بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 

#DoaZikir

BACALAH SUBHANALLAHI WABIHAMDIH SERATUS KALI SETIAP PAGI DAN PETANG

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ

Artinya: “Barang siapa yang ketika pagi dan sore membaca: SUBHANALLAHI WABIHAMDIH (Maha Suci Allah dan dengan segala pujian hanya untuk-Nya) sebanyak 100 (seratus) kali, maka pada Hari Kiamat, tidak ada seorang pun yang akan mendatangkan amalan yang lebih utama daripada apa yang dia datangkan, kecuali orang yang juga mengucapkan bacaan seperti itu, atau lebih dari itu.” (HR. Muslim no. 2692).

Makna Subhanallahi Wabihamdih

Makna ucapan Subhanallah (Maha Suci Allah) adalah  kita menyucikan Allah ta’ala dari segala aib dan kekurangan, dan kita menyatakan, bahwa Allah Maha Sempurna dari segala sisi. Hal itu diiringi dengan pujian kepada Allah, Wabihamdih, yang menunjukkan kesempurnaan karunia dan kebaikan yang dilimpahkan-Nya kepada makhluk, serta kesempurnaan hikmah dan ilmu-Nya. (Lihat Syarh Riyadh as-Shalihin li Ibni Utsaimin, 3/446)

Apabila telah terpatri dalam diri seorang hamba mengenai pengakuan dan keyakinan terhadap kesucian pada diri Allah dari segala kekurangan dan aib, maka secara otomatis akan terpatri pula di dalam jiwanya, bahwa Allah adalah Sang Pemilik berbagai kesempurnaan, sehingga yakinlah dirinya, bahwa Allah adalah Rabb bagi seluruh makhluk-Nya. Sedangkan keesaan Allah dalam hal Rububiyah tersebut merupakan hujjah/argumen yang mewajibkan manusia untuk menauhidkan Allah dalam hal ibadah, Tauhid Uluhiyah. Dengan demikian, maka kalimat ini mengandung penetapan kedua macam tauhid tersebut, Rububiyah dan Uluhiyah. (Lihat Taudhih al-Ahkam, 4/885)

Makna Al-Hamdu (Pujian Kepada Allah)

Al-Hamdu atau pujian adalah sanjungan kepada Allah, dikarenakan sifat-sifat-Nya yang sempurna, nikmat-nikmat-Nya yang melimpah ruah, kedermawanan-Nya kepada hamba-Nya, dan keelokan hikmah-Nya. Allah ta’ala memiliki nama, sifat dan perbuatan yang sempurna. Semua nama Allah adalah nama yang terindah dan termulia, tidak ada nama Allah yang tercela. Demikian pula dalam hal sifat-sifat-Nya, tidak ada sifat yang tercela. Bahkan sifat-sifat-Nya adalah sifat yang sempurna dari segala sisi. Perbuatan Allah juga senantiasa terpuji, karena perbuatan-Nya berkisar antara menegakkan keadilan dan memberikan keutamaan. Maka bagaimanapun keadaannya, Allah senantiasa terpuji (Lihat al-Qawa’id al-Fiqhiyah karya Syaikh as-Sa’di, hal. 7)

Syaikh al-Utsaimin rahimahullah berkata: “Al-Hamdu adalah menyifati sesuatu yang dipuji dengan sifat-sifat sempurna, yang diiringi oleh kecintaan dan pengagungan dari yang memuji, kesempurnaan dalam hal dzat, sifat, dan perbuatan. Maka Allah itu Maha Sempurna dalam hal dzat, sifat, maupun perbuatan-perbuatan-Nya.” (Tafsir Juz ‘Amma, hal. 10)

Catatan:

  • Yang patut kita ketahui, bahwa keutamaan membaca tasbih tersebut hanya diperoleh bagi setiap Muslim dan Muslimah yang meninggal dunia dalam keadaan menauhidkan Allah. Yakni hanya beribadah kepada Allah, dan tidak pernah berbuat syirik dan kufur kepada-Nya sedikit pun semasa hidupnya di dunia.
  • Dan kalaupun ia pernah berbuat syirik dan kufur kepada Allah, hanya saja ia telah bertaubat darinya dengan taubat nasuha sebelum ia meninggal dunia.
  • Para ulama Ahlus Sunnah juga menjelaskan, bahwa yang dihapus dan diampuni oleh Allah dengan sebab bacaan tasbih maupun amal saleh lainnya hanyalah dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar, maka tidaklah dihapus dan diampuni oleh Allah, kecuali dengan taubat nasuha.

Wallahu a’lam bish-showab. Wabillahi at-taufiq.

 

Sumber:

https://Muslim.or.id/534-ringan-di-lisan-berat-di-timbangan.html