Huruf dasar دبر secara bahasa menunjukkan kepada makna akhir dari sesuatu.
Sedangkan tadabbur (تدبر) menunjukkan kepada makna memerhatikan kesudahan dari suatu perkara, dan memikirkan akibatnya.
Dan kata tadabbur digunakan untuk setiap bentuk merenungkan sesuatu, bagian-bagiannya, perkara yang mendahuluinya, perkara yang mengikutinya, atau akibat suatu perkara.
Oleh karena itu Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah mendefinisikan tadabbur sebagai berikut ini:
التأمل في الألفاظ للوصول إلى معانيها
“Merenungkan lafal-lafal untuk sampai kepada kandungan-kandungan maknanya.”
Kata tadabbur berasal dari wazan At-Tafa’ul (التفعل) yang berfungsi menunjukkan kepada makna membebani perbuatan, dan meraih sesuatu setelah mengerahkan usaha yang sungguh-sungguh.
Dengan demikian, orang yang bertadabur adalah orang yang memerhatikan suatu perkara secara berulang-ulang atau dari berbagai sisi. [Diringkas dan sisimpulkan dari Mafhumut Tafsir wat Ta`wil wal Istinbath wal Mufassir, DR. Musa’id bin Sulaiman Ath-Thayyar, hal. 185 dan Ushulun fit Tafsir, Syaikh Al-Utsaimin, hal. 23]
Pada asalnya menadaburi Alquran itu setelah paham maknanya. Karena tidak mungkin seseorang dituntut untuk menadaburi ucapan yang ia tidak pahami maknanya. Dengan demikian menadaburi Alquran itu pada asalnya setelah seseorang paham maknanya, atau dengan kata lain, ia paham tafsirnya, baru bisa merenungi berbagai pelajaran yang bisa diambil darinya.