Ibu saya sering memarahi saya ketika saya membeli barang keinginan saya apapun itu, meski itu uang dari hasil keringat saya sendiri. Dan ibu saya selalu ingin uang gajian itu dimiliki oleh ibu saya, padahal saya selalu kasih setiap bulannya. Ibu saya juga melanggar ucapannya sendiri: “Bila sudah kerja, silakan beli yang kamu inginkan.” Tetapi setelah saya membeli barang yang saya inginkan, ibu saya selalu memarahi saya, dan selalu mengungkit ketika membesarkan saya,
Jawaban Redaksi salamdakwah.com
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Nasihat kami kepada Anda adalah untuk:
– Bersabar ketika menghadapi perangai orang tua yang demikian.
– Berbakti dan taatlah kepadanya, selama perintahnya tidak melanggar syariat.
– Tidak durhaka kepada orang tua, meskipun orang tuanya tidak bermuamalah dengan baik terhadapnya.
– Hendaknya Anda berusaha untuk meminta kerabatnya dan orang saleh yang punya kedudukan di mata orang tua untuk menasihatinya.
– Hendaknya Anda banyak berdoa, semoga Allah ta’ala memberi hidayah kepada orang tua Anda.
– Ketika Anda membeli barang yang halal dan khawatir ibu Anda akan memarahi bila tahu, maka tidak apa bila Anda menyembunyikan barang tersebut dari ibu Anda.
Anda TIDAK BERHAK untuk durhaka, meski orang tua berbuat demikian, sebab Allah ta’ala telah menegaskan hak orang tua yang sangat besar atas anak-anaknya. Di antaranya:
Surat an-Nisa’ ayat 36
وَاعْبُدُوا الله وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Beribadahlah hanya kepada Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua”.
Jika keduanya memaksamu untuk berbuat syirik dengan memersekutukan Aku yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.
Rasulullah ﷺ juga sudah mewanti-wanti umatnya untuk menghindari berbuat buruk dan durhaka kepada orang tua, karena itu adalah dosa besar. Beliau ﷺ bersabda:
Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah dari ayahnya, dia berkata Rasulullah ﷺ bersabda:
“Apakah kalian mau kuberitakan tentang tiga macam biang dosa besar?” Para sahabat menjawab: “Betul wahai Rasulullah, kami mau mendengarnya.” Rasulullah ﷺ bersabda: “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Sebelumnya beliau ﷺ bersandar, kemudian beliau ﷺ duduk dan melanjutkan pembicaraannya: “Ingatlah (jangan kau lakukan) perkataan bohong dan kesaksian palsu.” [H.R. Bukhari no.5976 dan Muslim no.87]
Perlu difahami, bahwa penderitaan Anda juga kadang dirasakan oleh orang lain. Bahkan sebagian mereka lebih berat merasakan penderitaan. Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa Arab Saudi pernah diberi aduan atas kejadian jahatnya ayah kepada anak-anaknya:” Saya punya ayah yang sudah tua. Beliau tabiatnya keras dan gila harta. Ibu kami meninggal ketika kami kecil. Kemudian beliau menikah lagi dan dikaruniai dua orang putri. Selanjutnya beliau menalaknya dan menikah lagi. Beliau bertahan dengan wanita tersebut hingga kini. Dari wanita itu beliau juga dikaruniai dua orang putri. Kami lima bersaudara dari satu ibu (yang telah meninggal), hidup dalam keadaan sangat miskin. Kami bekerja untuk dia dan istrinya tanpa upah, sampai usia kami dewasa -alhamdulillah- dan menikah. Kami sekarang tinggal di rumah milik ayah kami. Beliau sejak beberapa saat lalu tinggal di Gaza Palestina. Beliau secara rutin datang dan meminta uang sewa rumah yang kami tinggali, seakan-akan anak-anaknya adalah orang asing baginya, sedangkan keadaan kami dalam kesempitan. Selanjunya beliau meminta kepada kami harta yang kami tidak tahu dari mana kami bisa dapatkan. Apabila tidak kami penuhi, maka dia akan marah, melaknat dan mencela. Beliau berkata: “Semoga Allah murka terhadap kalian, dan aku akan terus marah hingga Hari Kiamat”. Beliau mengusir kami dari rumah dan mengadukan kami ke pemerintah, sampai-sampai pengadilan mewajibkan kami membayar denda yang besar. Beliau juga menginformasikan kepada masyarakat, bahwa kami durhaka kepada beliau. Beliau berkata, bahwa beliau sakit dan perlu uang untuk berobat, sampai-sampai kami dibebani utang sebesar 3000 Dinar lebih.
Beliau berkata kepada orang-orang yang meminjami kami uang: “Anak-anak saya tidak memberi saya uang dari utang yang mereka ajukan. Maka tagihlah mereka. Mereka durhaka kepada kepada saya. Ini supaya memerburuk citra kami di masyarakat. Kami memeroleh bagian warisan dari ibu kami- semoga Allah merahmati beliau- namun ayah kami mengambil semuanya. Setiap kami berusaha untuk meminta kerabat kami mengarahkannya, beliau katakan: “Mereka adalah anakku. Orang lain tidak berhak atas apa yang saya miliki”. Dia dan istrinya hidup dalam kenikmatan, sementara kami hidup dalam keadaan miskin serta tertlilit utang.
Apabila datang kepadanya salah seorang syaikh atau da’i, maka dia akan menangis dan melembutkan suaranya seraya berkata: “Saya sakit dan tidak mampu bekerja, sedangkan anak-anak saya durhaka kepada saya.” Beliau pun berteriak dan menangis. Apabila da’i itu keluar, maka beliau mengusir kami dari rumah dan berkata: “Semoga Allah melaknat kalian. Hatiku marah kepada kalian.”
Kami tidak mampu untuk menyewa rumah atau membangun rumah, sementara keadaan kami dalam kesusahan. Semoga Allah memberi kami jalan keluar. Apakah kami durhaka kepada beliau dan tidak menaatinya, bila kami tidak menuruti beliau dan meminta hak waris kami? Apa yang harus kami perbuat? Kami telah berutang ke semua teman, saudara dan yang kami kenal. Bagaimana bila kami meninggal, sedangkan utang belum terbayar dan kami dalam kesusahan?”
Komite menasihati: “Kami wasiatkan kepada Anda sekalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala dan bersabar atas rasa sakit yang diterima dari ayah Anda. Anda dalam kebaikan insyaAllah. Sering-seringlah mendoakannya. Apabila kalian bisa meminta sebagian kerabat dan orang yang punya kedudukan di mata ayah kalian untuk menjadi penengah dalam menyelesaikan masalah, maka ini bagus. Bagus juga bila kalian bisa meminta tolong orang yang agamanya bagus dan baik dalam masalah ini. Kami doakan semoga Allah: