ADAKAH DOA / ZIKIR / SALAWATAN KHUSUS SEBELUM AZAN?
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
ADAKAH DOA / ZIKIR / SALAWATAN KHUSUS SEBELUM AZAN?
Pertanyaan:
Hampir setiap azan Muazin di masjid kampung saya membaca doa-doa tertentu. Seperti yang pernah saya dengar membaca taawudz dan salawat. Apa benar ada doanya sebelum azan?
Jawaban:
Bismillah walhamdulillah was shalaatu wassalam’ala Rasulillah, amma ba’du.
Dalam hal ibadah, kaidah yang berlaku adalah:
الأصل في العبادة التوقف
Hukum asal ibadah adalah menunggu datangnya dalil.
Artinya, TIDAK BOLEh melakukan kegiatan yang dianggap sebagai ibadah, kecuali setelah ada dalil yang memerintahkan.
Berbeda dengan perkara dunia, yang hukum asalnya adalah boleh (mubah), selama tidak ada dalil yang melarangnya.
Jika kita sadari, kaidah ini sebenarnya bukti rahmat Allah kepada manusia. Di mana untuk perkara ibadah yang berisi pembebanan, lingkupnya dipersempit, cukup yang diperintah oleh dalil. Adapun masalah dunia, Allah beri kelonggaran. Silakan dinikmati selama tidak ada dalil yang mengharamkan.
Berdoa sebelum azan dengan doa tertentu, tentu ini perkara ibadah. Perlu dalil sebagai legalitas ibadah ini. Namun ternyata TIDAK ADA satu pun hadis sahih yang memerintahkan doa sebelum azan. Sehingga TIDAK ADA doa tertentu sebelum mengumandangkan azan.
Dalam situs Islamqa (situs Ilmiyyah yang diasuh oleh Syekh Shalih Al Munajid hafidzahullah) diterangkan:
أما عن الدعاء قبل الأذان فليس هناك دعاء قبل الأذان – فيما أعلم – ولو خصص ذلك بقول خاص أو غير خاص في ذلك الوقت فهو بدعة منكرة ولكن إن جاء اتفاقاً وصدفة فلا بأس به .
“Sebatas pengetahuan kami, TIDAK ADA doa sebelum azan. Jika sebelum azan seorang Muazin mengkhususkan bacaan tertentu, atau mengkhususkan bacaan zikir lainnya selain yang biasa dia baca sebelum azan, maka hal tersebut termasuk bidah yang tercela. Namun jika bacaan zikir yang dia ucapkan kebetulan saja bertepatan sebelum azan (tidak diyakini sebagai zikir khusus sebelum azan), maka tidak mengapa.” [https://islamqa.info/amp/ar/answers/5666]
Syekh DR. Sa’ad Ats-Tsisri (anggota ulama senior Kerajaan Saudi Arabia) juga menerangkan senada:
نحن نتبع في هذا الأذان هدي النبي صلى الله عليه وسلم، النبي صلى الله عليه وسلم قد علم أصحابه كيف يؤذن وكان هؤلاء المؤذنون يؤذنون بين يديه صلى الله عليه وسلم، سنوات طويلة،
“Dalam berazan, kita mengikuti petunjuk Nabi ﷺ. Beliau ﷺ telah mengajarkan cara azan kepada para sahabat beliau. Bertahun-tahun para sahabat mengumandangkan azan di hadapan Nabi ﷺ.”
Syekh melanjutkan:
ويقرهم على هذا الأذان ولم يكن يزيدون فيه، ومن ثم أي زيادة على هذه الجمل التي بين أيدينا فإنها زيادة غير مقبولة، سواء كان قال : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، أو قال بسم الله الرحمن الرحيم، أو قال صلى الله على محمد، أو قال أشهد أن سيدنا محمد الرسول الله، فهذه زيادات غير مقبولة،
“Dan beliau menyetujui azannya para sahabat. Tak sedikit pun mereka tambahi. Maka tambahan bacaan tertentu dalam lafal azan yang sudah kita kenal, tidak bisa diterima. Baik ucapan “A’udzbillah minas syaitoonir rojiim“, atau “Bismillahirrahmanirrahim“, atau “Shallallahu’ala Muhammad“, atau “Asy-hadu anna sayyidana Muhammad Rasulullah“, tambahan-tambahan seperti ini TIDAK BISA diterima.
ومثله لو قال : حي على خير العمل، هذه لم ترد عن النبي صلى الله عليه وسلم، ولم تثبت عنه، وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم، كما قال تعالى ((لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا)), وكما قال النبي صلى الله عليه وسلم ( من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد) فهذه الزيادات التي تكون في الأذان مردودة غير مقبولة، لأنه من نوع من أنواع الإبتداع، قال تعالى ((أَمۡ لَهُمۡ شُرَكَٰٓؤُاْ شَرَعُواْ لَهُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا لَمۡ يَأۡذَنۢ بِهِ ٱللَّهُۚ…))
Sama juga seperti bacaan, “Hayya ‘ala khoiril amal” (mari melakukan sebaik-baik amal… Sebagai ganti lafal “Hayya ‘alas Sholah; artinya mari mengerjakan salat). Lafal-lafal seperti ini TIDAK bersumber dari Nabi ﷺ. Sementara sebaik-baik petunjuk adala, petunjuk Nabi Muhammad ﷺ. Sebagaimana Allah firmankan:
“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat, dan yang banyak mengingat Allah.” [QS. Al-Ahzab: 21]
Dan Nabi ﷺ juga bersabda:
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
“Siapa yang membuat ibadah baru dalam ajaran kami, maka ibadah tersebut tertolak.”
Ini menunjukkan bahwa tambahan-tambahan bacaan dalam azan seperti ini tertolak, tidak diterima di sisi Allah. Karena tindakan seperti ini termasuk membuat amalan baru dalam agama. Allah ﷻ berfirman:
“Apakah mereka mempunyai Sesembahan selain Allah yang menetapkan aturan agama bagi mereka yang tidak diizinkan (diridai) Allah? Dan sekiranya tidak ada ketetapan yang menunda (hukuman dari Allah), tentulah hukuman di antara mereka telah dilaksanakan. Dan sungguh, orang-orang zalim itu akan mendapat azab yang sangat pedih.” [QS. Asy-Syura : 21]”
Ya Allah, Rabb pemilik dakwah yang sempurna ini (dakwah tauhid), salat yang tetap ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah (kedudukan yang tinggi), dan fadilah (kedudukan lain yang mulia). Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati maqam (kedudukan) terpuji yang telah Engkau janjikan padanya.” [HR.Bukhari no. 614]
Demikian.
Wallahua’lam bis showab.
Dijawab oleh Ustadz Ahmad Anshori
(Alumni Universitas Islam Madinah, Pengajar di PP Hamalatul Qur’an Yogyakarta)