“Puasa Hari Arafah (tanggal 9 Zulhijah), aku harap kepada Allah dapat menghapus dosa tahun yang sebelumnya, dan tahun yang setelahnya.” [HR. Muslim dari Abu Qotadah radhiyallahu’anhu]
b). Perbanyak doa di Hari Arafah, karena sebaik-baik doa adalah doa pada Hari Arafah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah.” [HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini Hasan). Maksudnya, inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau terkabulkan. [Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 10: 33]
“Laa ilaaha illallah, wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syaiin Qodiir.”
Artinya:
Tidak ada yang berhak disembah selain Allah yang satu saja. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kekuasaan, dan milik-Nya segala pujian. Dan Dia Maha Mampu atas segala sesuatu).” [HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu’anhuma, Shahihut Targhib: 1536]
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, bahwa disukai untuk memerbanyak zikir ini dan doa, serta bersungguh-sungguh dalam melakukannya. Karena hari tersebut adalah hari paling utama sepanjang tahun untuk berdoa. Ia adalah amalan haji yang paling dominan, tujuan utama, dan yang menjadi penentu. Sehingga sudah seyogyanya seseorang mengupayakan semaksimal mungkin dalam berzikir, berdoa, membaca Alquran, dan agar ia berdoa dengan berbagai macam doa. Ia berzikir dengan berbagai zikir. Berdoa untuk dirinya dan berzikir di semua tempat. Ia berdoa sendiri-sendiri bersama orang-orang. Ia berdoa untuk dirinya, dua orang tua, kerabat, para guru, sahabat, teman, orang yang dicinta, dan semua orang yang pernah berbuat baik kepadanya, serta semua Muslimin. Hendaknya ia berhati-hati agar tidak menyepelekan dalam hal itu semua. Karena hari ini tidak mungkin untuk dikembalikan kembali (bila luput darinya). [Al-Adzkar 1/228]
d). Mulai Takbir Muqoyyad, yaitu takbir yang terkait dengan waktu salat. Takbir Muqoyyad bagi orang yang TIDAK berhaji dibaca SETIAP SELESAI salat lima waktu, dilakukan mulai dari Subuh pada Hari Arafah (9 Zulhijah) sampai setelah salat Ashar pada Hari Tasyrik yang terakhir, yaitu 13 Zulhijah. Tidak bertakbir lagi setelah Maghrib (14 Zuhijah malam)
Dari Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhu:
أنه كان يكبر من صلاة الفجر يوم عرفة إلى صلاة العصر من آخر أيام التشريق، ويكبر بعد العصر
Bahwa Ali bertakbir setelah salat Subuh pada 9 Zulhijah sampai Ashar 13 Zulhijah. Ali juga bertakbir setelah Ashar. [HR Ibnu Abi Syaibah dan Al-Baihaqi. Al-Albani mengatakan: Sahih dari Ali].
Keterangan dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma:
أنه كان يكبر من صلاة الفجر يوم عرفة إلى آخر أيام التشريق، لا يكبر في المغرب
Bahwa Ibnu Abbas bertakbir setelah salat Subuh pada 9 Zulhijah sampai 13 Zulhijah. Ia tidak bertakbir setelah Maghrib (14 Dzuhijjah malam). [HR Ibnu Abi Syaibah dan Al-Baihaqi. Al-Albani mengatakan, “Sanadnya Sahih”]
e). Perbanyak Takbir Mutlak, yaitu takbir yang dibaca kapan saja TANPA terikat waktu, dimulai sejak awal Zulhijah sampai akhir Hari Tasyrik, yaitu 13 Zulhijah.