, ‘Auf bin Malik, ‘Utsman bil Abil ‘Ash dan Abu Umamah Al-Bahily radhiyallahu ‘anhum, Dan hadis di atas dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dari seluruh jalannya [Baca Silsilah Ahadis As-Shohihah, no. 1144 dan risalah “Husnul Bayan fima Warada fi Lailah An-Nishf min Sya’ban” karya Masyhur Hasan Salman].
Hadis di atas adalah satu-satunya hadis shohih [*] yang menunjukkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban. Dan hal ini berlaku bagi mereka yang memunyai kebiasaan beribadah pada malam hari yang bertepatan dengan malam Nishfu Sya’ban. Ini BUKANLAH berarti bahwa diizinkan untuk melakukan ibadah-ibadah khusus yang tidak pernah dilakukan pada hari-hari lainnya, sebagaimana kebiasaan sebagian manusia yang menghidupkan malam Nishfu Sya’ban secara khusus.
Catatan [*]:
Kebanyakan para ulama menganggap bahwa tidak ada satu hadis pun yang shohih berkaitan dengan keutamaan Nishfu Sya’ban. Di antara mereka yang menganggap seperti itu, Al-Hafizh Ibnu Dihyah, Abu Bakr Ibnul ‘Araby, Al-Qurthuby, Jamalauddin Al-Qasimy, Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dan lain-lainnya. Dan sebagian penulis di masa ini ada yang tidak menyetujui Syaikh Al-Albany dalam menshohihkan hadis di atas. Kami dalam permasalahan kali ini belum sempat untuk lebih meneliti masalah ini. Semoga Allah memudahkannya di waktu lain.
Tidak pernah dinukil dari Nabi ﷺ dan para shahabatnya ada yang menghidupkan malam Nishfu Sya’ban secara khusus dengan melaksanakan sholat lail dengan melebihkan malam-malam lainnya, apalagi melakukan ritual-ritual khusus yang sama sekali tidak ada tuntunannya dalam agama kita.
Penulis: Al-Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi
http://an-nashihah.com/?p=97
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN Dengan dalih toleransi, jangan sampai kita kebablasan.…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN Boleh toleransi, tapi jangan kebablasan. Tidak sedikit orang…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK) Agar toleransi tidak kebablasan, cobalah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK) Islam agama yang sempurna. Maka pasti ada…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK) Oleh: Ustadz: Dr. Abu Hafizhah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH? Asalnya, Safar Wanita…