Bismillah was salatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Macam-macam Salat sunnah
Salat sunnah ada dua macam: Mutlak dan Muqayad
Salat Sunnah Muqayad adalah salat sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan pada waktu tertentu atau pada keadaan tertentu. Seperti Tahiyatul Masjid, Dua Rakaat Seusai Wudhu, Salat Sunnah Rawatib, dst.
Sedangkan Salat Sunnah Mutlak adalah semua salat sunnah yang dilakukan tanpa terikat waktu, sebab tertentu, maupun jumlah rakaat tertentu. Sehingga boleh dilakukan kapanpun, di manapun, dengan jumlah rakaat berapapun, selama tidak dilakukan di waktu atau tempat yang terlarang untuk salat [Al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 27:154]
Hukum Salat Sunnah Mutlak
Salat Sunnah Mutlak dianjurkan untuk banyak dilakukan setiap waktu, siang maupun malam, selain waktu larangan untuk salat. Waktu terlarang tersebut adalah:
• Setelah Subuh sampai matahari terbit.
• Ketika matahari tepat berada di atas kepala, hingga condong sedikit ke Barat.
• Ketika matahari sudah menguning setelah Asar, hingga matahari terbenam.
“Punggung-punggung mereka jauh dari tempat tidur, karena beribadah kepada Allah, dengan penuh rasa takut dan rasa harap. Mereka juga menginfakkan sebagian dari rezeki yang Aku berikan kepada mereka.” [QS. As-Sajdah: 16]
Keutamaan Salat Sunnah Mutlak
Dari Rabi’ah bin Ka’b al-Aslami radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan:
Aku pernah tidur bersama Nabi ﷺ. Aku layani beliau ﷺ dengan menyiapkan air wudhu beliau dan kebutuhan beliau ﷺ. Setelah usai, beliau ﷺ bersabda: “Mintalah sesuatu.” Aku menjawab: ‘Aku ingin bisa bersama Anda di Surga.’ Beliau ﷺ bersabda: “Yang selain itu?” ‘Hanya itu.’ Kataku. Kemudian beliau ﷺ bersabda:
فَأعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
“Jika demikian, bantulah aku untuk mewujudkan harapanmu dengan memperbanyak sujud.” [HR. Muslim]
Rasulullah ﷺ merupakan figur yang pandai berterima kasih kepada orang lain. Sehingga ketika ada orang yang melayani beliau ﷺ, beliau tidak ingin itu menjadi utang budi bagi beliau ﷺ. Sebagai wujud rasa terima kasih, beliau ﷺ menawarkan kepada Rabi’ah yang telah membantunya, agar meminta sesuatu sebagai upahnya. Namun sang sahabat menginginkan agar upahnya berupa Surga, bersama Nabi ﷺ. Untuk mewujudkan itu, Rasulullah ﷺ meminta agar Rabi’ah memperbanyak sujud, dalam arti memperbanyak salat sunnah. Karena seseorang bisa melakukan sujud sebanyak-banyaknya dengan rajin Salat Sunnah Mutlak.
Dalam hadis yang lain, dari Ma’dan bin Abi Thalhah al-Ya’mari mengatakan:
Saya pernah bertemu Tsauban, budak yang dibebaskan Rasulullah ﷺ. Aku pun bertanya kepadanya: ‘Tolong ceritakan kepadaku, amalan apa yang bisa menjadi sebab Allah memasukkanku ke dalam Surga?’ Dalam riwayat yang lain: ‘Sampaikan kepadaku amalan yang paling dicintai Allah?’ Tsauban pun terdiam. Kemduian aku mengulangi pertanyaanku tiga kali. Setelah itu beliau menjawab, ‘Aku pernah menanyakan hal itu kepada Rasulullah ﷺ. Dan beliau ﷺ menjawab:
“Perbanyaklah bersujud. Karena tidaklah kamu bersujud sekali, kecuali Allah akan mengangkat satu derajat untukmu dan menghapus satu kesalahan darimu.” [HR. Muslim]
Tingkat keutamaan
Pada penjelasan sebelumnya telah disebutkan, bahwa salat sunnah ada dua: Salat Sunnah Mutlak dan Salat Sunnah Muqayad. Semua salat sunnah ini tingkatannya berbeda-beda. Berikut rinciannya:
• Salat Sunnah Muqayad, lebih utama dibandingkan Salat Sunnah Mutlak, meskipun Salat Sunnah Muqayad ini dilakukan di siang hari.
• Salat Sunnah Mutlak yang dilakukan di malam hari lebih utama dibandingkan Salat Sunnah Mutlak yang dilakukan di siang hari.
Sebagai contoh, orang yang mengerjakan Salat Sunnah Mutlak antara Maghrib dan Isya lebih utama dibandingkan orang yang mengerjakan Salat Sunnah Mutlak antara Zuhur dan Asar.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
“Salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat sunnah yang dikerjakan di malam hari.” [HR. Muslim]
Salat Sunnah Mutlak yang dikerjakan di sepertiga malam terakhir lebih utama dibandingkan Salat Sunnah Mutlak di awal malam. Karena sepertiga malam terakhir adalah waktu mustajab untuk berdoa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
“Tuhan kita Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi, turun setiap malam ke langit dunia, ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir. Kemudian Dia berfirman: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku akan Aku kabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan aku ampuni.” [HR. Muslim]
Demikian yang dikabarkan Rasulullah ﷺ yang wajib kita imani sebagaimana yang beliau ﷺ sampaikan. Allah turun ke langit dunia, dengan cara yang sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya, dan TIDAK BOLEH kita khayalkan.
Salat sunnah yang dilakukan di rumah lebih utama dibandingkan salat sunnah yang dikerjakan di masjid.
“Dua rakaat-dua rakaat. Dan jika kamu khawatir nabrak Subuh, kerjakanlah Witir satu rakaat, sebagai pengganjil untuk semua salat yang telah Anda kerjakan.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Untuk Salat Sunnah Mutlak yang dikerjakan siang hari, bisa juga dikerjakan empat rakaat dengan salam sekali, tanpa duduk Tasyahud Awal.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)