Kaum Liberal dan Pluralisme menggunakan Alquran dan Sunnah untuk membuat syubhat.
Pluralisme ada dua maksud:
Heterogen: Yaitu negara kita yang tidak homogen yang terdiri dari banyak suku, agama, dan seterusnya.
Rasulullah ﷺ saat datang ke Madinah juga menjumpai beberapa komunitas, yaitu suku Aus dan Khasraj yang masih musyrik, dan juga ada komunitas kaum Muslimin dari suku Aus dan Khasraj yang disebut kaum Anshar, dan komunitas Yahudi yang terdiri dari suku Qainuqa, Nadhir dan Quraudhah. Dan Rasulullah ﷺ membuat Piagam Madinah untuk mengatur kehidupan kenegaraan.
Yang dimaksud di sini adalah Pluralisme yang menyerukan semua agama sama, yang bertentangan dengan akidah agama Islam, bahkan akidah semua agama. Hal ini juga sudah diingatkan oleh para ulama dahulu. Dan bahkan ada Fatwa MUI yang menyebutkan, “Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan, bahwa semua agama adalah sama, dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif (bukan absolut). Oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim, bahwa agamanya saja yang benar, sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di Surga.”
Fatwa tersebut juga menyebutkan sejumlah poin penting, di antaranya:
1. Pluralisme, Sekularisme, dan Liberalisme agama sebagaimana dimaksud pada bagian pertama adalah paham yang BERTENTANGAN dengan agama Islam.
2. Umat Islam haram mengikuti Pluralisme, Sekularisme, dan Liberalisme agama.
3. Dalam masalah akidah dan ibadah, umat Islam wajib bersikap eksklusif. Dalam arti haram mencampuradukkan akidah dan ibadah umat Islam dengan akidah dan ibadah pemeluk agama lain.
4. Bagi masyarakat Muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain (Pluralisme agama), dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan akidah dan ibadah, umat Islam bersikap inklusif. Dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain, sepanjang tidak saling merugikan. [Fatwa MUI no 7/Munas VII/MUI/11/2005]
# Pluralisme, dua pengertian:
1. Keberagaman baik suku, bahasa, maupun agama, suatu hal yang pasti di mana-mana.
Silakan kerja sama dalam pergaulan sosial, saling toleransi, selama tidak mencampurkan akidah dan ibadah.
2. Semua agama sama-sama benar.
Semua agama kebenarannya relatif. Penganut semua agama di Surga, diharamkan oleh MUI. Ini adalah kekufuran dan pembatal keislaman.
# Urgensi membahas permasalahan ini
1️. Ini berkaitan dengan pokok akidah, yaitu:
• Islam adalah satu-satunya agama yang diridai Allah (agama tauhid).
• Pluralisme dibangun atas keyakinan kekufuran adalah kebenaran. Ini merupakan salah satu pembatal keIslaman.
2️. Penyebaran pemahaman Pluralisme di tanah air cukup kuat, di antaranya di Universitas Islam, disebarkan melalui orang-orang yang terkenal di dunia maya dan berita.
3️. Pengkhianatan ilmiah yang dilakukan oleh dai-dai Pluralisme.
Bentuk-bentuknya misalnya memotong-motong ayat, memotong perkataan para ulama, sehingga maknanya bertolak belakang dengan makna yang sebenarnya.
4️. Muncul karya ilmiah yang mendukung Pluralisme.
Contoh:
– Argumen Pluralisme Agama, karya DR Abdul Moqsith Al Ghozali, disertasi untuk meraih gelar doktor.
– Satu Tuhan Banyak Agama, karya DR Media Zainul Bahri, asalnya adalah disertasi untuk meraih gelar doktor.
– Fikih Lintas Agama, karya kolaboratif oleh para pegiat Pluralisme agama seperti DR Nurcholis Madjid, DR Zainul Kamal dll.
– Memahami Bahasa Agama, karya Prof Komaruddin Hidayat, mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pemahaman ini adalah syubhat yang terstruktur.
5️. Untuk membentengi masyarakat dari akidah yang menyimpang seperti pemahaman Pluralisme, dan sudah banyak para dai yang sudah berjuang.
# Agama Islam adalah satu-satunya agama yang diridai Allah.
1️. Dalil-dalil bahwa hanya Islam yang benar
2️. Dalil-dalil bahwa Allah telah memvonis, bahwa Ahlul Kitab adalah kafir.
3️. Alquran adalah Muhaimin (hakim yang memansukhkan kitab-kitab terdahulu).
Tidak boleh berhukum lagi, kecuali dengan Alquran.
4️. Allah mewajibkan seluruh nabi untuk mengikuti rasul terakhir, yaitu Rasulullah ﷺ.
… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agama kalian. Dan telah Aku cukupkan kepada kalian nikmat-Ku. Dan telah Aku ridai Islam sebagai agama bagi kalian.” [QS. Al-Maa-idah: 3]
“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Alquran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [QS. Al An’am 115]
Jadi agama Islam sudah sempurna.
Dalam Alquran.
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلامُ
“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam.” [QS. Ali Imran: 19]
“Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini, baik Yahudi dan Nasrani mendengar tentang ajaranku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya (yaitu agama Islam, pent.), kecuali dia pasti termasuk penghuni Neraka.” [HR. Muslim]
Kenapa disebut Yahudi dan Nasrani? Karena mereka kafir yang terbaik, punya kitab Samawi.
Bagaimana dengan kafir yang lain? Tentu lebih buruk.
Ibnu Hazm dalam kitabnya Maratib Al Ijma berkata:
“Para ulama telah sepakat untuk menyebut Yahudi dan Nasrani sebagai orang kafir.”
Non-Muslim = kafir.
Al Qadhi ‘Iyadh (ulama besar Malikiyah) berkata:
“Oleh karena itu kami mengafirkan orang yang beragama dengan selain Islam, atau orang yang abstain dan ragu dari pengafiran mereka, atau orang-orang yang membenarkan ajaran mereka, meskipun ia menampakkan tampilan Islam, menganut akidah Islam, serta meyakini kebatilan ajaran selain Islam, maka dia telah menjadi kafir, karena menampakkan hal yang kontradiktif dengan apa yang ia yakini.”
Al Hajawi (Hambali):
“Siapa yang tidak mengafirkan orang-orang non-Muslim seperti Nasrani, atau ragu dengan kekafiran mereka, atau bahkan membenarkan ajaran mereka, maka dia telah kafir. “
Karena pernyataan yang demikian bisa mengandung, bahwa agama mereka benar.
Semua perbuatan yang berkonsekuensi membenarkan agama lain adalah kekufuran.
Ibnu Taimiyyah berkata:
“Sesungguhnya Yahudi dan Nasrani adalah orang-orang kafir, yang kekufuran diketahui secara pasti dalam agama Islam.”
# Dalil bahwa Yahudi dan Nasrani adalah Kafir
1. Allah menafikan iman mereka.
Allah ﷻ berfirman:
وَلَا يَدِيْنُوْنَ دِيْنَ الْحَـقِّ
“Dan mereka yang tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah).” [QS. At-Taubah 29]
“Wahai Rasul (Muhammad)! Janganlah engkau disedihkan karena mereka berlomba-lomba dalam kekafirannya. Yaitu orang-orang (munafik) yang mengatakan dengan mulut mereka, “Kami telah beriman,” padahal hati mereka belum beriman.” [QS. Al-Ma’idah 41]
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah. Dan (juga mereka memertuhankan) Al Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” [QS. At-Taubah 31]
“Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sungguh, Al-Masih ‘Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya, yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.
Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga.” Berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa. Maha Suci Dia dari (anggapan) mempunyai anak. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung.” [QS. An-Nisa’171]
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah’? Isa menjawab, “Maha Suci Engkau. Tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku, dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya, yaitu, ‘Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian.’ Dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” [QS. Al Maidah 116-117]
“Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke Neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” [QS. Al-Bayyinah 6]
“Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya.”
Kami akan mencatat perkataan mereka dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar), dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): “Rasakanlah olehmu azab yang membakar!” [QS. Ali ‘Imran 181]
“Dan mereka berkata: “Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari saja.” Katakanlah: “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah, sehingga Allah tidak akan mengingkari janji-Nya? Ataukah kamu mengatakan tentang Allah, sesuatu yang tidak kamu ketahui?”
“Bukan demikian! Barang siapa berbuat keburukan dan dosanya telah menenggelamkannya, maka mereka itu penghuni Neraka. Mereka kekal di dalamnya.” [QS Al-Baqarah 80- 81]
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putra Maryam.” Padahal Al-Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian.” Sesungguhnya orang yang memersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka. Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwa Allah salah seorang dari yang Tiga.” Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” [QS. Al Maidah 72-73]
Yaitu di Neraka.
Dalam hadis yang panjang dari Abu Said Al Khudri radhiyallahu ‘anhu:
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ia berkata, “Kami berkata: ‘Wahai Rasulullah, apakah kita akan melihat Rabb kita pada Hari Kiamat?’”
“Sehingga tersisalah orang yang hanya beribadah kepada Allah saja, baik dia orang saleh atau orang yang tidak saleh.” Yang jelas waktu di dunia ia hanya menyembah Allah saja.
وَغُبَّرَاتٌ مِنْ أَهْلِ الكِتَابِ
“Demikian pula sisa-ssisa dari Ahli Kitab yang hanya beribadah kepada Allah Subhanahu wa Taala saja.”