Amanat berat telah disematkan pada manusia. Amanat ini berupa perintah dan larangan dari Allah ta’ala. Ada manusia yang bisa memikul beban ini secara lahir dan batin, merekalah orang-orang beriman. Dan ada yang menerimanya dengan melakukan kemunafikan dan kesyirikan.
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata:
Allah ta’ala menerangkan mengenai beratnya amanat yang diemban. Amanat ini adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amanat ini ditunaikan dalam keadaan diam-diam atau tersembunyi, sebagaimana pula terang-terangan. Asalnya, Allah ta’ala memberikan beban ini kepada makhluk yang besar seperti langit, bumi dan gunung. Jika amanat ini ditunaikan, maka akan memperoleh pahala yang besar. Namun jika dilanggar, maka akan memperoleh hukuman.
Karena makhluk-makhluk ini takut tidak bisa mengembannya, bukan karena mereka ingin durhaka pada Rabb mereka, atau ingin sedikit saja menuai pahala, lalu amanat tersebut diembankan pada manusia dengan syarat yang telah disebutkan. Mereka mengemban dan memikulnya, namun dalam keadaan berbuat zalim disertai kebodohan. Mereka senyatanya telah memikul beban yang teramat berat.
Dilihat dari menjalankan amanat ataukah tidak, manusia dibagi menjadi tiga:
1. Kaum munafik, yaitu yang secara lahir nampak memikul amanat, namun secara batin tidak.
2. Kaum musyrik, yaitu yang secara lahir dan batin tidak menjalankan amanat tersebut.
3. Kaum mukmin, yaitu yang secara lahir dan batin menjalankan amanat dengan baik.
Mengenai tiga golongan tersebut dijelaskan amalan, pahala dan balasan bagi mereka pada ayat selanjutnya. Allah ta’ala berfirman:
“Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan, dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Al Ahzab: 73]
Ayat terakhir ini Allah tutup dengan menyebutkan dua nama-Nya yang mulia, yang menunjukkan kemahasempurnaan ampunan, rahmat serta karunia Allah. Sedangkan kebanyakan makhluk tidak mensyukuri ampunan dan rahmat-Nya, malah membalasnya dengan berbuat kemunafikan dan kesyirikan.” [Taisir Al Karimir Rahman, 673-674]