Secara bahasa, Fatrah berarti terputus atau lemah. Adapun menurut istilah, Fatrah adalah zaman antara dua Rasul dari para Rasul Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Lihat Mukhtarus Shihhah, bab: fa ta ra).
Dan Ahlu Fatrah adalah orang-orang yang hidup di zaman Fatrah. Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman hafizhahullah mengatakan, “Yang benar, Ahlu Fatrah adalah orang-orang yang hidup di antara dua Rasul. Rasul yang pertama tidak diutus kepada mereka (yakni dakwahnya tidak sampai ke masa hidup mereka-red), dan mereka belum menemui rasul yang kedua.” [Adillatu Mu’taqad Abi Hanifah al-A’zham fi Abawai ar-Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam karya al Allamah Ali bin Sulthan Muhammad al Qari, tahqiq Syaikh Masyhur bin Hasan bin Salman, hlm. 10].
Mengenai nasib orang-orang yang hidup di zaman Fatrah yang belum sampai kepada mereka dakwah, para ulama berselisih pendapat tentang keadaan mereka di akhirat. Yang rajih –wallahu a’lam- sebagaimana dinyatakan oleh para ulama peneliti, bahwa orang-orang ini akan diuji di akhirat. Disebutkan dalam sebuah hadis berikut ini: (hal. 12)
عَنِ اْلأَسْوَدِ بْنِ سَرِيعٍ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ nقَالَ أَرْبَعَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَجُلٌ أَصَمُّ لاَ يَسْمَعُ شَيْئًا وَرَجُلٌ أَحْمَقُ وَرَجُلٌ هَرَمٌ وَرَجُلٌ مَاتَ فِي فَتْرَةٍ فَأَمَّا اْلأَصَمُّ فَيَقُولُ رَبِّ لَقَدْ جَاءَ اْلإِسْلاَمُ وَمَا أَسْمَعُ شَيْئًا وَأَمَّا اْلأَحْمَقُ فَيَقُولُ رَبِّ لَقَدْ جَاءَ اْلإِسْلاَمُ وَالصِّبْيَانُ يَحْذِفُونَنِي بِالْبَعْرِ وَأَمَّا الْهَرَمُ فَيَقُولُ رَبِّي لَقَدْ جَاءَ اْلإِسْلاَمُ وَمَا أَعْقِلُ شَيْئًا وَأَمَّا الَّذِي مَاتَ فِي الْفَتْرَةِ فَيَقُولُ رَبِّ مَا أَتَانِي لَكَ رَسُولٌ فَيَأْخُذُ مَوَاثِيقَهُمْ لَيُطِيعُنَّهُ فَيُرْسِلُ إِلَيْهِمْ أَنْ ادْخُلُوا النَّارَ قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ دَخَلُوهَا لَكَانَتْ عَلَيْهِمْ بَرْدًا وَسَلاَمًا وَفِيْ رِوَايَةٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ :فَمَنْ دَخَلَهَا كَانَتْ عَلَيْهِ بَرْدًا وَسَلاَمًا وَمَنْ لَمْ يَدْخُلْهَا يُسْحَبُ إِلَيْهَا
Dari Aswad bin Sari’, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Pada Hari Kiamat ada empat orang yang akan mengadu kepada Allah yaitu seorang yang tuli, tidak mendengar sesuatu pun; seorang yang pandir; seorang yang pikun; dan seorang yang meninggal dunia di zaman Fatrah.
1. Adapun orang yang tuli akan mengatakan, ‘Wahai Rabb, agama Islam telah datang, namun aku tidak mendengar sesuatu pun.’
2. Orang yang pandir akan mengatakan, ‘Wahai Rabb, agama Islam telah datang, sedangkan anak-anak kecil melempariku dengan kotoran binatang”.
3. Orang yang pikun akan mengatakan: “Wahai Rabb, agama Islam telah datang, sementara aku dalam keadaan tidak berakal sedikit pun”.
4. Dan orang yang mati di zaman Fatrah akan mengatakan: “Wahai Rabb, tidak ada seorang Rasul pun yang datang kepadaku.’ Maka Allah mengambil perjanjian mereka, bahwa mereka benar-benar akan menaati-Nya. Kemudian Allah mengutus utusan kepada mereka yang mengatakan, ‘Masuklah kalian ke dalam neraka!”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Demi (Allah) Yang jiwa Muhamad berada di tangan-Nya. Seandainya mereka memasukinya, sesungguhnya neraka itu menjadi sejuk dan selamat bagi mereka” [Adillatu Mu’taqad Abi Hanifah al-A’zham fi Abawai ar-Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam karya al Allamah Ali bin Sulthan Muhammad al Qari, tahqiq Syaikh Masyhur bin Hasan bin Salman, hlm. 12].
(Di dalam riwayat lain dari Abu Hurairah disebutkan: “Barang siapa memasukinya, sesungguhnya neraka itu menjadi sejuk dan selamat baginya. Dan barang siapa tidak memasukinya, dia diseret ke dalamnya”) [HR. Ahmad, no. 15866. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih al-Jami’ush Shaghir, no. 894]
http://almanhaj.or.id/content/3227/slash/0/siapakah-ahlul-fatrah/
Leave A Comment