Siapa yang berkata: “Aku rida kepada Allah sebagai Rabb, Islam sebagai diin, Muhammad sebagai Rasul” niscaya Surga itu wajib untuknya.” [Hadis Abu Said al-Khudri radhiallahu anhu, riwayat Abu Daud, disahihkan al-Albaniy rahimahullah]
1. Rida kepada Allah ﷻ sebagai Rabb
Yaitu menjadikan-Nya semata sebagai Sesembahan, tidak memalingkan suatu ibadah kepada selain-Nya, dan benci terhadap segala peribadahan kepada selain-Nya.
Kepada-Nya semata seorang hamba berinabah, tawakal, takut, berharap, cinta, sabar, syukur. Dan hamba rida dengan segala pengaturan, takdir, dan perbuatan-Nya.
2. Rida kepada Islam sebagai diin
Yaitu hamba tidak ada rasa berat atas segala ucapan, hukum, perintah, dan larangan-Nya.
Hamba tersebut pasrah dengan sepenuh ketundukan, walaupun hukum, perintah, dan larangan itu tidak sesuai dengan keinginan dan hawa nafsunya, atau menyelisihi ucapan dan pendapat guru dan kelompoknya.
3. Rida kepada Muhammad ﷺ sebagai Rasul
Yaitu ia tunduk dan taat kepada beliau ﷺ secara totalitas. Ia mengedepankan dan mengutamakan Rasulullahﷺ atas dirinya. Tidak diambil bimbingan, kecuali dari petunjuknya. Tidak berhukum, kecuali kepada Sunnahnya. Hanya rida kepada ajaran hukumnya ﷺ dan tidak rida kepada hukum ajaran selainnya.
Hanya ia satu-satunya suri teladan yang baik bagi seorang yang ingin bertemu dengan Allah dengan kondisi terbaik. [Lihat: Madaarijus Saalikin, Ibnul Qayyim, 2/ 141 – 142 dengan perubahan susunan dan peringkasan serta penambahan]
Alih Bahasa: Al-Ustadz Abu Yahya al-Maidany hafizhahullah