Misalnya bapak biologis dari anak hasil zina meninggal dunia atau kabur, atau pergi meninggalkan anak yang masih kecil, apakah itu disebut anak yatim?
Bagaimana pula dengan anak yang ditinggal mati oleh ibunya, apaka juga disebut anak yatim?
Dan sampai kapankah status yatim itu masih berlaku? kasih
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Dalam bahasa Arab, kata yatim/yatimah berarti anak kecil yang kehilangan (ditinggal mati) ayahnya. [Lisanul ‘Arab, 12/645, al-Mu’jam al-Wasith, 2/1063]
Begitu juga dalam istilah agama maknanya sama, tidak mengalami pengubahan. [Syarhus Sunnah, al-Baghawi 9/200]
Batasannya adalah sampai dia dewasa (baligh), sebagaimana penjelasan Rasulullah ﷺ:
لاَ يُتْمَ بَعْدَ احْتِلاَمٍ
“Tidak ada keyatiman setelah mimpi.” [Sunan Abu Dawud, no. 2873 dan dihukumi Shahih oleh syaikh al-Albani]
Yang dimaksud dengan mimpi dalam hadis ini adalah mimpi basah yang merupakan penanda baligh. Termasuk dalam hukum ini juga penanda baligh yang lain, yakni tumbuhnya rambut kemaluan atau sudah mencapai umur 15 tahun, juga haid bagi wanita. [At-Tanwir Syarh al-Jami’ ash-Shaghir 11/174]
Adapun anak kecil yang ditinggal mati ibunya tidak disebut yatim, tapi punya istilah khusus yaitu ‘ajiyy/’ajiyyah [Lisanul ‘Arab 12/645]. Dan dalam bahasa Indonesia disebut piatu. Piatu tidak disebut bersama yatim karena kematian ayahlah yang ghalibnya (bisanya) membuat seorang anak lemah dan kehilangan nafkah. Karena memberi nafkah adalah tugas ayah, bukan ibu.
Dari definisi di atas bisa disimpulkan, bahwa anak zina yang tidak memiliki pengasuh selain ibunya tidak dikategorikan sebagai yatim. Tapi hukumnya hukum yatim. Artinya jika dia membutuhkan asuhan, disunnahkan untuk mengasuhnya, dan itu berpahala besar seperti pengasuhan anak yatim. Karena anak yatim dianjurkan untuk diberi kafalah (asuhan) karena kelemahan yang ada padanya. Hal ini diisyaratkan oleh Nabi ﷺ dalam sabda beliau ﷺ:
“Wahai Allah! Sungguh saya menganggap berat (dosa penindasan) hak dua kaum yang lemah: yatim dan wanita.” [Sunan Ibnu Majah no. 3687 dan hadits ini dihukumi Shahih oleh an-Nawawi dan al-Albani]
Maka disyariatkan mengasuh anak-anak yang lemah, baik itu yatim, piatu, anak zina, gelandangan dan sebagainya, dan semua berpahala besar insyaAllah. [Lihat: Fatwa, no. 95.586 di Markaz Fatwa islamweb.net]
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]