Saat Alquran diturunkan terdapat tujuan besar yang wajib kita amalkan.
Tujuan untuk memerbaiki hidup manusia, untuk menauhidkan Allah dan meninggalkan kesyirikan, sehingga mereka benar-benar terlepas dari kesyirikan, kebidahan, kekhurafatan.
Alquran bertujuan untuk memerbaiki akhlak dan menyucikan jiwa kita.
Alquran harus berpengaruh dalam hidup kita.
Betapa banyak dari kita yang memerbanyak membaca Alquran, namun kita harus menanyakan diri kita: “Pengaruh apa yang sudah kau rasakan bersama Alquran?”
Banyak dari kita membaca Alquran, tapi belum menambahkan rasa takut dan harapnya kepada Allah, belum juga menambahkan sikap zuhud terhadap dunia.
Alquran adalah kehidupan.
Apakah kita sudah bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal?
Apakah kita sudah takut, berharap, dan cinta kepada Allah dengan sebenar-benarnya?
Apakah kita sudah merasa diawasi Allah dalam kesendirian dan keramaian?
Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 235:
Kalau sekiranya Kami turunkan Alquran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia, supaya mereka berfikir.”
Alquran bisa membuat gunung tunduk.
Bagaimana dengan hati kita?
Dalam Sahihain, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
“Nabi ﷺ adalah orang yang paling gemar bersedekah. Semangat beliau dalam bersedekah lebih membara lagi ketika Ramadan, tatkala itu Jibril menemui beliau. Jibril menemui beliau setiap malamnya di bulan Ramadan. Jibril mengajarkan Alquran kala itu. Dan Rasul ﷺ adalah yang paling semangat dalam melakukan kebaikan, bagai angin yang bertiup.” [HR. Bukhari no. 3554 dan Muslim no. 2307]
Sebagian ulama berkata, ini salah satu pengaruh dari Alquran, sehingga membuat Nabi ﷺ menjadi pribadi yang semakin dermawan.
Bagaimana akhlak kita dibanding akhlak Nabi ﷺ?
Akhlak Nabi ﷺ disifati dengan Alquran.
Bagaimana keadaan kita saat membaca Alquran?
Lihatlah bagaimana sahabat membaca Alquran.
Tujuan mereka membaca bukan akhir surat.
Tidaklah mereka melewati sepuluh ayat, kecuali mereka memahaminya dan mengamalkannya.
Barulah mereka pindah ke ayat selanjutnya.
Semakian kuat iman seseorang, maka semakin kuat hatinya tergerak untuk beramal. Kita butuh terpengaruh dengan Alquran, sebagaimana Nabi ﷺ dan para sahabatnya terpengaruh dengan Alquran.
Ketika Umar bin Khattab salat berjamaah dan sampai pada Surat Yusuf ayat 86:
Yaqub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah, apa yang kamu tiada mengetahuinya.”
Beliau menangis sampai isak tangisnya terdengar sampai shaf paling belakang.
Di mana kita dibanding beliau?
Sebab-sebab agar terpengaruh dengan Alquran:
1. Mengisi hati kita dengan pengagungan kepada Allah, kemudian kita agungkan Kalamullah.
2. Membaca Alquran dengan memelajari tafsirnya. Harus punya amalan harian. Kita memelajari makna Alquran. Pelajari hukum-hukum yang ada dengan seorang guru.
3. Membersihkan tubuh, pakaian, tempat, saat hendak membaca Alquran.
4. Membaca dengan penuh tadabbur.
5. Membaca dengan penuh adab dan tartil, tidak tergesa-gesa.
6. Mengulang-ulang ayat, agar bisa menadabburi dan memahami makna ayat tersebut dengan baik.
7. Rasakan bahwa Allah sedang berbicara kepadamu saat sedang membaca Alquran.
8. Jauhi hal yang membuat kau jauh dari khusyuk seperti tertawa, berbicara tanpa keperluan.
9. Tahsin tilawah, perbaiki bacaan baik makhorij dan sifatnya, hukum tajwidnya, dan perindah suara. Karena ini akan menambah kekhusyukan dalam membaca Alquran.
10. Jangan tinggalkan muhasabah diri.
11. Perbaiki keadaan diri kita.
12. Mengamalkan dan mempraktikan apa yang sudah kita baca dari Alquran.
13. Merasa malu dengan Allah dengan kekurangan kita.
14. Merasa khawatir Allah tidak terima amal kita.
Wahai orang-orang yang menghafalkan kitab Rabbnya, di manakah amalmu?
Wallahua’lam bisshowab
Diterjemahkan secara makna dengan sedikit tambahan oleh Divya